04. Tak Terduga

14 8 0
                                    

10 Juli 2024.

"Ya, yang masuk Bu Susi sih..."

"Bu Susi? Aduh, guru killer. Gapapa bang?"

"Abang kurang tau juga. Semoga saja tidak apa apa."

"Duh... Maafin Zira ya bang. Jadinya pelajaran abang ada yang tertinggal. Kalau misalnya abang dimar-"

"Santai saja. Mungkin ibu itu akan paham. Abang ke kelas ya. Hati-hati."

"Iya. Makasih ya bang."

"Tch, keingat mulu."

Matahari telah muncul dari cakrawala kurang lebih tiga jam yang lalu. Embun yang masih melekat di rerumputan halaman bisa tampak di pelupuk mata Zira. Tubuhnya masih basah karena dia baru selesai mandi.

Tangannya sudah terlepas dari balutan perban sejak tadi malam. Sebenarnya, lukanya masih belum terlalu sempurna sembuh. Tapi, daripada dia yang paling mencolok di cafe, jadinya dia membukanya.

Pagi ini terbilang berawan, tak seperti kemarin dimana matahari langsung menampilkan dirinya tanpa aba aba. Dia tersenyum tipis, bersyukur pagi ini tak sepanas kemarin.

"Aduh, semoga pelajaran yang sudah aku pelajari tadi malam ga mudah lupa", sesudah menyetrika tadi malam, dia belajar tentang narkoba untuk kegiatan hari ini. Entah itu pengertiannya, jenis-jenisnya, dan lain lain. Namun, dia hanya belajar sampai tenggorokan saja, tak sampai masuk ke dalam otak. Ck ck ck...

Dia menatap jam yang selalu berbunyi setiap detik berubah. Jam sudah menunjukkan pukul 07.55. Waktunya dia siap siap, karena dia takut terlambat sehingga tidak bisa ikut kegiatan. Apalagi, dia sudah janjian setengah 9 akan datang dengan Chris kemarin.

Baju batik yang telah ia setrika tadi malam ia pakai dengan perlahan agar tidak cepat kusut. Tak lupa dia memakai sunscreen dan bedak bayi agar kulitnya terlihat putih di awal walau pada akhirnya akan seperti arang.

Memakai dasi (di SMP nya setiap hari Rabu dan Kamis wajib mengenakan dasi), namun hasilnya kurang rapi. Merasa belum puas, ia membuka lagi dasinya. Dan hasilnya lagi lagi kurang rapi, membuat dia emosi sendiri.

"Ya Allah. Kau pun tidak ada gunanya loh pakai dasi. Ditutup kerudung pun."

Ternyata, pintu telah terbuka tanpa ia sadari, dan dia melihat kakaknya yang sedang menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda heran atas perbuatan adiknya.

Zira hanya menatap sinis kearahnya yang ternyata sudah siap mengantar dia ke cafe. Dia kembali memasang dasi dan menghiraukan omelan kakaknya yang bagi dia seperti 'anjing menggonggong.'

"Masih pagi sudah mendengar anjing yang terus menggonggong. Enyahlah!"

"Oh iya. Kita ke tempat foto copy sebentar. Aku mau print berkas buat kuliah."

"Dih, ngapa ga habis ngantar aku ke cafe saja print berkasnya?"

"Nanti lama wahai Alicia Zira Atmayani. Aku pelupa orangnya. Nanti bukannya ke tempat foto copy, malah ke rumah."

"Oh begitu ya wahai Kakak Keyla Salsabila?"

"Ya. Seperti itu."

Dia bernama Keyla Salsabila, kakak kedua Zira. Seorang mahasiswi yang baru semester 3. Sedang libur namun sudah mulai sibuk oleh tugas kuliahnya. Seperti tadi, dia akan print beberapa berkas sebelum akan mengantar Zira ke Cafe Alea.

3 Days! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang