5. H-7 JOGJA.

16 1 0
                                    

Dahulukan vote sebelum membaca..

Happy reading!!

***

"ABANGGGG!! CEPETAN KENAPASIH?!" teriakan nyaring seorang gadis memenuhi rumah besar itu, membuat suasana menjadi bising dan heboh.

"Bang Senan!!!! Ini udah jam setengah 7, nanti gue telat!!" teriaknya lagi.

"SABAR! GUE NYISIR DULU!" sahut laki-laki dari arah kamar ikut berteriak.

Camila memasang tampang sebal, duh kalo kayak gini dia bisa telat! dasar abang lelet!

Arsen yang sepertinya akan berangkat ke kantor menuruni tangga, menatap heran kepada Camila yang masih duduk santai padahal matahari sudah terang.

"Kamu kok belum berangkat?" tanya Arsen kepada Camila.

"Mila nunggu bang Senan tapi dia malah nyisiran dulu, mana lama." adu Camila kesal, ia berkali-kali melirik jam yang terpampang di ponselnya. Huh, kalo bukan karna Artha yang sudah berangkat ke kampus pagi-pagi buta dan Hasta yang menginap di rumah temannya Camila tidak akan mau berangkat dengan Senan, karena Senan itu ngaret!

"Mau berangkat bareng abang?" tawar Arsen kepada Camila, melihat jam yang sudah mendekati angka 7 bisa di pastikan Camila telat jika menunggu Senan yang masih bertele-tele.

Kantor Arsen tidak searah dengan sekolah Camila, ia harus putar balik agar bisa ke kantornya setelah dari sekolah Camila, namun melihat Camila yang uring-uringan membuat Arsen tidak tega, lagi pula tidak ada salahnya. Itung-itung menghabiskan waktu bersama adiknya walaupun sebentar.

"Tapi kan kantor abang beda arah?"

"Nggak apa-apa, abang lagi nggak buru-buru," mata Camila berbinar, ia menyetujui tawaran Arsen untuk berangkat bersama.

Keduanya pun berpamitan kepada bunda dan mami, sebelum akhirnya menghampiri mobil Arsen dan segera melesat ke SMA Tunas Harapan.

"Dung! Ayo cepet gue udah siap!" Senandika memakai sepatunya sembari terus memanggil Camila, tadi nyuruh cepet tapi sekarang malah ngilang.

"KARDUNG!" teriak Senan kesal.

"Ehh apasih bang teriak-teriak, Mila udah berangkat tadi sama abangnya," bunda yang datang dari arah dapur menanggapi teriakan Senan yang cempreng.

"Hah? Sama bang Arsen?" tanya Senan dengan nada bingung, perasaan dia nggak selama itu sampe di tinggal.

"Iya, lama sih kamu," Senan menggerutu, huh dasar adik nggak sabaran! Masa gitu aja Senan di tinggal?!

"Yaudah deh bun, Senan berangkat dulu," Senandika menyalimi tangan Irin dan mengecup pipi bundanya itu singkat.

"Iya bang hati-hati, inget. Jangan ngebut-ngebut!" peringat Irin yang di angguki Senan.

"Iya bundanya Senan cantiknya Senan!" ujar Senandika sambil berjalan keluar rumah setelah mencomot roti yang sudah di beri selai.

Senandika menaiki motor besarnya, memanaskan mesin terlebih dahulu sebelum melajukan motor itu dengan kecepatan di atas rata-rata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The KnackeredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang