5 Februwari, Windsteria, 22.00 waktu setempat.
Seluruh anggota yang Luda perintahkan untuk memeriksa kediaman para penempa pedang dan daftar orang-orang yang Kanen curigai telah kembali. Sayangnya, tak ada titik terang, mereka hanya memproduksi Cult seri tahun 2000'an, dengan adaptasi gaya katana—pedang lengkung khas Jepang, atau bergaya jian—pedang lurus Tiongkok yang digemari karena fleksibilitasnya. Mereka mengatakan, jika Cult 1925-1945 sudah berhenti dibuat dan dijual belikan di pasar Nathuya sejak Menteri Ketahanan dan Persenjataan, Moses Abbas wafat. Sebab, Cult 1925-1945 tidak dibuat oleh sembarangan penempa.
Menurut catatan sejarah, selepas Abbas wafat keberadaan para penempa pedang Cult 1925-1945 juga dikabarkan menghilang dan kabar buruknya lagi, jika jenis pedang ini tidak banyak dicatat dalam buku sejarah persenjataan Nathuya karena dianggap sangat berbahaya dan mematikan. Dikenal sebagai pedang haus darah, dan memiliki unsur magis yang kental. Dalam buku harian Shinshe Sohma profesor berdarah Linga peranakan Jepang, Cult 1925 pernah dipakai untuk mengeksekusi mati tersangka pembunuhan berantai pada tahun 1930 di wilayah Batasku. Untuk Cult 1945 sendiri pernah dipakai untuk mengeksekusi seorang pembelot di perbatasan Ango-Linga pada tahun 1960.
Luda memijat kening, ia hanya bisa menatap para rekannya yang tampak kelelahan dan hilang harapan. “Beristirahatlah selama dua jam sebelum kembali bertugas!” perintah pria itu menatap tegas.
Luda mencubit lengannya diam-diam, ia juga menggigit bibirnya sambil curi-curi pandang. Sementara itu, Mazuke Joe, pria dengan kacamata hitam berbentuk bulat seukuran koin di sudut ruangan tengah membolak-balik kertas berisi foto jasad wanita dua puluh tahunan dari Distrik 3 dalam kasus overdosis dracgone, sore tadi.
“Tapi, aku masih sangat curiga pada keluarga Vandell!” ujar Joe tiba-tiba saja membuat Luda mengangkat kepala. “Aku ingin Kanen memastikannya denganku malam ini. Kanen pernah bilang kalau Vandell dikenal sebagai penepa pedang paling jenius di Nathuya.”
Kanen menolehkan kepalanya pada Joe, pria yang kini menyematkan kacamata di kepala. “Kapten, aku belum tidur!” protesnya sambil manyun.
“Semua orang juga tidak tidur, bocah tengik!” pekik Joe sambil menyentil kuping Kanen. Pria itu mendesis kesal. “Kau harus tetap pergi denganku dan memastikannya! Karena kau yang telah menyeret nama Vandellize, maka kau harus bertanggung jawab. Ayo, pergi!”
“Ya, baiklah. Traktir aku yakisoba setelah ini.”
“Bawel!” Ia mendengkus. “Luda kami akan bersiap dan mungkin akan bermalam di perjalanan!” Joe bangkit seraya memboyong tubuh Kanen dalam genggaman tangannya. Luda tersenyum tegar.
Tak berselang lama dari kepergian beberpa anggota untuk memeriksa ulang kediaman Vandellize, Juzio dan Cillas lari tunggang langgang, pria itu membuka lebar-lebar pintu ruangan tempat rapat anggota khusus. Iris marunnya goncang, keringat bercucuran bahkan tubuhnya gemetar hebat.
“Informasi penting dari Ystello!” Juzio terengah-engah. Lututnya ambruk, pria itu menatap dengan begitu ketakutan. “Beberapa keluarga penempa pedang yang Battalion Windsteria baru datangi tewas pukul sembilan lalu. Kediaman mereka diserang sekelompok orang dengan senjata Cult 1925 dan 1945!” jelasnya.
“Pengedar SD yang Kapten cari dari wilayah Batler … Takara, ia juga dikabarkan tewas ketika mengirim barang ke wilayah Linga.” Cillas bersuara parau.
Luda seketika terpaku, ia tak bisa merasakan hal lainnya selain pening dan nyeri di bagian belakang leher. Pria itu menghantamkan kepalanya ke meja.
“Pindahkan sanak saudara kalian ke tempat lebih aman. Untuk beberapa anggota yang kumintai memeriksa orang-orang dari Unit Sayap Mawar, Lilac juga Tulip bersiaplah, kematian kita di depan mata!” seru Luda sambil menggebrak meja.
![](https://img.wattpad.com/cover/375152597-288-k123733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION [END|Completed✔]
Mistério / Suspense(Juara 3 Writora 2024) (Versi buku akan segera hadir) Nathuya, sebuah negeri yang pada mulanya penuh kedamaian. Nahas, sejak tsunami yang terjadi pada tahun 1900'an semuanya berubah. Pembunuhan tanpa jejak merajalela, peredaran obat-obatan tak terk...