9. Cafe?

272 47 8
                                    

Hari ini bubaran sekolah lebih awal dari biasanya, itu terjadi karena sudah satu minggu kemarin sampai hari ini sekolah Gio sedang melakukan UTS secara serentak dari kelas 10-11. Karena hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan UTS, Feni dan Gio memilih tak langsung pulang ke rumah. Atas ajakan Feni, mereka pergi ke sebuah cafe di dekat sekolah mereka.

Sekarang mereka memasuki cafe dan memesan minuman juga beberapa makanan untuk dimakan. Sebenarnya Gio ingin segera pulang kerumah, tapi Feni memaksanya untuk pergi ke cafe ini. Dia beralasan ingin ditemani oleh Gio, padahal ada hal lain yang Feni rencanakan.

Feni mengajak Gio untuk duduk di bangku ujung dekat jendela, lantas Gio hanya mengikuti keingin Feni. Dia sangat lelah saat ini, tapi dia tak bisa menolak keinginan Feni. Kalau dia menolak, yang ada dia pasti habis dimarahi neneknya.

Gio yang bosan karena makanan yang dia pesan tak kunjung datang memilih mengeluarkan ponselnya, hal pertama yang dia lihat adalah foto seorang gadis yang masih saja mengisi hatinya. Setelah membuka lockscreen, dia langsung membuka pesan yang sedari tadi mengganggu ketenangannya. Ada banyak sekali pesan dari teman-temannya, mereka sangat tak sabar menantikan hari esok sampai-sampai mereka sudah heboh sendiri di grup chat ini.

Sayangnya atensi Gio teralihkan, dengan datangnya teman-teman Feni. Gio mengenal beberapa dari mereka, tapi ada satu orang yang asing menurut Gio. Mereka yang berisikan empat orang wanita itu duduk di tempat yang sama dengan Feni dan Gio.

"Maaf ya lama, ada urusan bentar tadi" Ucap Jinan.

"Iya nih, gara-gara nungguin Shani nemuin pak Jabib makanya telat" Sisca ikut menambahkan, dia tersenyum bangga bukan bagian dari anak inti OSIS yang super sibuk itu.

Gio memilih kembali ke aktivitas awalnya, dia tak memperdulikan teman-teman Feni, dia juga tak peduli jika di sana ada Shani yang sepertinya merasa tak nyaman dengan kehadiran nya, tapi kegiatannya kembali di tertunda saat dia merasa pundaknya sentuh.

Dia melihat siapa yang menepuk pundaknya itu dengan raut wajah bingung, "Aninditha, panggil aja Anin" sambil menyodorkan tangannya. Shani yang melihat itu tentu saja kesal apalagi saat Gio menerima uluran tangan Anin.

Gio menyambut tangan itu "Gio" setelah itu dia kembali fokus pada ponselnya. Dia tak memperdulikan keberadaan Feni dan teman-temannya itu. Dia masih asik, dengan grup chatnya yang sedang membahas persiapan mereka untuk esok hari.

Semua yang ada di meja itu asik dengan obrolan dan aktivitas masing-masing. Berbeda dengan Shani yang sedari tadi sedikit tak tegang dengan situasi saat ini, dia tak tau kalau Feni mengajak Gio ke cafe ini.

Anin yang duduk tepat di depan Gio tak pernah mengalihkan pandangannya dari Gio, dia sama sekali tak ada niat masuk ke obrolan empat temannya itu dan dia, dia lebih memilih menghabiskan waktunya memandangain satu-satunya pria di sini.

Gio yang sadar kalau dia sedari tadi ditatap oleh Anin, mengalihkan pandangannya dari ponsel untuk membalas tatapan Anin "Kak Anin, dari tadi kenapa ngeliatin aku?" Mendengar itu Anin langsung saja mengalihkan pandangannya, tapi sekarang Gio lah yang menatap lekat dirinya. "Kak, ada masalahkah? ada yang salah sama muka ku? atau ada bekas makanan?" Gio terus saja membuat Anin mati kutu, dia tak berniat jahat. Dia hanya ingin menjahili Anin dan sekaligus membuat Shani kesal disana, dia ingin melihat bagaimana reaksi Shani jika dia menggoda wanita lain dihadapannya.

Gio membenarkan posisi duduknya, dia yang awalnya duduk menyandar pada sofa cafe-hampir posisi rebahan, mengubah posisi duduknya menjadi tegap memberikan bahasa tubuh jika dia mulai tertarik untuk mengobrol dengan Anin. Bukan hanya itu, dia sedikit mencondongkan badannya ke depan agar mengobrol lebih intens dengan Anin.

Ah ya, jalan lupakan senyuman super ramah Gio seolah dia senang berada disini, apalagi dengan kehadiran Anin. Perubahan sikap Gio yang tadinya tidak peduli membuat Anin sedikit salah tingkah.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang