BAB IV : Out of Me

36 12 8
                                    

"Kau bisa menipu seseorang dengan bahasamu. Namun, kau tidak bisa menipu diri hanya dengan mengatakan jika kau menikmati kehidupan penuh duka ini sambil senyum, berkata, aku baik-baik saja. Nyatanya, kau benar-benar lelah, bahkan untuk sekadar mengutuk rasa lelah itu sendiri kau tak punya tenaga."

-Laanga Bennington

••●••

Seorang pria duduk di bawah cahaya lampu kuning yang remang-remang sebab jaring laba-laba. Jemarinya gemetar, tubuh kurusnya menggigil dengan sekujur dermis memucat sempurna. Di meja berserakan plastik kecil berisi serbuk kecokelatan, ada pula cerutu, tembakau kering dan kertas putih juga mesin menggulung rokok manual, selain itu terdapat lilin dan korek api, lengkap botol kaca kecil dengan pipa putih di ujung kepala botolnya.

Aroma manis yang menguar membuatnya tertawa nikmat. Rasa kecut semu pahit mengganjal di lidah, hidung pun sengak. Pening, ribuan gagak hitam beterbangan di atas kepala. Berat, tubuhnya seketika terhuyung jatuh dari kursi. Ia meringkuk menikmati sensasi dicucuk rasa dingin yang kuat. Kendati itu, sensasi terbakar di sekitaran mulut membuat ia merem melek keranjingan. Pandangan matanya kabur, napas pun tak terkendali seirama denyut nadi dan detak jantung yang berperang.

Tangannya bergerak menyusuri meja. Sebuah kacamata bulat dengan satu lensa ia gapai. Kemudian, ia sematkan di wajah membingkai bola matanya yang merah lagi berair. Ia berdiri tegak, walau lututnya tampak mau roboh. Semerbak aroma dracgone yang khas membuatnya kian sinting-tertawa gila, menangis frustrasi sampai planga-plongo tak kuasa dengan ledakan imajinya yang membeludak.

"Ibbhe!" panggil seseorang dari balik dinding kaca dekat pintu. "Luda mencarimu."

Pria itu mengerutkan dahinya lalu berjalan ke arah pintu kaca yang terbuka otomatis tatkala ia mendekati. "Ada apa katanya?" Ia bertanya.

"Apa Ibbhe senggang? Ada yang harus kubahas."

"Anjing sialan itu selalu saja menggangguku!" protesnya kesal.

Laanga Bennington, panggil saja Ibbhe. Pria dengan kacamata satu lensa itu memanyunkan bibirnya. Ia adalah salah satu seniman terkenal di Nathuya dengan nama pena Ibbhe. Pria yang khas dengan gaya melukisanya yang gila, pelukis abstraksi yang kadang erotis dan vulgar. Seorang ganja dan dracgone holic.

"Oh, Tuan Barenbud!" sapanya sambil merentangkan kedua tangan ke arah Luda berharap sebuah pelukan ia dapatkan. Sayangnya, Luda hanya menatap tak acuh.

"Emm, setidaknya beri aku pelukan atau ciuman, minimal kecup, bibirku terasa kering," cibir pria itu seraya memasukkan kedua tangan ke saku celananya.

"Aku tidak tertarik pada pria," jawab Luda masih tak acuh. Pria itu duduk di kursi, ketika Ibbhe mempersilakan.

"Ada apa, teman masa kecilku ini selalu datang saat ada butuhnya saja!" kelakar Ibbhe seraya menyunggingkan senyuman sinis.

"Katakan dan jelaskan padaku, pertama, apa itu SD? Kedua, bagaimana pengolahan SD? Ketiga, bagaimana orang-orang menikmati SD dan bagaimana SD bereaksi pada tubuh pemakainya? Keemp-"

Ibbhe membungkam mulut Luda dengan sol sepatunya yang nyaris mendarat di wajah pria itu. Wajah Luda memerah seperti rambutnya, sementara kedua irisnya membesar goncang. Luda meneguk ludahnya getir.

REBELLION [END|Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang