1 : 21 Mei Tanpa Bumi dan Matahari

53 2 2
                                    

Pov : Raib&pihak ke3

Keesokannya, Mama kembali menjadi
semula. Dia memelukku, terisak.

"Maafkan Mama Raib...maafkan
Mama..Sungguh mama tidak bermaksud mengatakan semua itu..."

Mama hendak bersujud, namun aku
segera menahannya.
"Mama jahat...Mama telah melukai
Raib...Maafkan Mama nak..Mama tidak pantas menjadi orangtua-"

"Ma.." Aku memeluknya erat,
menangis. Aku masih takut berada didekatnya, jantungku berdetak kencang dan tanganku bergetar hebat, namun juga aku masih berharap dia menerimaku sebagai anaknya.

Seperti dahulu.

Mama mengelus punggungku.
"Raib adalah anak Mama..Raib adalah
anak Mama dan Papa..Raib akan selalu menjadi putri kami.."

Mama tidak sepenuhnya membenciku.
Tidak. Dia tidak membenciku. Bibi bilang Mama memiliki masalah mental, psikisnya buruk sejak Papa meninggal.
Aku belum diizinkan sekolah, walau
semester baru sudah dimulai hari ini. Bibi memintaku untuk istirahat selama seminggu.

Sampai sekarang, dia masih tidak
menanyakan tentang ke mana saja aku, tentang aku bukan anak kandung mereka. Aku tidak tau kenapa, aku tidak terlalu memikirkannya.

Bibi tinggal bersama kami untuk
sementara waktu, sampai kondisi Mama membaik. Dia juga membantu mengurus rumah, mengurusku. Aku lebih banyak menghabiskan waktu dikamarku, mendekap disana. Air mataku terlalu kering untuk keluar, tetapi aku masih merasa pipiku basah setiap detik. Aku masih takut dengan Mama, takut dia akan mengeluarkan kata - kata tajam itu.
Sendiri dikamar.

Bibi sempat bertanya dimana Siputih,
namun aku tidak menjawabnya--Bibi tidak bertanya lebih lanjut. Aku tidak mungkin bilang kalau siputih sudah bertemu dengan majikannya dan pergi berpetualang ke klan lain.

Sendirian dikamar malah membuatku
tambah sesak, setidaknya tidak terlalu sesak disaat aku berada disekitar orang - orang. Entah apa yang kulakukan saat aku sekolah nanti.

Entah apa yang kulakukan saat
bertemu dengan Sel--

Crak! Pensilku patah seketika. Aku
terlalu keras menekannya pada kertas.
Jika Ali dan Siputih tidak ada, tidak
mungkin aku ke ruang penyesalan sekarang, Seli..., Miss Selena--

Buk! Aku memukul meja belajarku, alat
tulis diatasnya berjatuhan--mereka bersyukur aku tidak menggunakan pukulan berdentum.
Aku menatap kosong buku dimejaku--
satu - satunya teman bicara yang kumiliki sekarang. Aku berusaha menumpahkan semuanya, emosi, kesedihan, semuanya. Setidaknya bebanku bisa berkurang berkat kertas dan pensil ini.

Semoga saja. Semoga saja.

Aku pernah bermimpi, aku habis
pulang dari sekolah, Mama dan Papa sedang sibuk diluar, lupa jika hari itu adalah hari ulang tahunku. Aku kira aku akan menghabiskan hari itu sendirian, di meja makan yang seharusnya mereka ada didekatku. Tiba - tiba Siputih dan N-ou muncul, dan mereka membawaku ke basement Ali. Rupanya, semua orang--yang pernah aku temui datang merayakan ulang tahunku. Miss Selena yang mengundang mereka, bahkan Bibi Gill, kembar ceroz juga muncul.
Itu mimpi yang lucu, namun tidak
seindah saat kedua orang itu yang pertama kalinya akan menghamburku lantas dunia apa lagi akan mereka lakukan kepadaku.
Dan lagi, didalam mimpi itu dua orang
itu tidak muncul batang hidungnya.
Aku melirik ke kalender.
Pantas saja.
Hari ini 21 Mei. Hari ulang tahunku.
Pantas saja mimpi itu muncul. Namun, apa daya? Bagaimana Miss Selena akan mengundang seluruh orang - orang dari berbagai klan padahal dirinya tidak lagi memiliki kekuatan? Terlebih, aku tidak bersemangat merayakan ulang tahunku, disaat dua orang yang aku rindukan pergi meninggalkanku. Selamanya.

Aldebaran AUWhere stories live. Discover now