Sore ini aku menghabiskan waktuku berkencan dengan Jaehyun, pergi kebioskop walau kenyataannya aku tidak pernah fokus menonton karena bibir kekasihku tidak suka dibiarkan menganggur, makan malam dan berakhir dengan Jaehyun yang mengantarku hingga pintu depan flat. Ketika Jaehyun akan memberikanku ciuman selamat malam, kami dikejutkan oleh terbukanya pintu flat, dan dari arah dalam keluar Jennie bersama pria yang aku kenal.
"Hai Taehyung."
"Hai Dahyun." Taehyung menghampiriku.
"Kau lihat kan, sepupuku tidak seburuk yang kau pikirkan." Taehyung berbicara pada Jennie yang kini berada didalam rangkulannya. Jennie menatapku dan Jaehyun secara bergantian, dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga kurang lebih tiga puluh detik.
"Jadi kalian sungguh berkencan?" Jennie mengeluarkan suaranya.
"Yes we are." Jaehyun mengiyakan pertanyaan Jennie, dan aku mengangguk.
Jennie terdiam lagi beberapa detik dan menghela nafas.
"Well, sepertinya peringatanku tidak kau gubris uh Dubu-ya? Tapi ya sudahlah. Dan kau Jaehyun, jika kau berani menyakiti sahabatku, aku akan membunuhmu."
"Aku akan membantumu membereskan mayatnya dear." Taehyung menyahuti ucapan kekasihnya. Aku hanya menggeleng tidak percaya, mereka benar-benar pasangan serasi, bahkan dalam hal perencanaan pembunuhan. Sedangkan sang target pembunuhan hanya terkekeh mendengarnya.
Setelah pembicaraan kecil yang sedikit tegang didepan tadi, kami berempat memutuskan untuk minum dan mengobrol sebentar didalam. Aku merasa lega bahwa Jennie dapat menerima Jaehyun sebagai kekasihku. Kemarin-kemarin aku masih merasa cemas mengenai Jennie dan Jaehyun, namun sekarang melihat mereka berdua saling mengejek didepanku seperti ini, sepertinya sudah tidak ada lagi yang harus aku khawatirkan.
Setelah Jaehyun dan Taehyung pulang, aku dan Jaehyun mengobrol sebentar disofa.
"Apa?! Kau serius? Jaehyun sama sekali belum menidurimu?!"
"Ah ya, bukankah sudah kukatakan padamu tadi bahwa Jaehyun sungguh-sungguh padaku? Dan bisakah kau kecilkan suara nyaringmu itu? Kau nyaris membuatku tuli Jennie sialan." Aku memutar kedua bola mataku bosan.
"Um, mian. Well, aku hanya tidak menyangka dia seserius itu padamu, aku tidak tahu jika Jaehyun sanggup mengistirahatkan penisnya dari sebuah vagina selama hampir satu bulan! Wow! Fantastic"
Well, aku juga tidak menyangka Jaehyun benar-benar menepati janjinya untuk tidak menyentuhku lebih dari sekedar sebuah ciuman, aku tahu betapa sengsaranya Jaehyun dalam menahan dirinya, aku bisa melihat itu didalam matanya disetiap kali Ia menciumku. Sepertinya sudah saatnya aku memberikan dia kunci.
.
Hujan di pagi hari ini membuat cuaca menjadi lembab dan dingin, perpaduan antara cuaca musim gugur dan rintikan hujan merupakan kombinasi yang sempurna untukku. Aku menyukai hujan. Perasaanku terasa nyaman saat mendengar rintikan hujan dan mencium aroma tanah yang menguap akibat terbasahi hujan.
Aku mengerang dan menggeliat dalam selimut hangatku. Aku harap ini adalah akhir pekan karena tubuhku masih terasa berat dan amat sangat tidak rela untuk meninggalkan kehangatan tempat tidurku. Namun jarum jam yang kini mengarah ke angka tujuh seolah memelototiku dan mengharuskan aku untuk segera bangkit dari tempat tidur karena jam sepuluh ini aku ada pertemuan dengan Heechul dan anggota redaksi. Bangkit dari posisi nyamanku, aku merenggangkan tubuhku sebentar dan segera bergegas menuju kamar mandi untuk bersiap.
"Selamat pagi."
Aku menyapa Jennie yang sedang menikmati oatmeal nya dimeja makan, dan mendudukan bokongku di salah satu kursi pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion Journals
FanficKang Dahyun, seorang gadis yang sangat menikmati dunia nya dalam Jurnalistik, hingga pada suatu hari temannya mengira bahwa Dahyun butuh "bersenang-senang" dan membawanya ke sebuah club tempat dimana dia bertemu seorang pria yang mau tidak mau menar...