61. Samar

95 11 1
                                    

"Bagaimana kondisi Anda hari ini?" tanya Lisa, meletakkan bejana air di atas meja nakas.

Rowena baru saja terbangun dari tidurnya. “Lebih baik dari kemarin.” Dia bangkit dari tempat tidurnya, mencuci muka dengan air hangat di bejana, lalu mengeringkan dengan handuk lembut yang sudah disiapkan Lisa.

"Hidangan penutup hari ini puding mangga kesukaan Anda, Nona. Saya sudah menyiapkan dua porsi. Bagaimana? Apakah Anda ingin menikmatinya terlebih dahulu?" Lisa dengan lembut menawarkan, sangat memahami selera tuannya.

Sejak kecil, Rowena memang memiliki kebiasaan diam-diam mencicipi hidangan penutup sebelum menikmati menu utama, meskipun hal itu kerap membuat Countess Wilten mengomel karena dianggap tidak sesuai dengan etiket. Namun, kali ini, Lisa sengaja membuat pengecualian.

Rowena tersenyum simpul mendengar Lisa menyebut puding mangga—salah satu makanan favoritnya sejak kecil. Namun, di balik senyum itu, pikirannya bergolak dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab.

"Terima kasih, Lisa. Aku akan memakannya nanti," balas Rowena, suaranya terdengar lebih tenang daripada yang sebenarnya dia rasakan. Dia duduk kembali di bibir ranjang, menunggu Lisa mempersiapkan pakaian yang akan dikenakannya hari ini.

Akan tetapi, pikiran Rowena terus-menerus diganggu oleh ketidakmampuan untuk mengingat bagaimana dia berhasil melarikan diri dari ruangan gelap yang mengurungnya. Ketidakjelasan itu semakin mengganggunya, terutama karena dia tidak membawa satu pun bukti dari kediaman Lafonso. Kekosongan ingatannya memperburuk kegelisahannya, menambah beban yang sudah berat di pikirannya.

Rasa frustrasi semakin mendalam, dan bayangan kelam yang mengaburkan ingatannya terus menghantui. Dia merasa terjebak antara kenyataan dan ilusi, terobsesi dengan pertanyaan tentang siapa yang membantunya melarikan diri dan mengapa ingatannya begitu samar.

Rowena menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Namun, ketidakpastian itu terus membayangi setiap langkahnya. "Lisa, tolong panggilkan Clo," titah Rowena dengan nada datar yang berusaha menutupi kegelisahannya.

“Baik, Nona.” Lisa segera melanjutkan pekerjaannya, tangan-tangannya bergerak cepat mengambil pakaian di lemari Rowena.

Namun, ketika Rowena melihat Lisa masih sibuk dengan pakaian itu, meskipun dia sudah menurunkan titah, amarahnya perlahan mendidih. Frustrasi yang selama ini dia coba tekan mulai merayap ke permukaan, membakar sisa kesabarannya yang sudah menipis.

“Sekarang, Lisa,” tegas Rowena dengan penekanan yang tidak bisa disalahartikan.

Lisa berhenti sejenak, bingung antara mengikuti perintah Rowena atau tetap mematuhi protokol yang diajarkan kepadanya. “Maaf, Nona, tapi Anda harus berganti pakaian terlebih dahulu. Jika Anda melakukan itu, Anda telah melanggar….”

“Etiket? Bullshit!” potong Rowena dengan sinis. Ada gusar yang terpendam dalam hatinya, yang dipicu oleh peristiwa dua hari lalu, dan kini dia berada di ujung batas kemampuannya untuk menahan diri.

“Saya tidak peduli.” Suaranya dingin dan tajam. Dia menatap Lisa dengan tatapan yang menuntut. “Sekarang, cepat panggil Clo.”

Rowena tampak tak sabaran, seolah seluruh keberadaannya berada di ujung tanduk. Emosinya yang tidak stabil mencerminkan betapa beratnya beban yang dia pikul. Setiap detik yang berlalu terasa seperti menambah tekanan pada dadanya, membuat napasnya semakin sesak.

Lisa, menyadari perubahan drastis pada majikannya, hanya bisa menundukkan kepala dan bergegas melaksanakan perintah itu tanpa berani membantah lagi.

Rowena memijat keningnya saat mencoba mengingat penglihatan kabur tentang kuda hitam. Namun, hanya itu yang bisa diingatnya. Selebihnya, ingatannya kembali gelap, dan ketika dia sadar, dia sudah berada di kamarnya.

Saat Rowena terbangun, wajah khawatir ayah dan ibunya menyambutnya. Mereka memberitahukan bahwa Clovis lah yang telah menyelamatkannya. Pada malam setelah penculikan, Clovis menerima surat dari seseorang yang mengungkapkan lokasi Rowena. "Aku yakin yang menyelamatkanku adalah kuda, bukan manusia. Tapi siapa yang mengirim surat kepada Clo? Apakah itu dari si pemilik kuda?"

The Cruel Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang