Main ke Rumah Shava

8 1 0
                                    

Siang menuju sore Marlina pun tak jadi untuk menemui Sahlan. Terlintas dipikiranya, bahwa yang mengajak bertemu pun bukan dirinya melainkan Sahlan. Terus juga malam itu ketika sedang bersama Sahlan. Sahlan yang berbuat salah. Marlina hanya ingin mendengar penjelasan yang di janjikan Sahlan kepadanya. Marlina berada dalam pendirian bahwa pikiran yang sekarang itu benar, biasanya insting seorang perempuan suka bener. Marlina pun ingin melihat seberapa besar cinta Sahlan kepadanya, akankah dia minta maaf atau datang menemuinya.

Sekarang dia berada di Jalan Taman Pramuka, sebelum tugu pramuka Marlina pun teringat dengan Shava teman dekatnya Marlina. Biasanya di jam segini Shava ada di rumah. Marlina pun menuju rumahnya Shava yang berada di Tongkeng tak jauh dari posisinya sekarang. Sebelum ke rumahnya Shava. Marlina mengkonfirmasi dulu lewat telepon, dengan melipirkan motor yang di kendarainya ke pingir jalan.

Telepon berlangsung.

"Halo. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Ada apa Lin?"

Shava pun menjawab.

"Tumben telepon... biasanya kamu langsung ke rumah."

"Iya Va, aku mau ke rumah... kamu di rumah gak? Atau lagi pergi."

"Aku ada, gak kemana-mana. Sini aja."

"Oke, bentar lagi aku ke sana."

"Iya, hat-hati..."

"Dahhh, sampai ketemu."

Panggilan terputus.

Marlina pun memasukan ponselnya ke dalam tas dan membuka resleting di paling depan tas kecilnya. Dan lanjut mengendarai motor Rx-king menuju rumah Shava.

Sesampainya di depan rumah Shava, ternyata gerbang rumahnya sudah terbuka lebar, seperti sudah siap menyambut, Marlina pun memarkirkan motornya. Tiba-tiba Pak Deni menghampiri Marlina.

"Neng kok, pakai motor?"

Pak Deni dengan muka penasaran.

"Oh iya pak."

"Mobilnya ke mana?"

"Gak kemana-mana pak, tadi ada kendala bannya bocor, jadi di tinggal."

"Pantesan, tahu gitu bapak buka gerbangnya sedikit aja, tadi kata non Shava suruh bukakan pintu gerbang karena Neng Marlina mau ke sini. Bisanya pakai mobil tapi sekarang pakai motor."

Pak Deni sambil melirik motor yang di bawa Marlina.

"Tapi ini, motornya bagus Neng."

"Motor boros tapi raos."

Kata Pak Deni tersenyum sedikit ketawa. Pak Deni pun mengakhiri obrolannya.

Marlina pun pamit kepada Pak Deni dan berjalan masuk rumah. Tiba di tengah rumah ada Tante Maya sedang memajang lukisan barunya. Lukisan abstrak yang terpampang jelas karya seniman Ahmad Sadali, pelukis asal Bandung. Sebagian dari orang memandang lukisan dengan sudut pandang yang berbeda semisal, sudut pandang Marlina merlihat lukisan itu tidak beraturan atau memandang biasa saja. Memang yang Marlina tahu keluarga Shava adalah keluarga seniman. Setelah Tante Maya menggantungkan lukisan itu dengan menerawang apakah lukisan itu sudah lurus atau harus di pindah posisinya biar estetik. Tante Maya melihat Marlina.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Eh... nak."

"Tante, lagi apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marlina Puspa IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang