Walaupun hari itu Binar dibuat malu oleh anak-anak kelas yang tak henti-hentinya menggodanya tentang Aidan, justru saat pulang dan sampai di rumah Binar merasakan hal lain.
Memang, di satu sisi ia merasa sangat malu.
Namun, di sisi lain ia merasa sedikit senang.
Bagaimanapun, karena insiden lomba lukis ini, setidaknya Aidan jadi sedikit mengenalnya.
Minimal, Aidan tau ada gadis bernama Binar di sekolah.
Sejauh ini Binar sudah cukup bangga dan senang.
Ditambah dengan mengetahui gadis bernama Binar ini melukis sang Aidan, paling tidak cowok itu tau bahwa Binar memiliki ketertarikan kepadanya.
"Malu-maluin sih," pikir Binar malam itu. Ia sudah mandi dan sedang duduk di meja belajar, menatap langit senja melalui jendela.
"Tapi, kalau hari ini gak kejadian, belum tentu Aidan lihat aku. Seenggaknya kita tadi sempat saling tatap."
Binar pun senyum-senyum sendiri, lalu dengan gerakan tiba-tiba ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mendadak tersipu.
"Kalau benar kata Pak Bahat, anak genius mungkin bisa cocok sama anak berjiwa seni seperti aku, aku masih punya harapan, kan?"
Binar menatap cermin dan mulai cengengesan.
Lalu tiba-tiba berubah serius, sebuah ide terlintas di benak nya.
Selama ini, Binar hanya menganggap menggambar adalah sekadar hobi baginya. Binar tidak pernah menganggap hal ini adalah sesuatu yang luar biasa.
Tapi, setelah hari ini, ia jadi merasa bahwa menggambar mungkin bisa membuatnya merasa lebih berguna.
Dipikir-pikir, bakatnya ini sedikit membawanya lebih dekat kepada Aidan.
Kenapa Binar tidak ikut club seni saja, ya?
.
Keesokan harinya, Binar benar-benar memutuskan untuk bergabung dengan club seni.
Setelah bel pulang berbunyi, ia meminta Rani dan Anggun untuk pulang terlebih dahulu saja.
Setelah mendaftar ekskul, berbekal informasi dari guru BK yang ia temui, Binar pergi ke gedung D di mana ruang seni berada.
Di sana, Binar bertemu dengan Widya, si ketua club.
"Halo, aku Binar dari XI-7. Aku baru aja daftar ke club seni di BK. Bu Intan minta aku langsung aja kesini," kata Binar tersenyum.
Widya balas tersenyum. "Iya, Bu Intan udah kasih tau aku lewat WA. Salam kenal, aku Widya dari kelas XI-5."
Widya lalu mengajak Binar masuk dan berkenalan dengan anggota club seni lainnya. Ada Jihan, Bono, Maura, dan sesosok cowok yang sedikit familiar, yakni Juan.
Binar sedikit tak menyangka bahwa anak berandalan yang sering bersiul-siul menggoda anak cewek di kantin itu juga bergabung di club seni.
"Halo, cantik! Kamu join sini juga?" sapa Juan sumringah.
"Heh, jamet! Jangan bikin Binar gak nyaman, ya. Minimal lo jaga jarak sama dia 3 meter, kasian nanti dia keburu gak betah di sini." Widya dengan tegas memperingati.
Nampaknya peringai Juan yang usil dan genit itu memang sudah diketahui banyak orang.
"Tenang aja. Juan aslinya baik kok, cuman agak banyak gaya aja. Tapi dia lumayan keren gambarnya, gaya menggambar dia lebih ke arah mural. Suka gambar di tembok gitu, deh. Agak bandel, sih, tapi sebenarnya berbakat." Kata Widya pada Binar.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
RomanceSeorang gadis remaja biasa, Binar, jatuh hati untuk pertama kalinya kepada seorang murid teladan paling berprestasi di sekolah, Aidan Arkatama. Binar dan Aidan sungguh memiliki karakter yang bertolak belakang. Aidan adalah seorang genius dengan segu...