BAB. 10

3 1 0
                                    

Pukul 10:00.
Pagi ini kami sedang belajar dengan Buk Wati. Di depan dia sedang asyik menjelaskan apa sejarah Bizantium, para penguasanya, dan perang yang terjadi ketika masa itu.

Sebagian murid mulai menguap seperti embun di lapangan sekolah. Aku terkantuk-kantuk menyimak Buk Wati yang mulai bercerita lebar, entah apa arah pembicaraannya. Tina di bangkunya kalem mendengarkan.
Matahari semakin tinggi.

"HEI!!!" teriak Buk Wati saat melihat kami tidak fokus memperhatikan, bahkan ada yang tertidur.

Mendengar itu kami reflek mendirikan kepala, bisa jadi masalah besar kalau Buk Wati malah mengamuk. Tapi untung saja nasib masih berpihak pada kami.

***

"Kamu kayak ga enakan badan. Kenapa?"  tanya Tina berjalan ke mejaku.

"Ahh itu... Sebenarnya aku kurang istirahat, harusnya aku juga izin kayak Ali. Dia pasti sedang asyik di rumah sekarang," ucapku terpikir Ali yang tidak masuk hari ini.

"Gitu," Tina mangut-mangut, "yaudah jangan dipikirin lagi, bentar lagi juga pulang kok."

Aku mengangguk. Tina benar, hanya beberapa menit lagi bel pulang akan berbunyi. Dan kami akan segera pulang. Aku mengepalkan tangan karena senang.

"Tapi... Bukannya kamu harus ketemu Fay ya?"

Senyumku langsung terlipat, teringat aku punya latihan rutin dengan Fay sepulang sekolah. Tina menahan tawa melihat ekspresi masamku.

TING.

"Yeyy!! Pulang..."

***

"Kuda-kuda kau kurang kokoh," ucap Fay, "perkokoh lagi!"

Aku mengatup rahang, kembali memasang kuda-kuda yang lebih baik. Angin berhembus menerpa wajahku. Matahari sore membuat langit indah yang kulihat dari altar kuil kuno ~tempat kami bertemu dengan Fay.

"Bagus, sekarang fokus kumpulkan tenaga dan pusatkan pada tangan kananmu," perintah Fay.

Fay kembali memberi arahan kepadaku. Sore ini adalah hari kedua aku latihan dengan Fay, yaitu latihan melatih kekuatan spirit yang ada dalam tubuhku.

Sejak kejadian di Danau Peri Kembar kami harus selalu waspada. Fay mengatakan ada hal yang akan terjadi di kota kami, mungkin serangan roh atau semacamnya.

Matahari semakin condong ke barat.

Pagi itu, di penginapan desa kami sedang berkumpul di meja makan. Pemilik penginapan sangat ramah, menerima dan melayani kami dengan sangat baik.

Ali sedang lahap menyantap bubur hijau di piringnya. Tina asyik bercakap-cakap dengan anak gadis pemilik penginapan yang sepantaran dengan kami bertiga. Hanya satu orang yang tidak tampak disini. Fay.

"Dik, lu gamakan?" Ali menatapku setengah bingung, setengah lagi berharap bagianku untuknya.

Aku balas menatapnya lalu berseru, "makan aja kalau lu mau, gue ga laper."

Beberapa saat kemudian Fay kembali dengan wajah tegang. Membuat tawa Tina dan anak-anak menguap, ikut tegang. Aku menjadi penasaran dengan apa yang terjadi diluar sana.

"Ada apa Fay, apa yang terjadi?"

"Kita harus bergerak sekarang, aku merasakan hawa makhluk di wilayah ini, pasti mereka ingin Teratai Suci juga." Fay memerintah kami untuk segera bergegas.

Apa yang sebenarnya terjadi? Aku yakin ini pasti ada hubungan dengan makhluk di Haguang Yangshi. Tapi kami harus bergegas sekarang, lupakan anak-anak disini yang comel dan lucu, atau makanan lezatnya. Kami harus bergegas sekarang juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Haguang YangshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang