chapter 18

281 24 7
                                    

No sensor teks vulgar!

Taufan terdiam menatap luar jendela cafe milik pamannya, dia hanya memperhatikan orang-orang berlalu lalang melakukan kesibukannya sendiri

Ada yang bergegas ingin pulang kerja, pulang sekolah bahkan ada yang berjalan masuk kedalam cafe milik pamannya dengan menggandeng seorang pacar.

Dia merasa sedikit iri melihat pemandangan itu, mengapa tidak bersama yaya? Setelah kejadian tadi siang di sekolah, dan wali siswa dipanggil oleh sekolah

Membuat ibu yaya marah dan membuat yaya tidak boleh berdekatan dengan Taufan setidaknya selama satu minggu, jangankan satu minggu, tiga menit tanpa yaya saja Taufan sudah merasa kesepian.

Dramatis, autor saja sudah 3 minggu tidak ada kuota internet.

Taufan meraih ponsel nya yang ada dimeja membuka kontak yaya dan melihat bahwa yaya telah memblokir kontaknya membuat Taufan semakin frustasi.

"Cuma ciuman aja apa salahnya?! Aku kan hanya membuktikan bahwa aku benar-benar mencintainya! Mengapa malah menjadi dipermasalahkan sampai seperti ini?! "

"Sialan halilintar"

Bibi Taufan yang melihat Taufan marah marah sendiri terkekeh pelan lalu duduk di samping Taufan dan meletakkan latte didepan Taufan.

"Minum, dan tenangkan dirimu"

"Tidak mau! Gara gara aku paman mejadi direpotkan ! "

"Jika kau tidak minum maka bibi akan sedih" ucap bibi Taufan sambil memasang ekspresi sedih

"E-eh.. Bibi jangan sedih, baiklah Taufan minum"

Taufan meraih gelasnya dan menyeruput sedikit latte miliknya itu, Taufan menghela nafas pelan

Perlahan dirinya mulai sedikit tenang setelah latte panas itu mulai membungkus lidahnya dengan rasa manis.

"Tidak apa apa, bibi tahu kau mencium yaya karena reflek dan hanya ingin menunjukkan cinta mu pada yaya yang sesungguhnya. Tapi tempat nya tidak cocok untuk kalian berdua"

Taufan hanya diam mendengar ceramah dari bibinya.

"Bibi juga tahu, pada awalnya kau tidak begitu menyukai yaya karena dia sering menindas mu. Tapi perlahan-lahan gairah mulai muncul sedikit demi sedikit diantara kalian gairah itu mulai membuahkan cinta"

"Cinta yang kalian miliki mulai bertumbuh besar sehingga menimbulkan gairah lebih besar, bahkan terkadang bisa menimbulkan pikiran pikiran kotor dan sering berharap akan bisa melakukan nya suatu saat nanti"

"Namun karena tidak bisa ditahan, yah.. Akhirnya seperti ini"

"Tidak apa apa, tidak perlu merasa bersalah, bibi dulu juga seperti itu, bahkan bibi dipukul menggunakan tongkat penyapu oleh kepala sekolah saat terciduk melakukan hal seperti itu"

Taufan menatap wajah bibinya selama beberapa saat, mencoba mencerna semua perkataan bibinya dan mulai meresap apa yang dikatakan.

Taufan menundukkan kepalanya dan tersenyum kecil

"Baiklah, Taufan mengerti, Taufan akan belajar untuk mengendalikan gairah dan pikiran kotor didalam diri Taufan"

"Demi apa? " bibi Taufan mengangkat sebelah alisnya

"Demi keselamatan Taufan dan yaya, demi kebersihan nama baik, demi nama baik sekolah, dan demi menyenangkan hati paman dan bibi! "

"Anak pintar" bibi Taufan mengacak-acak rambut Taufan

⚡︎

Waktu terus berjalan, langit sore perlahan mulai berganti menjadi langit malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang