02. Insiden

19 10 0
                                    

09 Juli 2024.

"Hah? Kau ikut kegiatan dari BNN? Sama kakak kelas? Ngapa kau ga ceritain ini ke aku pas habis di panggil Ma'am?"

"Hehe, aku lupa. Emangnya kenapa?"

"Ya, kaget aja sih. Kan kayaknya kau ga pernah ikut kegiatan seperti itu."

Benar kata Fey, dia tidak pernah mengikuti kegiatan seperti ini. Mereka berdua selepas dari kantin karena Fey ingin membeli biskuit dan kebetulan Zira juga ingin membeli mie. Sekarang, mereka sedang berjalan melewati pinggir lapangan.

Tadi, Zira sangat beruntung. Pada saat dia hendak ke kelas lagi, Bu Yati ternyata tidak lagi mengajar untuk hari ini di kelas karena ada urusan pribadi. Jadinya, 10 soal yang hendak diberi oleh ibu itu, tidak jadi diberikan.

"Hoi."

"Justin? Kau keluar kelas?!!!"

Justin Maheswara. Teman sekelas Fey dan Zira. Justin bisa dibilang sangat tertutup. Penampakan dirinya yang sedang keluar kelas ini wajar mengagetkan. Dan, dia terkenal dengan otaknya yang 'kotor.'

"Aku mau permen. Makanya aku keluar. Kalian juga habis dari kantin?"

"Iya. Lihatlah tangan kami ini, megang makanan."

"Oke. Sampai jumpa di kelas."

Perbincangan yang sangat singkat, padat, dan tak berguna itu telah selesai begitu saja. Zira daritadi hanya mendengarkan perbincangan antara Fey dan Justin sembari memakan mienya yang mau mengembang.

"Ck, padahal aku mau permen dia."

"Fey, aku mau biskuit."

Fey langsung cepat cepat mengangkat biskuit itu. Bisa dibilang, badan Zira pendek, sedangkan badan Fey tinggi. Jadinya, Zira kesusahan untuk mengambil biskuitnya.

"Hoi! Jangan mentang mentang aku pendek, kau berbuat semena-mena seperti ini!"

"Aku tidak berbuat semena-mena. Aku memang tidak mau biskuitku diambil oleh kau. Aku hanya membalas perbuatanmu mengenai PR matematika yang tidak mau kau beri ke aku. Makanya, jadi orang jangan pelit."

Zira mendesis sekaligus menatap sinis kepada Fey. Dia memutuskan untuk menyerah saja. Dia bisa saja membeli biskuit yang lebih banyak tanpa harus mengemis ke temannya itu, itu yang ada di dalam pikirannya.

Tiba tiba, tangan Zira yang tidak memegang mie diambil oleh Fey, dan dia menaruh dua biskuit di telapak tangannya. Bukan main, Zira terkejut. Ini bukan Fey yang biasa ia lihat.

Pada saat Zira ingin berkomentar mengenai sifat Fey, dua abang kelas sedang bermain kejar-kejaran di lapangan. Zira menatap mereka berdua, dan seketika lupa kalau dia ingin mengomentari Fey.

"Mereka berdua abang kelas IX D kan?"

"Iya. Cie, naksir ya?"

"Dih."

Nasib selalu datang kapan saja dan kita tidak tahu kapan nasib itu terjadi. Abang kelas yang dikejar itu menabrak pundak Zira dengan kuat, sampai sampai mie dan biskuitnya tumpah ke tanah.

Kedua tangannya melepuh. Dia linglung, bingung. Fey yang berada di sebelahnya langsung menatap tajam kepada abang kelas itu yang malah lari begitu saja.

Orang itu tampak tak peduli, atau mungkin tidak ingin bertanggung jawab atas insiden yang baru saja terjadi. Zira meniup niup sambil mengelap tangannya yang memerah dengan kerudung putihnya.

"HOI! TANGGUNG JAWAB DONG!"

"Shh. Sudahlah. Tanganku hanya melepuh kok..."

"Hanya melepuh kau bilang?! Ayo kita ke UKS!"

3 Days! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang