17. Bersaing

368 24 0
                                    

Sesampainya kembali di penginapan kumuh, pria berjubah hitam tadi sudah tidak ada di tempatnya. Rowena pun berinisiatif menanyakan keberadaannya pada pengelola tempat itu. Namun, nihil, sang pengelola mengatakan bahwa dia bukan salah satu “pekerja malamnya”. Pria tersebut hanya mampir sebentar untuk minum bir, lalu pergi. Katanya pula, dia bukan pelanggan tetap di sana.

“Mati aku! Sepertinya dia sudah membawa kabur uangnya, Lisa. Argh! Dua ratus shillingku melayang begitu saja,” kemam Rowena frustrasi, sedangkan Lisa hanya bisa menggelengkan kepala. Dari sana dia menyadari sesuatu, bahwa kecerobohan dan pelupa tuannya itu, sudah mencapai tingkat akut.

“Jadi, sekarang bagaimana, Nona?” tanya Lisa yang tak dapat menyembunyikan kekecewaannya.

“Kita pulang saja. Suasana hati saya memburuk.” Rowena berjalan gontai menuju kereta kudanya. Dia merasa lemas setelah kehilangan uang sebesar itu secara cuma-cuma. “Aku akan gila,” gumamnya yang ingin menangis menjerit-jerit seraya mengumpat.

Sementara Lisa hanya bisa menggelengkan kepala sembari menatapnya iba bercampur … entahlah.

***

“Selamat datang, Tuan Muda Waverley,” ucap Rowena sopan pada tamu pria yang baru saja datang.

Setelah Rowena membalas surat-surat cinta pada hari itu, para pria bangsawan mulai berdatangan ke rumahnya. Sudah tiga hari lamanya mereka semua berkunjung bergantian, sekadar untuk menemui Rowena dan memberinya hadiah yang bermacam-macam.

Robert de Waverley agak terkejut ketika melihat beberapa pria yang sudah datang lebih dulu darinya. Dia merasakan aura persaingan yang kental dari keempat tamu di sana. Suasananya tidak nyaman dan membuat Robert merasa terganggu.

Para pria itu datang, sebab balasan surat dari Rowena yang memberi mereka harapan. Dalam surat itu, gadis tersebut menyalakan lampu hijau kepada setiap pria yang ingin menemuinya kapanpun.

Rowena duduk di ruang tamu yang mewah, dikelilingi oleh para pria bangsawan yang membawa beberapa kotak hadiah. Suasana terasa tegang, sebab setiap pria mencoba untuk menarik perhatian Rowena dengan cara yang berbeda-beda. Mereka saling beradu untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari wanita yang mereka kagumi. 

Di tengah ketegangan itu, Rowena hanya duduk diam, senyum tipis di bibirnya, terlihat jelas bahwa kehadiran mereka semua membuatnya merasa terganggu. Namun, dia berusaha bersikap ramah pada siapa pun. Dia tak menyangka dampak dari surat balasannya akan sekontan ini.

Sorot matanya menyipit penuh selidik, apakah kesan dirinya yang suka mempermainkan hati pria akan terwujud?

Rowena tak sabar menantikannya. Kejadian beberapa hari ini–kunjungan para pria bangsawan yang berbondong-bondong–serta rumor yang disebarkan para pelayannya–atas perintah Rowena sendiri–sepertinya akan cukup untuk meruntuhkan popularitasnya yang baik. Dia yakin, Duke manipulatif itu tidak akan bisa menggunakannya lagi.

“Permata berharga ini akan lebih menawan jika Anda yang mengenakan, Nona Wilten. Saya yakin aura kecantikan Anda akan bertambah berkali-kali lipat ketika mengenakan ini.” Bertrand von Hohenberg menunjukan gelang bertahtakan berlian yang merupakan harta warisan keluarganya turun-termurun.

“Bukankah itu Permata Hohenberg? Warisan keluarga Hohenberg yang terkenal itu?” tanya Eleanor Fitzlor–anak pengusaha tambang terkaya di kekaisaran–menatap permata itu penuh minat.

“Jadi itu Permata Hohenberg yang terkenal itu? Ini pertama kali saya melihatnya secara langsung.” Franky Neville menatap permata itu dengan mata berbinar-binar. Sementara Bertrand tersenyum penuh kebanggaan.

Permata Hohenberg terkenal karena kisahnya yang melegenda dan romantis. Itu merupakan potongan dari jantung naga yang diperoleh Alexander von Hohenberg demi kesembuhan Isabelle Lawley–gadis pujaannya. Konon, hanya permata merah tersebut yang mampu menyembuhkan penyakit sang kekasih. Isabelle, yang kala itu sedang sakit keras, berangsur membaik setelah rutin meminum air rendaman permata tersebut setiap pagi.

“Anda yakin akan memberikan permata itu kepada Nona Wilten secara cuma-cuma? Bukankah permata itu hanya akan diturunkan kepada menantu Keluarga Hohenberg?” tanya Ludwig von Eichenwald dengan tatapan mencemooh. Dia dapat merasakan kepercayaan diri Bertrand yang menganggap permata itu akan mampu memikat hati Rowena dengan harta keluarganya yang legendaris tersebut.

The Cruel Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang