BAB XIII : HOLY

19 4 2
                                    

Semerbak aroma keretek memenuhi udara, berpadu wangi dupa juga dracgone yang sangat sengak. Tanggal 7 Februwari 2024, dilingkari merah di kalender cokelat nan usang, dan itu masih akan tiba esok.

Tuan Muda Yang Agung, sebagian memanggilnya Tuan Yang Agung ataupun Tuan Muda Agung, pria dengan rambut jingga berantakan dan duduk di jendela itu tersenyum saat alunan musik dari piringan hitam antik di dekat nakas mulai bersenandung.

“Hayek!” panggil pria itu dengan lantang membuat si empunya nama tiba dengan senyuman ramah. Master, tertulis di pergelangan tangannya. “Bawa Takara, Lindan, Dimma, dan Reffaelle padaku!” imbuh pria itu.

“Reff? Anda yakin, Tuan?” sahut Hayek sedikit mengerutkan wajahnya dengan senyuman tipis.

“Tugasmu hanyalah melaksanakan perintahku. Bawa saja Reff padaku,” ucapnya dengan nada menyentil. Delikan matanya buat Hayek memilin bibir.

“Baiklah jika itu bisa membuat Anda senang.”

“Itu baru bawahan yang baik. Jangan lupa buat pertemuan pada tanggal 7 esok. Aku ingin kalian bertatap muka dengannya!” Ia memerintah sambil memukul dinding. “Oh iya, pastikan agar Ibbhe tidak keluyuran. Orang sinting itu mungkin saja mengunjunginya.”

“Baik, Tuan Muda Agung, laksanakan!” seru Hayek sambil tersenyum, membungkuk ia dengan penuh hormat.

Di sebuah ruangan, jam terus berdentang. Pukul satu dini hari, Takara si rambut merah jambu tengah duduk tumpang kaki sambil menikmati vape¹ aroma vanila

“Taka, Master memanggil.” Lindan berdiri di depan pintu kamar menatap begitu lekat.

“Sebentar, aku akan ganti baju. Aku baru saja bangun,” jawabnya.

“Mimpi buruk?” Lindan mencoba mendekati Takara yang kini bangkit dan berjalan ke arah lemari pakaian.

“Tidak. Hanya sedikit kurang nyenyak, karena sejak pagi aku mengurusi anjing sialan itu, ia benar-benar keras kepala,” ungkap Takara cemberut. “Rasa kesalnya menempel terus.”

“Jangan dipikirkan, Tuan Yang Agung saja sampai hipertensi karenanya,” ledek Lindan tersenyum miring sembari menepuk kepala Takara.

“Aku ingin sekali menebas kepalanya, tapi Master bilang belum waktunya. Menyebalkan!” Takara mengacak-acak rambut panjangnya sebelum ia ikat dengan seutas pita putih.

“Kalian malah bergosip di sini, Tuan Muda Agung sudah menunggu!” Sentilan itu membuat keduanya tersentak.

“Master!” Mereka memekik.

“Bergegaslah, jika kalian masih ingin hidup!” Hayek menyugar rambut peraknya. “Oh, iya, bagaimana keadaannya, Taka?

”Ia masih belum mau makan, wajahnya sudah seperti mayat hidup.” Takara menjawab dengan celih. “Anak anjing yang tangguh.”

“Itu bagian dari ujian!” katanya.

“Baik, Master!” sahut keduanya kompak.

Hayek, pria dengan panggilan master itu tersenyum ramah nan manis. “Nah, pastikan puppy² tangguh itu sehat sebelum waktu yang ditentukan. Tawari apa saja yang ia inginkan, sekalipun ia ingin makanan dari negeri dongeng,” kelakar pria itu cekikikan.

“Master terlihat menyayanginya.” Takara manyun.

“Aku selalu menyukai anak kecil ataupun anak anjing, apa lagi mereka semanis Jacsah. Aku ingin memasukkannya ke dalam peti lalu mengirimkannya ke neraka!” Hayek menyeringai. Ketiganya pun tertawa nikmat.

***

Meja makan dipenuhi hidangan. Di bawah cahaya rembulan terang, garden party³ sungguh berjalan dengan meriah. Ia tau, para kaki tangannya tak pernah menolak ajakannya. Ia juga tau kalau mereka akan tetap melahap apa pun, sekalipun perut mereka kekenyangan. Ia percaya mereka akan senantiasa melakukannya demi ia sendiri.

REBELLION [END|Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang