06. Hari Pertama (02)

8 4 0
                                    

10 Juli 2024.

Layar proyektor menembus dinding polos yang berada di hadapan mereka semua. Terpampang jelas slide pertama menjelaskan tentang biodata yang akan memberi materi hingga 3 hari kedepan, yaitu.

"Perkenalkan. Nama ibu adalah Sicillia Ayudya. Bisa dipanggil Sicillia maupun Ayu. Tapi biasanya saya dipanggil Ayu. Hobi ibu adalah bermain arung jeram. Jenjang pendidikan saya..."

Dengan gayanya yang lentur memperagakan tutur demi tutur kata yang diucapkan, membuat perhatian seisi ruangan hanya tertuju kepada ibu tersebut. Sekarang, dia sedang memperkenalkan dirinya sambil membaca apa yang sedang ditampilkan.

"Lanjut pak."

Laki laki dengan kepalanya yang sula sekaligus yang membuka acara tadi mengganti slide tersebut lewat laptop. Sekarang bukan lagi tentang biodata ibu tersebut, melainkan sebuah gambar bunga.

Di dalam bunga itu, tengah kelopak untuk nama lengkap. Terdapat pertanyaan pertanyaan disana, yakni di dalam pot bunga, kedua daun bunga, batang bunga, dan lima kelopak bunga walau hanya tiga kelopak yang diisi pertanyaan.

Mata Zira membulat, tak sadar mulutnya sedikit terbuka. Pertanyaan di depan bukan seperti dugaannya yang membuat dia ketakutan sendiri sejak kemarin, tapi malah pertanyaan mengenai diri sendiri.

"Mungkin, kalian heran, apa sih gambar yang ada di depan ini. Ibu kan sudah perkenalan diri. Nah, waktunya ibu tau siapa kalian seperti apa yang sudah ditampilkan disana. Seperti nama panjang kalian, cita-cita kalian, apa yang harus dihindari agar cita-cita tercapai, dan lainnya. Oh iya, gambar bunganya juga ya, gapapa kok kalau jelek, kalian pun ga akan dimakan dengan ibu. Setelah kalian selesai, nanti maju ke depan buat presentasi. Setuju ya?"

Mereka semua mengangguk dan sedikit tertawa atas lelucon yang diberikan oleh Bu Ayu. Tiba-tiba, anak perempuan yang berasal dari SMP 4 mengangkat tangannya.

"Ibu, kerjainnya dimana ya bu?", ucapnya.

"Oh iya, terima kasih telah bertanya. Nanti diberi kertas HVS dengan pihak BNN", ujar Bu Ayu. Anak SMP 4 itu mengangguk sambil mengambil kertas HVS yang diberikan oleh seorang laki laki dari pihak BNN.

Pada saat giliran Zira mengambil, laki laki paruh baya itu tersenyum kearahnya. Zira membalas senyuman itu dengan kikuk. Mengapa ia tersenyum kearahnya? Itu yang ada di dalam benaknya.

"Jangan mikirin aneh aneh. Saya yang bantu ceramah kamu kemarin kemarin."

"Oh? berarti bapak adalah Pak Reza?"

"Iya, lihat saja papan nama saya."

Orang tersebut mundur tiga langkah untuk terus memberikan kertas HVS. Zira menatap papan namanya yang tergantung di saku bajunya bertuliskan "Reza Aldi Radika." Jujur saja, dia sedikit malu karena sudah berpikir yang terlalu jauh.

Zira mengalihkan perhatian untuk memulai tugasnya yaitu menggambar bunga. Tak sengaja, dia melihat tangan Chris yang ternyata telah menggambar dengan pulpen. Awal-awal, Chris membuat titik demi titik yang berdekatan, dan langsung menghubungkan titik-titik itu dengan garis.

Zira terpaku, lalu tersadar dari apa yang dia lihat dan mengeluarkan pensil dari kotak pensilnya. Jujur saja, dia tidak bisa menggambar langsung menggunakan pulpen seperti orang sebelahnya. Hasilnya pasti akan kurang mengesankan. Bahasa kasarnya, jelek.

Sebelum memulai kembali, dia menatap sekeliling. Mereka sudah menggambar diatas kertas yang telah diberikan dengan menggunakan pulpen juga. Rasanya, dia malu karena menggunakan pensil sendiri. Namun, dia tak peduli, dan tangannya mulai menari-nari diatas kertas.

3 Days! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang