BAB XIX : REBELLION

25 4 0
                                    

Jip hijau memecah keheningan Marrina Town di bawah langit malam dengan bias rembulan. Jacsah duduk di samping Ibbhe yang mengendalikan kemudi dengan serius. “Seseorang di dalam SUV abu akan membawamu ke rumah Torgan!” kata Ibbhe dengan suara dingin. 

“Ibbhe, apa aku juga akan mati?” tanya Jacsah dengan suara gemetar. Wajahnya berkeringat dingin dengan mata berkaca-kaca. “Aku takut tak pernah sampai ke rumah Torgan.”

“Jac, kau akan baik-baik saja. Souran dan Juzio pasti melindungimu dari surga. Apa pun yang terjadi tetaplah bersama Torgan,” jawab Ibbhe sambil tersenyum tipis.

Suara klakson membuat Ibbhe menghentikan jipnya. Dari arah belakang tampak Takara duduk di balik kemudi sport car merah. Ia menyalip jip milik Ibbhe lalu menghadangnya dengan sebilah pedang. Ia mengetuk-ngetuk jendela jip tersebut.

“Turun kau!” perintahnya.

“Mau apa kau?” tanya Ibbhe sembari keluar dari jip. “Bukankah Tuan Yang Agung kesayangnmu telah mengizinkan kami pergi?”

Bingo! Pergi ke neraka maksudnya!” Takara menodong pedang ke arah Ibbhe.

Sayangnya Ibbhe dengan sigap menghindar. Ia merapatkan tubuhnya ke pintu jip. “Ow, mengejutkan sekali. Kalau begitu mari ke neraka bersama!” ucap Ibbhe sambil tertawa.

Takara menghunus pedangnya ke bahu kanan Ibbhe, sayang lagi-lagi ia menghindar. Serangan ke arah rusuk pun tak membuankan hasil. Ibbhe justru cekikikan melihat Takara yang tampak kesal. Ibbhe mengepal-ngepal jemari kirinya.

“Uh, bukankah kita perlu pemanasan Taka?” seloroh Ibbhe memancing Takara meludah kesal.

Ussee!”

“Kau tau, superhero tak datang di awal pertarungan. Jadi, pastikan kau punya banyak tenaga untuk melawanku!” kata Ibbhe tertawa terbahak-bahak. Pria itu duduk di kap mesin jipnya sambil tumpang kaki. “Aku tidak suka pertarungan singkat!” imbunya lalu berdiri dan berjalan ke atap jip.

“Sialan, turun kau dari sana! Bilang saja tau takut akan kematianmu!” bentak Takara membuat Ibbhe tersenyum tipis. Pria yang kini mengeluarkan cerutu dari saku celananya itu kembali tertawa.

“Aku siap mati tapi aku harus mengantar paket kecil ini ke suatu tempat!” sahut Ibbhe sambil melompat-lompat membuat Jacsah di dalam berteriak histeris sambil memukul-mukul jendela ketakutan.

“Ibbhe! Aku takut!” Jacsah menjerit sekuat tenaga. Ia menangis tersedu.

“Bersiaplah!” tukas Ibbhe seraya melempar bungkus cerutu ke dada Takara. Ia pun melompat ke arahnya sambil melayangkan tendangan ke leher bagian depan pria itu dan membuatnya terjatuh.

Takara terbatuk, sesekali ia mengerjap sembari kembali menodong pedangnya, di posisi setengah terbaring dengan sebelah lengan menumpu badan. Namun, dengan gesitnya Ibbhe menendang ujung lengan Takata dan merampas pedang di tangan Takara kemudian membalik arah pedangnya ke sisi perut Takara. Kini keduanya saling menahan pergerakan satu sama lainnya. Takara mencoba memberontak, sayang Ibbhe makin merapatkan tubuhnya ke sisi perut Takata. Tangan kirinya bergerilya di leher Takara, lalu mencengkram wajah pria itu sekuat tenaga.

“Kau lumayan juga!” bisik Ibbhe yang kemudian menghantamkan kepalanya ke kening Takara. “Sampai jumpa!” lanjutnya seraya menarik tangan Takara lalu mendorongnya ke arah jip. Kini, pedangnya berpindah ke balik punggung Ibbhe.

REBELLION [END|Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang