Chapter 2

104 8 0
                                    

Cerita ini hanya fiksi penggemar jadi jangan terlalu serius menanggapi. Beri satu vote untuk apresiasi karya ini yaa, ga berat kok hehe.

.....

Kaylee memukul pantat Claire cukup keras membuat gadis yang masih bergulung dengan selimutnya itu membuka mata dan mendesah kasar, karena dibangunkan.

Rebecca yang datang sesaat kemudian langsung menaiki kasur Claire dan menarik pipi berisi itu untuk segera sadar.

"Bangunlah, kita akan membuat klarifikasi, atau citramu akan semakin hancur Claire" Mendengar hal itu Claire beranjak duduk, dan bersandar dikepala ranjang, dia masih bingung dan tidak tau apapun, Aurora datang dengan ipad ditangannya dan memberikannya kepada Claire.

"Wah kurasa satu negara sudah menjadi musuhku" Claire tersenyum meletakkan ipad itu, namun tidak satupun dari mereka membalas senyuman Claire,

"Berhentilah bersikap seperti itu, aku akan membuat klarifikasi sebenarnya, mereka lupa jika aku juga berada disana" ucapan Rebecca yang mengebu ditanggapi dengan santai oleh Claire yang tetap tersenyum. Ketiga perempuan itu langsung saling menatap begitu Leader mereka sudah hilang dibalik pintu kamar mandi.

"Ini pasti ada hubungannya dengan Hannah, aku melihat dia berbuat kekacauan di club" Kaylee semalam memang tidak langsung pulang, dia sempat datang ke club tadi malam dan melihat Hannah membuat kekacauan disana, dan Kaylee rasa hal itu ditutupi dengn berita Claire pagi ini.

Popularitas Claire diantara kalangan aktor dan penyanyi lain, membuat penggemar kaum adam itu membencinya, alasan untuk membenci Claire sangat sulit didapatkan, bahkan hanya karena para aktor dan penyanyi pria lainnya mengatakan Claire tipe ideal mereka menjadi alasan yang tak masuk akal untuk membenci Claire, kejadian dia menampar Hannah, menjadi hadiah bagi mereka, dan berhasil... Claire menjadi musuh bagi setiap fans public figure saat ini, mereka mengatakan Claire yang ramah hanya karakter bentukan agensi karena sebenarnya gadis itu perempuan yang kasar.

"Becca? Tidakkah rasanya sia-sia?" Claire yang keluar dari kamar mandi membuat ketiganya menoleh mendengar suara gadis itu. Aurora tidak bodoh untuk mengetahui jika sahabatnya itu sempat menangis. Begitu juga dengan dua lainnya, namun mereka tidak akan menanyakan hal itu, Claire sosok yang begitu lembut hal apapun yang menyentuh hatinya akan membuat dia meneteskan air mata, namun disaat ada hal atau musibah, ya mereka menyebutnya musibah. Claire tidak mau terlihat lemah diantara member sekaligus sahabatnya, sebab dia adalah Leader disini, dan perkataan mereka disetiap interview bahwa Claire adalah pilar bagi mereka membuat gadis itu tak mau bersikap lemah karena scandal dirinya.

"Kenapa? Aku sudah tidak tahan, dulu kami dilarang berbicara tentangmu, bersama denganmu, tapi ini sudah terlalu lama. Kita tidak akan sepopuler ini tanpa kau" Aurora gadis yang memiliki kecantikan luar biasa itu terlihat berkaca-kaca, percayalah jika Aurora tidak pernah menangis selama lebih dari sepuluh tahun mereka saling mengenal, Kaylee dan juga Rebecca tertegun, mereka bisa membedakan tangisan Aurora ketika berakting dan ketika tidak.

"Ah baiklah, kita akan melakukannya, tapi hanya aku dan Rebecca. Kalian tidak perlu ikut" Claire lagi-lagi tersenyum dan menghapus air mata Aurora, memeluk tubuh gadis yang umurnya lebih tua darinya itu. Claire merasakan beban bertambah ditubuhnya saat Kaylee dan juga Rebecca masuk.

Sejujurnya Claire begitu merindukan moment ini, semenjak scandal itu member terlihat sibuk, bahkan mereka jarang berbincang, dan jika ada pembicaraan itupun karena Claire yang mengingatkan jadwal mereka, meski mereka berkarir solo, Claire tak melupakan jika dia adalah Leader grup yang selalu mengawasi anggotanya.

.............

Haven saat ini tengah memangku Nica, tidak ada perbincangan diantara mereka setelah Haven meminta maaf kepada putrinya itu mengenai hal semalam.

I Want YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang