4

304 47 11
                                    

Lutut nya terasa kaku, beku yang dialiri lantai rumah itu menjadi saksi, ashel tak bergeming dia masih bingung apa yang terjadi. Kali ini apa lagi ?

Dheo merasakan sakit dari tangisan yang gracio tampakkan, ego nya tentang harta sedikit meredam melihat tatapan putus asa dari lawan bicaranya itu.

"Om ga punya waktu banyak, om gatau kapan tapi.... Om mohon shel"

Ashel tau pasti ini berhubungan dengan adel, tapi niat gracio tidak tampak jelas, pria dengan rahang kokoh itu terlihat sangat tidak berdaya.

"Ashel ga ngerti om" Dia bergumam

Menarik gracio kembali ke temoat duduknya, pria itu masih saja terisak. Dia tidak tau cara yang tepat untuk bicara dengan ashel selain memohon.

Ditariknya nafas berkali kali hanya untuk meredam tangis, terpikir anak yang umurnya di ujung tanduk dan istri yang berdiam saja karna stress.

"Adel... " Dia belum selesai

Air matanya kembali turun lagi, dia rasa perjuangan nya sia sia. Jika ashel menolak maka anaknya akan pergi dalam keadaan patah hati.

"Adel kenapa om" Ashel penasaran

Jujur saja gracio tidak pernah selemah ini di hadapannya, kali ini dia datang dalam keadaan yang berbeda.

"Adel ga punya waktu banyak lagi, om mohon" Kalimatnya menggantung

Jika gracio tidak menangis mungkin ashel sudab pergi dari sini, dari dulu orang selalu bilang adel tidak punya banyak waktu, tapi buktinya dia masih merecoki ashel hingga detik ini.

"6 bulan.. " Deg

Ashel menelan liur nya keras, mendadak dia merasa oksigen di ruangan itu berkurang. Dia seakan di berikan tenggat waktu membayar hutang.

Dilihatnya mata yang memerah karna menangis itu, tidak ada kebohongan di sana. Dia rasa kali ini dia akan benar benar kehilangan pria yang dia benci itu.

"Om mohon shel"

Entah sudah berapa kali kata mohon itu terucap, ashel bingung dia harus apa ? Mengikuti keinginan adel menikah terus di tinggal mati ? Atau kabur ke benua lain sehingga kembali saat adel sudah mati ?

"Shel kamu har.. " Dheo sudah tau arah pembicaraan ini

"Jadi gimana om ? Ashel harus gimana ?" Alis nya naik

Dia harus mengorbankan hidupnya demi adel ? Mengorbankan masa mudanya ? Adel memang berharga bagi gracio tapi emangnya ashel harus menganggap dia berharga juga ? Toh kalau adel mati tidak ada hubungannya dengan dia. Dia harus di tuntut iba ?

"Om cuma minta ashel menemani adel sampai perjuangan terakhir om dan tante, kami belum mau melepaskan dia, om berharap dia akan lebih kuat kalau sama kamu. Om tidak meminta untuk mengikuti keinginan adel menikah, hanya kalau boleh berikan dia kekuatan untuk terus hidup" Tatapan sayu itu ashel benci

Dia benci dengan rasa bersalah itu, dia benci dengan rasa iba itu, terpikir saat adel berlaku baik, saat adel mengusahakan yang terbaik untuknya.

Dia benci perasaan lemah saat tau adel akan pergi, dia benci mengasihani pria itu. Dia benci kenapa dia harus membenci adel.

Ashel mengusap mukanya kasar karna frustasi, baru kali ini dia harus mengambil keputusan. Jika ini hanya permainan agar dia bersama adel maka dia akan melipat bumi ini menjadi tiga bagian.

"Ashel usahakan ya om, permisi"

Dia meninggalkan ruangan yang mencekam itu, beralih ke kamarnya dan memikirkan semuanya.

Masih terdengar isakan putus asa gracio di depan, dan dia tau pasti dheo sudah menjual namanya untuk kelancaran bisnisnya.

"Shel.. " Anin datang dengan segelas air

"Ma kalau mama cuma mau nambahin pikiran acel mending nanti aja" Ashel merebut air itu dan meneguk habis isinya

"Dih geer kamu, mama cuma mau ngasih minum"

Padahal ashel tau mama nya mau membahas adel, pasti mamanya dengar suara tangisan gracio di depan.

"6 bulan itu ga lama kok cel, kalau gabisa lakuin karna kamu ga cinta. Coba lakuin karna adel temen kamu dari kecil, atau lakuin karna om gracio dan tante shani baik" Anin keluar kamar itu

Ashel memejamkan matanya, terbayang saat saat bersama, dari kejadian baik ataupun buruk.

Dalam gelapnya pejaman itu terbayang muka pucat adel yang selalu tersenyum kearahnya, senyuman yang tetap dia dapatkan setelah menjahili adel seharian, senyuman yang tetep dia dapat setelah adel sadar dari pingsan nya.

"Arghhh" Rengek ashel mengacak acak rambutnya

Kadang hari sial dan beruntung memang tidak ada di kalender.

Ashel masuk ke kelas kali ini dia berangkat lebih pagi, percuma saja di runah dia bakal di ocehi soal adel. Dheo tidak menyerah. Terdengar suara tawa yang ashel tau itu adalah suara adel.

"Acelll" Sapanya hangat

Dia sedang duduk di bangku ashel, berdua bersama chika sepertinya mereka tertawa lepas sebelumnya.

"Tumben dateng cepet" Ejek chika

Adel beranjak mempersilahkan ashel duduk dan kembali ke bangkunya.

"Sejak kapan akrab bet lu ama adel met" Aneh ashel

"Dia pinter ngelawak tau shel" Ashel menganga

Ternyata jika di lihat lebih dekat, adel tidak seburuk itu dalam bergaul.

"Bahas apa seru banget"

Mungkin selama ini dia melewati momen itu karna selalu datang lebih siang.

"Kepo deh, rahasia" Jawab chika

Aneh


















*kalau kata gua sih del, chika bahenol juga noh

Me, My Self & I (Delshel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang