1 Februwari, Distrik 2, pukul 21.05
“Jacsah!” Tiga suara nada tinggi terdengar mencucuk gendang telinganya tanpa permisi.
“Kakak!” Jacsah berteriak histeris, ia mendaratkan tubuh kecilnya dalam pelukan Luda yang masih mengenakan pakaian kebanggaannya. Pelindung dada, lengan, juga kaki dengan lambang Windsteria.
“Aku rindu!” teriaknya kegirangan. Ia mencium leher Luda dengan rakus bahkan semua titik wajah Luda jadi sasaran bibirnya yang tipis. “Aku rin-du!” teriaknya lagi dengan tegas.
Luda hanya tertawa, seperti anak anjing. Pria itu mengecup kening Jacsah dengan lembut. “Kakak juga,” ucapnya.
Sementara itu, Souran memandang kesal, sedang Juzio selalu hersikap acuh tak acuh dengan senyum kecil yang sewaktu-waktu merekah.
“Heh, bocah ingusan, sapa kami juga!” tegur Souran yang turut protes lewat bola matanya. “Kakakmu ada tiga!” Ia berkacak pinggang sambil menautkan alis.
“Paman Torgan, kami akan membawa Jac pulang. Dua hari ke depan kami libur!” ucap Luda tatkala seorang pria paruh baya bertubuh tambun keluar dari dalam rumah sambil membawa beberapa manisan buah. Torgan Tomlinson, ayah Torgan Noue, teman sekelas Jacsah.
“Bersenang-senanglah kalian,” kata pria itu.
“Maaf jika Ystello tidak memberitahu sebelumnya karena kami benar-benar tidak menyangka kalau masalahnya menjadi semakin rumit,” ungkap Luda menatap murung.
“Tidak masalah, Luda. Jangan khawatirkan adikmu,” katanya. “Ystello juga bilang, ia mungkin tak bisa menjaga Jac seorang diri, atau meninggalkannya di rumah sendirian. Paman sependapat.”
“Terima kasih banyak, Paman.” Luda memeluk pria itu.
“Nah, Noue, kami akan membawa Jac pulang. Terima kasih telah menjadi teman baik Jac selama kami bertugas!” bisik Souran di telinga Noue, seorang bocah laki-laki dengan rambut cokelat pekat.
“Valentine nanti akan kubawakan cokelat untukmu!” celetuk Souran membuat Noue tersenyum lincah. Souran pun mengangkat tubuh kecil Jacsah ke udara, bocah laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.
***
Bak mandi dipenuhi air hangat juga gelembung dan busa yang begitu lembut nan wangi ekstrak melon. Souran menggosok punggung Jacsah. “Apa Luda sangat berarti untukmu, Jac?” bisiknya.
Jacsah mengangguk. “Jac suka Kak Luda karena ia selalu belajar dengan tekun,” jawabnya.
“Kalau Juzio?” tanya Souran sedikit memanyunkan bibir. “Juzio juga pandai, ia bahkan mampu menghafal seluruh narasi dan dialog novel karangan Bean Surtstain. Novelis legendaris kelahiran Batler.”
“Jac sayang Kak Juzio!” pekiknya.
Souran menyesap aroma ekstrak melon yang menempel di kulit bocah itu. “Kalau begitu jadilah lebih jenius dari mereka. Jika Yst bilang hal-hal aneh soal masa depan Nathuya, aku janji, aku akan menjadi zirah untukmu!” bisiknya.
Jacsah menarik dirinya, ia menghadapkan hidung kecilnya ke hidung Souran yang bangir. Bocah itu menggosokkan ujung hidungnya membuat Souran tertawa.
“Aku amat sayang Kakak Souran. Karena Kakak selalu jadi garda terdepan keluarga Barenbud! Aku selalu bersemangat mengintip Kakak latihan menombak. Suatu saat, tolong izinkan aku melihat lebih dekat dan menyentuh tombakmu, ya?” lirih Jacsah sambil menyandarkan keningnya di kening Souran. Ucapannya membuat pria itu berkaca-kaca.
![](https://img.wattpad.com/cover/375152597-288-k123733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION [END|Completed✔]
Misteri / Thriller(Juara 3 Writora 2024) (Versi buku akan segera hadir) Nathuya, sebuah negeri yang pada mulanya penuh kedamaian. Nahas, sejak tsunami yang terjadi pada tahun 1900'an semuanya berubah. Pembunuhan tanpa jejak merajalela, peredaran obat-obatan tak terk...