Aku sedang berdiri di luar lobi ketika melihat Ducati berwarna hitam berhenti tepat di depanku. Alisku berkerut melihat seorang pria yang tidak kukenal turun dari kursi pengemudi dan menghampiriku.
"Sore Aggashi, mari masuk."
Dia membukakan pintu belakang dan disisi jendela sebelah sana nampaklah priaku yang dibalut setelan jas berwarna hitam, dengan dua kancing teratas kemejanya yang terbuka tanpa dasi yang entah sudah di taruh dimana, dan ditambah sepatu the black oxford yang mengiasi kakinya. Ini kali pertamaku melihatnya dalam balutan busana formal, dan pemandangan didepanku ini sungguh sangat mempesona. Oh Tuhan, aku tidak tahu dia bisa sangat panas dalam balutan busana seperti ini.
"Yak!." Sapaanya membuyarkan lamunan liarku. Ia menatapku dengan seringaian nakal di wajahnya seolah berkata 'i know what u think baby'
"Oh, hey. Kau menggunakan supir hari ini?" Aku bertanya dan tersenyum kikuk ketika mobil mulai melaju.
"Uhm yeah, aku sedikit lelah hari ini. Jadi aku membawa Pak Gu bersamaku." Ia mengulurkan tangannya untuk menggenggam tanganku dan membawanya kebibirnya. Mengecupnya lama.
"Aku merindukanmu." Ia menatapku hangat.
"Begitu pula denganku." Aku memberikan senyum terbaikku padanya. Ia mencondongkan tubuhnya ke arahku yang kuyakin bahwa ia berniat menciumku seperti yang sudah-sudah, namun sebelum Ia mendekatkan wajahnya kearahku, aku memperingatinya.
"Jangan menciumku di tempat umum." Aku mendesis padanya, Jaehyun menatapku sejenak dan terkekeh.
"Ini kali pertama ada seorang perempuan yang mendesis padaku, dan biarkan aku meralat ucapanmu. Ini di dalam mobilku Sayang, bukan tempat umum," Ia menarik pinggangku agar mendekat kearahnya untuk mempermudah tujuan awalnya, namun delikan mautku menghentikan niatnya.
"Baiklah, kita lanjutkan nanti." Ia menghela napas pasrah dan beralih mengecup sisi kepalaku.
.
"Jadi kau akan meninggalkanku selama satu minggu?" Rahangnya mengeras dan suaranya dingin. Sial, dia marah. Beruntung aku memberitahunya setelah makan malam kami selesai, jika aku memberitahunya diawal makan malam, sudah pasti nafsu makan kami berdua akan menguap dan menghilang terbawa angin.
"Errr, begitulah." Aku harus mengumpat lagi karena suaraku yang gugup. Sial. Aku mulai mengigiti bibirku cemas.
"Dan kau pergi dengan dua rekan pria-mu." Kalimatnya terdengar cemburu, dan aku senang mengetahui dia cemburu.
"Begitulah." Kini aku berusaha untuk bersikap santai, walau suaraku masih terdengar sedikit bergetar. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya menatapku namun aku tahu dia amat kesal.
"I love my job." Aku bergumam.
"I know."
"Tapi melihat ekspresimu saat ini sepertinya kau membenci pekerjaanku." Ujarku blak-blakan.
"No, aku hanya tidak suka membayangkan kau akan pergi selama seminggu bersama dua orang pria." Jaehyun mendesah gusar.
"Aku akan baik-baik saja." Aku mencoba menenangkannya, tapi sepertinya itu tidak berefek banyak pada kekasihku ini. Wajahnya masih kesal, damn.. aku tidak suka wajahnya yang marah, aku lebih suka dua lesung pipi nya yang dalam itu terlihat dan terlihat gemas dimataku.
Suasana setelah makan malam kami masih terbawa hingga didalam mobil, kami duduk bersebelahan dalam diam. Sesekali aku melirikan mataku kearahnya, aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang ada didalam kepalanya saat ini. Mungkin sebaiknya aku mendiamkannya saja. Aku pun mengalihkan pandanganku ke jendela mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion Journals
FanficKang Dahyun, seorang gadis yang sangat menikmati dunia nya dalam Jurnalistik, hingga pada suatu hari temannya mengira bahwa Dahyun butuh "bersenang-senang" dan membawanya ke sebuah club tempat dimana dia bertemu seorang pria yang mau tidak mau menar...