Casvian Pingsan

17 2 0
                                    

"Kak mau kemana?" Shapire menahan lengan Jenza ketika cowok itu hendak pergi. Sedari tadi Shapire perhatian Jenza terlihat memperhatikan Anya dan Audrey. Tidak ada komentar yang keluar dari mulut cowok itu.

"Tuh lihat," Shapire tersenyum miring kala melihat Casvian yang tengah memakaikan jaket pada Anya.

Jenza menghembuskan napas pelan sebelum kembali duduk di atas kursi dengan raut kesal.

Nampak Casvian merebut gelas jus di tangan Audrey dan melakukan hal yang sama seperti Audrey lakukan ke Anya.

Byur.

Mata Audrey membulat saat tetesan jus dari kepalanya perlahan turun membasahi kemeja putihnya. "Lo?!" Audrey menatap nyalang Casvian.

"Apa? Mau gue tambah kejutannya?" Casvian tersenyum mengejek. "Jangan bilang lo belum puas dengan guyuran jus, mau sesuatu yang lebih dari ini?" Casvian menyeringai. "Mungkin segayung air selokan bisa bikin lo tobat."

Begitu Casvian akan melanjutkan perkataannya, Audrey segera berlari keluar kantin. Dirinya mencak tidak jelas tidak terima dengan perlakuan Casvian. Setiap memberi pelajaran terhadap Anya, dirinya juga yang terkena imbasnya. Audrey kesal dan hal itu membuat dia semakin kesal pada Anya.

Sementara, Casvian menghembuskan napas pelan melihat penampilan Anya saat itu. Kemudian Casvian membawa Anya ke kamar mandi dan menunggu cewek itu membersihkan diri.

"Anya lo udah selesai?" Casvian berteriak ketika tidak terdengar percikan air di dalam sana.

"Lagi ngeringin rambut," terdengar sahutan dari dalam.

Casvian masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil alih handuk di tangan Anya. Casvian dengan telaten menyisir dengan semua jarinya sekaligus mengeringkan rambut Anya dengan handuk kecil tersebut.

"Masih mau kayak gini terus, Nya?"

Anya mendongak. Menatap Casvian lewat cermin di depannya.

"Maaf," cicit Anya membuat Casvian mengeluarkan napas panjang.

"Kapan-kapan gue akan lawan, Cas," lanjut Anya kemudian begitu Casvian hanya diam.

"Kapan?" Terlihat raut tidak percaya di wajah Casvian.

"Kapan-kapan."

"Kapan-kapan itu kapan yang pasti dong, Anya,"

Dari cermin Casvian melihat Anya memutarkan bola mata malas, "Gue juga gak tau!"

"Kalo sama gue aja lo bisa teriak-teriak kek gini. Coba di depan Audrey. Lo hanya jadi cewek lemah yang butuh backing-an super hiro buat terus hidup."

"Itu artinya gue udah nyaman sama lo, Casvian," Anya nyengir sembari memeluk Casvian. "Dengan lo, gue gak takut dibentak karena gue tau lo gak akan tega bersikap kasar sama gue, kan?"

Casvian tertawa kecil.

"Tapi lo harus bisa bela diri lo sendiri. Ingat Anya, orang kaya Audrey itu akan semakin menjadi kalau lo diam aja." Casvian diam sejenak sebelum melanjutkan, tangannya bergerak membenarkan anak rambut Anya yang menutupi mata cewek itu.

"Lo harus bisa tanpa gue, ya?"

Anya mengernyitkan keningnya. Perkataan Casvian seolah akan meninggalkan Anya saja. "Mmm? Lo gak biasanya kayak gini. Lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?"

Casvian menggeleng pelan, "Kita gak tau mau sampai kapan kita bersama. Setiap orang punya masanya masing-masing." Casvian menghembuskan napas panjang. "Jadi mulai sekarang lo harus berani jangan biarin Audrey nindas lo lagi."

"Casvian..." Anya balas memanggil nama cowok itu lirih. Sementara Casvian hanya menaikkan alisnya.

"Lo gak ada sembunyikan sesuatu kan dari gue?" Anya menatap mata Casvian dalam. Seolah mencari alasan kejanggalan yang dia rasakan akhir-akhir ini. Belum sempat Anya menyelam lebih dalam, Casvian memalingkan wajahnya.

No Progress LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang