BAB. 2

23 15 2
                                    

Dingin.
Itulah yang kurasakan di sebuah ruangan pengap, dan berbau busuk. Entah dimana aku berada sekarang, ruangan ini juga gelap. Membuat jarak pandangku sangat terbatas. Aku berusaha meraih benda di sekitar, tapi tidak ada apa-apa.

Beberapa menit aku merangkak, hingga tanganku menyentuh sesuatu. Halus, berongga, dan ringan. Apa ini? Pikirku saat ini, aku kembali merangkak dan menemukan lebih banyak benda seperti yang tadi. Dalam keadaan ini aku tak bisa melihat benda-benda yang ku pegang. Semuanya gelap.

Aku memutuskan untuk berdiri, mencari jalan keluar dengan berjalan. Sesekali aku terbentur dinding ruangan. Aku juga tidak tahu tempat apa sebenarnya ini. Hingga setitik cahaya muncul, tak jauh dari posisiku, mungkin itu adalah pintu keluar. Yes.

Akhirnya aku akan segera keluar dari tempat gelap ini. Berlari secepat mungkin menuju titik cahaya, hingga aku tak menyadari hal aneh sedang terjadi. Aku tak pernah menggapai titik itu. Semakin aku berlari dia semakin menjauh.

BRUKK. Aku terjatuh ke dasar, seperti aku baru saja terkena perangkap, membawaku lebih dalam, meringis kesakitan. Tadinya aku berpikir akan segera keluar ternyata tidak sama sekali. Bahkan ini menjadi lebih buruk.

Kakiku juga terkilir, dan sekarang ini bahkan lebih gelap, lebih pengap. Dasar ruangan ini juga aneh, bukan lantai yang biasa. Ini... Tumpukan tengkorak, aku beranjak berdiri. Ini sangat menyeramkan, bagaimana aku bisa tak sadar dari awal. Cahaya mulai muncul, aku menoleh ke kiri dan kanan, ruangan ini dipenuhi oleh tengkorak manusia.

Tanpa kusadari, seekor kelelawar terbang mengarah diriku. Aku kaget, terjatuh dan kerangka-kerangka itu telah menyambutku.

"Arhhh..."

Ternyata itu hanya mimpi, aku terbangun di ranjangku. Ini masih sangat pagi, matahari belum terlihat di ufuk timur. Tubuhku berkeringat dingin, tadi itu mimpi yang menyeramkan.

"Lo, kenapa Dik? Bikin kaget aja gue aja tadi pas mandi." Tubuh Ali muncul di ambang pintu, tampaknya terkejut dengan teriakanku tadi.

"Ah... gapapa, cuma mimpi buruk aja bro, santai." Aku nyengir lebar.

"Oh gitu," gumam Ali,"yaudah langsung mandi aja. Lo, gamau kan telat lagi?"

Ali benar, sebaiknya aku mandi sekarang, aku tak ingin telat lagi seperti kemarin. Aku bergegas mengambil handuk, lalu berjalan menuju kamar mandi. Ali kembali ke kamarnya, mungkin mengenakan seragam sekolah.

Lima belas menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Lalu langsung mengenakan pakaian, Ali pasti sudah menunggu di dapur.

"Lo, ga sarapan dulu?" Ali bertanya saat aku menyusuri tangga, tanganku masih fokus memasang kancing. Dia tampak menikmati sarapan pagi ini, sebua roti dengan selai kacang.

"Iya, masa gue ga sarapan, ntar kayak kemarin lagi, pingsan di sekolah." Aku menginginkan kejadian kemarin, membuat Ali terkekeh ~karena sesuatu di kejadian kemarin.

Aku langsung meraih kursi, mengambil sepotong roti dan siap menyantapnya dengan segelas susu. Roti dan susu ini, pasti diberi oleh Koh Along.

***

Cahaya matahari mulai bersinar cemerlang, membasuh wajah kami. Dengan aku tak telat seperti kemarin, kami ~aku dan Ali~ tiba di sekolah saat masih sepi, hanya beberapa murid yang terlihat.

Kami berjalan di lorong yang lengang, dan saat tiba di kelas seseorang ternyata sudah menunggu kami. Bahkan aku tak mengira hal ini, apalagi Ali dia mematung di sebelahku. Di pojok kelas, seorang perempuan menatap kami dengan senyum khasnya.

"Wah, datang pagi banget, Tin. Ada apa?"

"Iyalah, aku tadi ngejar kamu." Tina memasang wajah cemberut, mendengar itu dahiku terlipat. Bingung.

Misteri Haguang YangshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang