3. Who Is Prawara?

155 33 25
                                    

vote dulu jangan lupa..


           ***

Prawata menatap pantulan dirinya di cermin kamar miliknya yang ber cat tembok abu-abu itu, ia mengancingkan seragam sekolah yang tengah ia kenakan, kemeja putih yang di keluarkan dan dua kancing teratas di biarkan terbuka, menampilkan kaos hitam polos yang membentuk tubuh laki-laki jangkung itu sempurna.

Rambut hitam legamnya ia biarkan setelah di keringkan menggunakan hairdryer, ia menyemprotkan parfum miliknya ke beberapa titik di tubuhnya.

Wajah tampannya selalu terlihat datar, dengan tatapan setajam elang yang mampu membuat mereka tidak bisa berlama-lama saat menatap mata legam itu.

Tok tok tok..

Pintu kamar Prawara di ketuk, pintu yang terbuat dari kayu jati berwarna hitam itu sedikit terbuka, "Tuan muda, nyonya Tara  sudah menunggu anda di bawah untuk sarapan." ujar seorang laki-laki setengah paruh baya yang mengenakan pakaian formal.

"Ya, saya segera menyusul." pak Lingga—asisten pribadi oma dari Prawara alias Tara—pun memberi salam sebelum menghilang dari pandangannya.

Prawara menghela nafas kasar, ia buru-buru memakai hoodie berwarna hitam serta sepatu kets dengan warna senada dan mengambil tas gendong yang isinya hanya ada satu buku tipis, dompet, dan charger, eits Wara bukan nggak mampu beli buku lho ya, dia bisa saja beli pabrik buku kalau ia mau, Wara hanya malas jika tasnya berat hanya karena membawa buku banyak.

Prawara menuruni tangga rumah besar itu dengan bersenandung kecil, sesekali menyisir rambutnya ke belakang saat rambut hitam dengan model two block itu menghalangi pandangannya.

Di ruang makan lantai dua sudah ada sang oma yang menunggunya sembari sarapan, meskipun usianya sudah menginjak 71, wajah oma tetap berseri, berat badannya pun ideal, tidak banyak keriput yang timbul, meskipun uban tidak henti-hentinya tumbuh, oma masih sangat cantik.

"Pagi oma," sapa Prawara sembari mengecup pipi sang oma, lalu duduk di hadapannya.

"Kamu ini, Kebiasaan sekali bikin oma kaget," omel oma, Tara kemudian memberikan roti yang sudah di olesi selai coklat di atasnya kepada sang cucu.

Setelah kejadian satu tahun yang lalu, Prawara memutuskan untuk tinggal dirumah sang oma yang kala itu menjemputnya, Tarasya Shaerra Skylar, ibu dari Haura Janelle Monae Skylar, Tara ini adalah ibu dari mamanya Prawara, Tara menikah dengan laki-laki berdarah Eropa, dan lahirlah putri kecil mereka yang di beri nama Haura, meskipun Haura meninggal dalam keadaan sedang melahirkan Prawara, Tara sama sekali tidak membenci Prawara, ia tahu kalau semua itu bukanlah salah cucunya yang lugu dan manis, melainkan karena takdir tuhan yang sudah di susun sedemikian rupa.

Kala itu, Tara menjemput Prawara kembali untuk tinggal bersamanya, Prawara tidak mengeluh akan hidupnya, Prawara adalah laki-laki yang kuat, bahkan disaat namanya tidak mendapat marga yang seharusnya menurun dari sang ayah, anak itu tidak protes, ia menerima dengan lapang dada selama ini, tidak iri maupun marah kepada situasi, benar, Prawara Adiraksa Lembayung tidak diberi marga Madava di belakang namanya.

Mengingat hal tersebut membuat hati Tara sakit, maka dari itu ia sangat sayang dan menjaga Prawara lebih dari apapun.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Tara membuka obrolan.

"Aman oma," jawab Prawara seraya menyantap roti yang di sodorkan Tara.

"Jangan sering bolos, oma tau loh kamu sering nggak masuk kelas dan sering diem di bengkel, kalo kamu nggak ada perubahan, oma bakar bengkel kamu!" Tara tidak main-main dengan ucapannya, ini peringatan serius!

The KnackeredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang