1. The Beginning Of All.

353 46 11
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 22.30, angin malam berhembus dingin, namun hal tersebut tidak membuat Prawara beranjak dari tempatnya, ia masih betah melihat terangnya bulan yang menerangi kota Bandung dari bawah sini.

Langit malam ini cantik, bintang pun sepertinya sedang tidak malu untuk menunjukan keindahannya, Prawara menatap satu bintang yang paling terang di antara bintang lain, berharap mamanya melihat dirinya dari atas sana.

Beberapa detik kemudian ia tersenyum kecut, mengingat kejadian tadi, dimana papanya lagi-lagi membandingkan dirinya dengan sang kakak.

Prawara menghela nafas panjang, lalu mengeluarkan sebungkus nikotin dari saku celana abu-abunya, mengambil salah satu benda itu, lalu membakarnya.

"Ma.. papa benci banget ya sama Wara?" Prawara membuka suara.

"Mama liat Wara dari sana kan? Doa'in Wara terus ya ma, doa'in anak mama yang cengeng ini." lanjutnya, lagi-lagi Prawara berucap lirih, Prawara lelah, ia merasa dunianya tidak adil.

Namun ia bingung harus mengeluh kepada siapa atas ketidakadilan ini, dadanya sesak saat kejadian tadi terus terputar di pikirannya.

flashback on

Gunawan Wiguna Madava, seorang pengusaha restaurant yang sangat terkenal di beberapa kota, memiliki banyak cabang restaurant di kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Bisnisnya melesat sukses, membuat ia di kenal banyak orang, namun sedari dulu orang-orang mengenal Gunawan hanya memiliki satu anak laki-laki, yaitu Gama Bamantara Madava.

Kenyataan pahit itu harus Prawara telan mentah-mentah, kamar bernuansa abu-abu gelap itu sangat berantakan sekarang, kamar yang biasanya tersusun rapih dan wangi khas seorang Prawara Adiraksa Lembayung, kini sangat kacau bak kapal pecah.

Prawara membaca artikel di internet tentang papanya, ia berdecih pelan, merasa muak akan situasi ini.

Kemudian, Prawara memutuskan keluar dari kamarnya dan turun menuju lantai 1 mansion megah ini, masih dengan membuka tentang artikel tersebut, berniat mencari sang papa.

Saat sampai di lantai 1, Prawara berjalan menuju ruang tengah, dilihatnya Gunawan yang sedang berkutat dengan laptop di depannya.

Sambil terus menghampiri Gunawan, Prawara membaca ulang artikel itu dengan suara yang sengaja ia keras kan.

"Gunawan Wiguna Madava, pemilik Viollate restaurant mengumumkan bahwa anak semata wayangnya, yaitu Gama Bamantara Madava akan menjadi pewaris resmi di masa depan nanti?" tanya Prawara sembari berhenti di samping Gunawan, dengan tangan kiri yang ia masukan ke dalam saku celana.

"Saya sedang tidak mau bertengkar Prawara, naik lah." ujar Gunawan tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

Prawara berdecih, "Nggak salah pa? Terus Wara siapa kalo bukan anak papa?" Prawara bertanya dengan nada yang mulai meninggi.

"Segitu bencinya kah papa sampe nggak mau akui Wara sebagai anak papa?"

"Diam Prawara." perintah Gunawan menekan ucapannya.

"Wara salah apa sih pa?" kini Prawara bertanya lirih, Gama yang baru saja turun dari kamarnya menatap adik dan papanya mulai beradu argumen lagi.

Karena terpancing emosi, Gunawan bangun, menghampiri anak keduanya itu, "Anak sialan!" bogeman mentah berhasil mendarat di pipi sebelah kanan Prawara, membuat wajahnya tertoleh ke samping, "Masih nanya salahmu dimana? KAMU SUDAH MEMBUNUH ISTRI SAYA! Kurang jelas apa salahmu? Dasar anak sialan!" Prawara menatap Gunawan tidak percaya, perih di pipinya tidak seberapa jika di sandingkan dengan perih di hatinya.

The KnackeredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang