Di balik masker keringat Harua sudah sangat panas. Ia menunduk karena sekaligus merasa panas dan dingin. Apalagi perasaan cemas karena sepertinya petugas hotel mengenali Jo dan Harua.
Jo tetap berfikir positif, menggenggam jemari Harua erat. Untuk menyakinkan anak itu jika semuanya akan baik-baik saja. Selesai check in, mereka mendapat kunci akses.
Sambil terus bergandengan tangan, mereka membuntuti staff hotel yang mengantar ke kamar pesanan mereka.
"Apakah kalian pasangan?" Sang petugas bertanya sambil membukakan pintu.
"Tidak, kami teman," Jo menyangkalnya sebelum prasangka terus memburuk.
"Tapi kamar yang kalian pesan adalah kamar yang dilengkapi transparant bathroom."
"Kita hanya menumpang untuk tidur satu malam, bukan untuk mandi. Jadi ruangan itu mungkin tidak akan dipakai," Jo memiliki skill berbohong yang baik.
Harua semakin mengeratkan tautan jemari mereka saat perasaan di tubuhnya bertambah tidak karuan. Mengerti akan hal tersebut Jo membungkukkan diri untuk izin memasuki kamar.
Segera Jo menutup pintu dan membuka jaket Harua. Secara buru-buru mengendorkan sabuk yang dikenakan dan membuka satu-satu kancing kemeja Harua.
Saat bocah itu setengah naked, Jo mengelus kulit dari tubuh Harua. "Panas."
Harua menggeleng. "Dingin kak."
Cuaca memang sedang dingin, namun suhu badan Harua sedikit lebih hangat. Menyebabkan Jo memeluk erat badan Harua, itung-itung penghangat tubuh karena sekarang Jo merasa sangat dingin.
Di saat itu pula Jo mulai menciumi leher Harua. Meninggalkan tanda kepemilikan di sana. Sang pemilik leher hanya mendongak dan meremas surai sang dominan.
"Don't do too much kak, takut gak bisa hilang."
Jo menurut, ia hanya berhasil memberikan satu tanda di sana. Kemudian arahnya menurun hingga ke area sensitif Harua. Nipple.
Mata Harua memejam erat saat lidah dan tangan Jo bermain-main di area sana. Jemarinya semakin erat dalam menjambak rambut Jo.
Dia masih belum mau mengeluarkan lengkuhan dengan menahannya menggunakan cara gigit bibir. Sambil terus menjilat, tangan lain Jo membuka perlahan kancing celana jeans milik Harua.
Adik Harua menyembul dari dalam. Membuat Harua bernafas lega karena sesaknya sedikit berkurang. Jo berhenti bermain-main dengan Nipple. Kemudian berpindah pada bibir Harua.
Mencium lagi untuk kesekian kalinya. Kini Jo tipis-tipis menyedot bibir bawah dan atas Harua. Seakan menginginkan semua air liur pria itu. Sambil memperdalam lumatan, Jo membawa Harua menuju ranjang.
Tubuh Harua terjatuh ke atas sana ditanggapi tangan Jo yang mulai memegang milik Harua. Jo melepaskan ciumannya untuk melihat bagaimana penis Harua dia kocok.
Jemari ramping Jo memaju mundurkan penis Harua secara lambat dan lembut.
"Udah pernah solo kan?" Bisik Jo tepat di telinga yang langsung mendapat anggukan tak berdaya oleh Harua. "Great, artinya gak akan geli kalau aku—
Badan Harua menegang saat jemari Jo mulai memainkan ujung penisnya.
"Masih geli ternyata?" Jo semakin memasukan jemarinya perlahan karena milik Harua sudah sangat basah jadi hal tersebut terlalu mudah untuk dilakukan.
"Ahhh," desahan pertama Harua yang tidak berhasil ditahannya. "Sakit.."
Jo mendekatkan telinganya. "Hah apa?"
"Sakit kak," bisik Harua menutupi dahinya dengan lengan.
"Mau pakai mulut aku aja?"
Harua mencegahnya. "Don't. Tetap di sini, aku pengin melihat wajah kaka."
Semakin lama, tubuh Harua terus merasakan sensasi geli yang nikmat. Jo memanjakan nya dengan cara yang sangat lembut. Make sure kalau Harus tetap nyaman saat bersamanya.
Karena cara main Jo yang lembut, Harua membutuhkan waktu 30 menit untuk mengeluarkan cum pertamanya.
Setelah diterjang. Harua meraih tangan Jo. Mencengkram jemari pria itu. Pantes aja Jo kuat handjob selama itu, tangannya aja berurat begini.
"Makasih kak," Harua menarik leher Jo untuk dia peluk. "Apa kaka pengin masuk ke sana?"
Jo mengelus rambut Harua. "Aku gak bawa kondom, lain kali aja Rua..."
"Sekarang tidur aja ya, cape."
tbc...
Anw mau tanya, Fuma seringnya di ship in sama siapa sih?
![](https://img.wattpad.com/cover/372085627-288-k745418.jpg)