BAB. 4

18 8 0
                                    

Pagi yang cerah.
Di rumah berlantai dua milik Ali, aku menatap dalam keluar jendela. Kicauan burung terdengar saling bersahutan. Orang-orang hendak bekerja, satu dua berteriak pada yang lain.

Hari Minggu, hari ini aku kehilangan semangat, bukan karena malas tapi aku memikirkan kejadian tadi malam. Ali berada di bawah, sedang sarapan pagi, sebentar lagi dia harus berangkat kerja, bahkan setelah apa yang terjadi semalam dia masih santai. Aku menghela napas pelan.

"Sebenarnya gue kenapa ya tadi malam? Rasanya ada energi aneh dalam tubuh gue."

Kepala Ali muncul di ambang pintu,"gue pergi dulu, lu ga kemana-mana, 'kan? Yaudah lu jaga rumah."

Ali mengambil keputusan, bahkan sebelum aku menjawab. Tapi aku hanya mengangguk pelan, nurut. Lagipula aku memang tidak ada kerjaan hari ini.

Hari ini seperti akan berjalan lancar, namun itu hanya pikirku. Bahkan semangat Ali bekerja sebelumnya padam sesaat kemudian.

Aku bangun dari ranjang bermotif garis hitam putih itu, menuruni tangga. Ali berjalan di depanku ~akan segera berangkat, bahu kirinya menyandang tas berukuran kecil.

Tenggorokanku lega setelah meneguk segelas air, dapur kecil Ali tampak rapi, piring tertata rapi, gelas dan sendok tak berantakan satupun. Meja persegi di ruangan ini, tampak simetris.

Pintu depan terbuka, pasti Ali akan pergi sekarang.

DRETT. Telepon kabel di ruangan tengah bersuara nyaring. Aku berlari kecil hendak mengangkat telepon, tapi Ali sudah mengangkatnya dahulu.

Dari raut wajahnya, itu bukan kabar baik. Semangat di wajahnya tersapu oleh kabar buruk itu. Tapi aku belum tahu pasti, mungkinkah itu masalah tagihan listrik?

"Kenapa, Li? Ada masalah... kok wajah lu serius amat. Ada apa?" tanyaku ingin tahu.

Ali meletakkan telepon, menghela napas berat.

"Koh Along diserang..."

Aku mematung mendengar hal itu, ini  amat serius. Diserang, itu pasti para jiangshi yang muncul tadi malam. Aku menggeram kesal, tidak percaya bahwa roh-roh jahat mulai menampakkan diri.

Menurut cerita yang kudengar, makhluk semacam jiangshi adalah roh jahat yang tidak mampu damai di alam roh, mereka keluar dari sana dan menyerang serta merusak peradaban manusia.

Hal ini menjadi genting, atmosfer berubah seketika, apa yang terjadi? Kenapa makhluk-makhluk itu muncul, dan... bagaimana dengan Koh Along?

***

Pukul 10:23.
Di ruangan persegi, berukuran empat sampai lima meter setiap sisinya. Di tengah ruangan dialasi kasur terbaring orang tua yang kami kenali. Badannya tak berdaya, lengan kiri dan dan pinggangnya terluka parah, dibalut dengan perban.

Ali di sebelahku, menyeka mata yang basah. Ia sedih melihat keadaan Koh Along yang buruk. Begitupun diriku, orang tua yang sering memberi kami, juga teman bagi Ali sekarang sekarat tak berdaya.

"Koh, kenapa sampai bisa kayak gini?"   tanyaku tersendat.

Senyap, tidak ada jawaban.
Lima menit berlalu, Koh Along terlihat menggerakkan mulutnya."malam tadi, jiangshi muncul..." Koh Along bernapas pelan,"mereka muncul kembali menyerang, Koh terluka pas mau pergi rumah tukang jahit kenalan, Koh."

Ali mengangguk pelan, Ali di sebelahku menggeram, tangannya mengepal.

Dengan kondisi seperti ini, pasti terjadi kericuhan di seluruh kota dengan kembalinya para roh jahat. Koh Along mengatakan mereka kembali, jadi sebelum ini mereka memang pernah muncul, tapi kenapa? Apa yang membuat mereka kembali muncul?

Misteri Haguang YangshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang