keenam...

55 0 0
                                    

Hola para pembacakuuu.. aku update tapi tidak banyak semoga kleann tak bosann yaaa

Jangan lupa like dulu jangan jadi pembaca gelap yaa, senggkuu🤍🤍

Oh iyaa gess bacanya dengerin lagu
_Somebody Pleasure_
Feel-nya dapattt

Matt bacaa



Rifan duduk di pinggir tempat tidurnya, matanya terpaku pada layar ponselnya. Tangan kanannya memegang telepon yang sudah beberapa kali ia coba untuk hubungi. Namun, setiap kali ia berniat menekan tombol panggil, jantungnya terasa berhenti berdetak sejenak.

"Ini beneran gue lakuin sekarang?" pikir Rifan, kebingungan. Ia telah memendam perasaannya pada Alexsa selama bertahun-tahun, tetapi ketakutan selalu menghalangi langkahnya untuk mengungkapkannya.

Bayangan tentang Alexsa terus berputar di kepalanya—tawanya, senyumnya yang selalu membuat hari-harinya lebih cerah, bahkan saat ia sedang berada ribuan mil jauhnya di Amerika. Ia tidak pernah bisa melupakan perasaan itu, rasa rindu yang terus menghantui setiap malam. Tapi, rasa takut akan ditolak membuatnya ragu. Bagaimana jika Alexsa tidak merasakan hal yang sama? Bagaimana jika dia hanya menganggapnya sebagai sahabat baik?

Waktu terus berjalan, dan Rifan menyadari bahwa dia tidak bisa terus menunggu. "Ini mungkin kesempatan buat gue," gumamnya pelan, meyakinkan dirinya.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan. Tangannya kembali meraih ponselnya, kali ini lebih mantap. "Ini saatnya, Rifan," katanya pada dirinya sendiri. "Kalau enggak sekarang, kapan lagi?"

Jari-jarinya mengetuk layar ponsel, mencari nama Alexsa di daftar kontaknya. Hanya dengan melihat namanya saja, perasaan hangat dan gugup bercampur menjadi satu. Akhirnya, dengan sedikit gemetar, ia menekan tombol panggil.

Dering pertama, kedua, ketiga. Rifan mulai berpikir untuk membatalkannya, tapi tepat sebelum dia menutup panggilan, suara Alexsa terdengar di ujung sana. "Halo, Rifan? Ada apa?"

Suaranya yang lembut namun lemah membuat Rifan semakin gugup, tetapi juga memberinya dorongan keberanian. "Alexsa... Gue nggak tahu gimana cara bilangnya, tapi... gue.. gue suka sama lo. Dari dulu, perasaan gue nggak pernah berubah," ucap Rifan, suaranya terdengar serak dan bergetar.

"Fan, aku... aku nggak tahu harus bilang apa" jawab Alexsa, terdengar tenang meskipun Rifan bisa merasakan ada beban di balik suaranya.

"Gue nggak butuh jawaban sekarang, Xaa. gue cuma mau jujur tentang perasaan gue. Itu aja." ucap Rifan terlihat sedikit kekecewaan padahal Alexsa belum menjawab tentang perasaannya

"Gue... terima kasih udah jujur tentang perasaan lo Fan. Gue ngehargain perasaan lo." balas Alexsa dari sebrang sana, Rifan merasa sedikit kecewa karena semua tak sesuai dengan harapannya

Seketika suasana menjadi hening di ujung telepon. Mereka berbicara beberapa saat lagi sebelum akhirnya Alexsa menutup telepon.

Satu hal yang tidak pernah ia sesali adalah keberanian untuk jujur pada perasaannya. Meskipun hasilnya tidak seperti yang ia harapkan, setidaknya ia tidak perlu lagi hidup dengan penyesalan karena tidak pernah mengungkapkan perasaannya.

Sad Ending (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang