A love story between Jasmine Armani and Niall Horan. Jasmine is a rich girl from Spain, with a splurge of privilege and money. Jasmine has a huge business, called Armani Days. Jasmine is a successful business woman who has a high value.
Who's Jasmi...
"Where do broken hearts go..." Niall memetik gitarnya mengakhiri nyanyiannya dari lagu One Direction.
Jasmine menuangkan jus jeruk ke sebuah gelas kecil dan mendorongnya pelan ke arah Niall. Mereka duduk bersebelahan, dengan gitar lengan Niall. Mereka menunggu jadwal mereka harus berangkat, kebetulan ada gitar di kamar Jasmine. Niall tidak ingin terlalu lama menghabiskan waktu di Airport, lagipula jalanan pun tidak macet. Jari jari Niall masih memetik senar gitar untuk menghasilkan nada-nada indah. Jasmine mendengarkannya sambil menutup matanya, menikmati tiap detik keindahan suara yang terdengar.
Kling!
Suara notifikasi terdengar dari ponsel Jamsine, terdapat pesan dari Zen yang menginformasikan bahwa sopirnya sudah sampai untuk menjemput mereka. Mereka segera mengambil tas mereka dan turun untuk memulai perjalanan pulang ke London. Niall menoleh kearah Apple Watchnya untuk melihat ada notifikasi dari siapa. Ternyata dari Louis. Konser solonya sudah dipersiapkan dari bulan-bulan lalu, karena akan dimulai dua minggu lagi selama 2 bulan. Sedangkan untuk konser One Direction masih sedang dipersiapkan karena langsung akan jalan setelah Solo Konsernya selama 9 bulan.
Louis bicara mereka harus melakukan meeting dadakan malam ini. Setelah melewati perdebatan dan hiatus panjang, One Direction memilih untuk memutus hubungan dengan Modest! Management dan menolak untuk dikepalai oleh Simon Cowell. Saat itu, Harry menyarankan Coach nya untuk dijadikan leader One Direction. Karena selama Harry melakukan solo career, ia merasa 100% didukung oleh Coachnya, dan ia merasa kondisi mentalnya membaik saat melakukan solo career. Bukan karena bekerja sendiri, namun karena memiliki management yang mendukungnya secara mental dan fisik. Niall membalas pesan Louis dengan voice note singkat, "Okay, mate."
Jasmine turun dari mobil Porsche SUV yang kemarin ia gunakan, kemudian berjalan ke arah Lounge yang dapat diakses karena mereka menggunakan Pesawat Pribadi. Zen sudah memesankan Jasmine dan Niall segelas kopi khas Italia yang sudah menjadi langganan Jasmine selama ia pergi ke Italia. Zen sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh Jasmine, sesimple kopi saat ingin boarding.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka sampai di Lounge dan melakukan breakfast singkat, dengan sosis, bacon, telur dan lainnya. Setelah melakukan breakfast singkat di Lounge, mereka langsung berjalan ke arah boarding karena pesawat pribadi Jasmine sudah siap untuk berangkat.
"Is the meeting room ready? We'll meeting as soon as we arrived at London."
"Of course, it's ready. But the team will order the food 30 minutes before we arrived at Heathrow, they scared that the food will get cold." Jasmine mengangguk mendengar penjelasan Zen.
Mereka tertidur selama perjalanan kembali ke London, badan Jasmine mulai terasa lelah. Zen dan Niall ikut tertidur selama perjalanan, dan tidak terasa mereka mendarat di Heathrow. Zen menggoyangkan pelan badan Jasmine dan Perempuan itu mulai terbangun. Niall sudah terbangun dan merenggangkan badannya.