tumpangan dari orang asing

20 1 0
                                    

Selamat malam minggu gaesss

Malem ini aku update lagi nih setelah sekian purnama. Semoga suka yaa

Happy reading!

***

Napas panjang keluar melalui bibir Jenza. Tidak ada yang menarik di depannya selain bangunan Alfamart. Tokonya juga gak terlalu ramai saat itu.

Perlahan tanpa bersuara Jenza membalikkan badannya. Kedua matanya langsung disuguhkan pandangan Anya yang tengah menggosok-gosok tissue ke jok motor secara brutal. Jenza memiringkan kepalanya. Matanya menelisik jatuh pada area joknya yang terlihat basah. Kening Jenza berkerut sangat dalam.

"Jangan dulu nengok!" Teriak Anya di sela aktifitasnya. Seketika Jenza kembali berbalik dengan bahu turun. Sudut bibirnya berkedut. Mungkin habis ini dia harus kembali ke steam. Membersihkan motornya agar kembali suci. Dengan hati nyeri, bibir Jenza membentuk senyuman sangat tipis dengan mimik menyedihkan.

"Gak ada apa-apa yang mesti gue liatin. Gue balik badan nih ya,"

Gak ada sahutan dari Anya. Begitu Jenza membalikan badannya, nampak Anya sudah ngacir menuju wc umum tersebut.  Cukup lama Anya di dalam sana. Entah apa yang sedang cewek itu lakukan. Pastinya, hampir saja Jenza akan mendobrak pintu bercat coklat itu kalau Anya tidak segera membuka pintu tersebut.

"Lama ya?" Anya nyengir di balik pintu.

"Nih," tiba-tiba Jenza mengulurkan jaket putihnya pada Anya.

Dahi Anya membentuk lipatan, "Eum?"

"Apa perlu gue pasangkan ke pinggang lo buat nutupin..."

Mata Anya membulat sempurna. Tangannya langsung merebut jaket itu lantas dililitkan ke pinggangnya. "Maaf, Jenza." Anya menunduk dalam. Tidak berani menatap bola mata Jenza secara langsung. Anya sudah pasrah kalau Jenza akan memaki dan memarahinya. Lagipula memang salahnya sudah mengotori motor kesayangan Jenza.

"Gak papa, ayo pulang," Jenza menggandeng tangan Anya dan menariknya menuju motor yang terparkir.

"Jenza, lo gak marah?" Anya tidak langsung naik ke atas motor. Dia berdiri di samping Jenza yang hendak menghidupkan mesin motor.

Jenza menoleh. Terdiam cukup lama membuat Anya gugup setengah mati.

"Sedikit,"

"Maaf Jenza. Gue gak sengaja. Sebagai gantinya gue deh yang mandiin motor lo ya?" Anya menatap Jenza penuh harap. Melihat raut wajah Jenza membuat Anya semakin bersalah. Dia serius kok untuk memandikan motornya Jenza.

"Nanti gue pikirin deh." Jenza memberikan helm kepada Anya. "Cepat naik!" kata Jenza kemudian ketika Anya hanya berdiri mematung padahal pelindung kepala sudah terpasang rapi.

"Lo gak ilfeel kan sama gue? Lo gak marah kan?"

Jenza berdecak, "Gak Anya. Gue gak marah kok."

"Tadi katanya sedikit! Sekarang bilangnya gak!" Keluh Anya setengah berteriak. "Jenza kok lo plin-plan banget."

Jenza menatap Anya. Kenapa jadi cewek itu yang marah-marah?

"Kenapa diam?" sembur Anya lagi.

Jenza menghirup udara banyak lalu menghembuskannya perlahan. "Udah jangan di bahas lagi. Ayok naik." Jenza mengulurkan tangannya agar di jadikan pegangan oleh Anya saat menaiki motornya.

Di perjalanan, Anya hanya diam. Hal itu mengundang Jenza untuk melirik kaca spionnya hanya untuk memastikan kalau cewek itu masih bertengger di belakang.

No Progress LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang