07. Hari Pertama (03)

13 4 0
                                    

10 Juli 2024.

Terbesit sebentar di pikiran Zira mengenai cinta. Apa itu cinta? Apa rasanya cinta? Dan, apa rasanya dicintai oleh orang yang ingin kita miliki? Dari dirinya lahir hingga detik ini, dia hanya sebatas menyukai seseorang, bukan mencintai seseorang.

Dia pernah mendengar. Menyukai itu ibarat kita tertarik akan sebuah bunga, dan kita sebatas memetiknya. Namun, jikalau cinta, kita akan merawat bunga itu. Menyiram, memberi pupuk, menatap setiap saat tanpa jemu.

Sekali lagi Zira bertanya di dalam benaknya, apa itu cinta?

"Materi yang akan kita bahas hari ini bukanlah mengenai narkoba, karena saya yakin kalian akan belajar tentang itu di sekolah masing-masing, bahkan mungkin kalian sudah belajar. Materi yang akan ibu jelaskan untuk hari ini ada dua materi. Materi pertama berjudul, 'Potretku, Kini, dan Nanti'. Lanjut pak."

Slide kembali berubah. Zira memutuskan untuk berhenti berpikir akan apa yang ia pikirkan. Tak penting, dia bisa mempelajari dan merasakannya kapan kapan. Perjalanan hidupnya masih panjang, dan masih belum tampak ujungnya.

Didengar dari judul materi, membuat dia telah berpikir jauh. Pasti materi yang akan dijelaskan ada kaitannya dengan gambar bunga tadi. Dia mendengar dengan saksama, tanpa terlewat satu kata pun.

"...belajar mengenal diri sendiri itu penting anak anak. Karena, seperti yang kita tahu, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Entah kalian mendengar kata kata itu dari keluarga, sosial media, atau apapun itu."

"Banyak orang diluar sana yang masih belum tahu jati diri mereka. Karena pengaruh dari lingkungan mereka yang tak sehat, membuat mereka enggan untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Mereka tak mampu memendamnya, sehingga apa yang sudah dikatakan oleh adik kita di pojok dekat pintu sana pada saat perkenalan tadi, siapa namanya nak? Dengan asal SMP nya?"

Murid yang ditunjuk masih bengong, tak sadar bahwa dia sedang ditanya. Murid yang berada disebelahnya menepis siku anak tersebut. Barulah dia sadar. Bahkan masih linglung.

"Kau ditanya!", tegas anak yang disebelahnya.

"Oh iya?! Ditanya apa?!"

"Nama kau, nama kau siapa dengan sekolah kita!"

"Oh, ehehe. Maaf bu, tadi saya melamun. Nama saya Nur Afifah bu, bisa dipanggil Afifah. Saya dari SMP 4."

"Oalah, namanya Afifah", batin Zira.

"Wah wah. Kamu ngantuk nak?"

"Tidak bu! Saya hanya melamun tadi."

"Haha. Ibu hanya bercanda. Seperti apa yang dikatakan oleh Afifah dari SMP 4 tadi, hal yang harus kita hindari agar cita cita kita tercapai adalah, kita harus menghindari narkoba, pergaulan bebas, dan sejenisnya. Kebanyakan pengguna dari narkoba, karena mereka terhasut dengan iming iming. "Hei, kamu, coba deh konsumsi ini, pasti pikiranmu bakal tenang." Banyak loh, diantara kalian yang nasibnya seperti itu. Mengapa mereka bisa seperti itu?"

Langkah Bu Ayu yang awalnya berada di depan anak dari SMP 4 menjadi kearah kedua anak MTs.

"Karena teman bu. Bisa juga dari faktor keluarga. Lalu sosial media yang selalu kita pegang!", jawab anak laki laki dari MTs. Bu Ayu mengacungkan jempol kearahnya.

"Betul sekali seperti apa yang dikatakan oleh, siapa namanya?"

"Ryan Dipta Maulana bu. Bisa di panggil Ryan."

"Benar kata adik Ryan. Ada 3 faktor. Pertama, karena pertemanan yang tak sehat, membuat kita merujuk ke hal hal negatif. Entah itu merokok, pergaulan bebas, bahkan hingga mengonsumsi narkoba. Kedua, karena keluarga. Tak selamanya keluarga di luar sana sehat ataupun cemara. Ada yang terlalu mengekang sehingga membuat stress dan mengonsumsi barang tadi, dan ada yang terlalu membebaskan membuat mereka jadi terjerumus ke barang barang yang seharusnya dihindari. Dan yang ketiga, sosial media."

3 Days! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang