9 | Race

148 13 0
                                    

"Siapa? Siapa, Krow?" Tanya Rion menuntut jawaban dari Krow.

"Itu, yang kasus si Kodok beberapa hari yang lalu. Yang bantuin cewe di depan rumah."

"Siapa dah namanya, lupa gua."

"Ar...temis? Kalau ga salah," Echi memiringkan kepalanya ragu-ragu. "Iya, iya bener kok namanya, Artemis," ujar Selia, rambutnya ikut berayun seiring dengan anggukkan kepalanya.

Asap rokok mengudara, pelakunya adalah Rion yang baru saja memantik rokoknya. "Hm... terus?"

Krow beralih menyenderkan punggungnya yang mulai terasa pegal karena terus bungkuk ke depan. "Ya, itu dia, si anak cewe itu baliknya dijemput sama temennya. Nah, yang jemput persis sama kayak orang yang kita tontonin sekarang ini," jelasnya.

Kevin memajukan badannya lebih dekat ke arah Krow. "Jadi lu dah kenal, Krow?" Krow menggeleng. "Engga sampe kenalan, cuma sekilas doang buat pamitan, soalnya dia dateng juga buat jemput doang."

"Ya berarti pas banget. Kan, tuh, cewe bilang dia dari FL. Temennya juga berarti salah satu anggotanya. Kita tinggal liatin aja kedepannya karena ada kemungkinan orang lain yang jadi temennya itu termasuk anggota fraksi itu," timpal Mako.

Semua mengangguk setuju dengan usulan Mako. Kembali beralih menonton River yang sudah membawa motornya ke garis arena. Menggeber-geberkan motornya saling bersahutan dengan peserta lain di arena balap, selain untuk pamer atau ajang adu bunyi mesin, kegiatan itu juga pertanda kalau para peserta sudah siap memacu kecepatan kuda besinya masing-masing.

Wanita yang membawa bendera itu sudah bersiap di tengah arena, badan langsingnya meliuk-liuk mengibarkan bendera yang dibawanya memberi pertanda untuk para pembalap agar bersiap.

Srak!

BRUMMM!

BRUM!

BRUM!

Tepat saat bendera diayunkan kebawah, dengan cepat kuda-kuda besi beserta penunggangnya melesat di lintasan arena. Suasana kian ramai, orang-orang menyerukan driver andalan mereka. Dengan harapan sang pengendara akan mencapai garis finish sebagai pemenang, maka dengan begitu orang-orang ini juga akan meraih keuntungan karena memenangkan pertaruhan.

"All in temennya Artemis ya gua," celetuk Riji sambil menaik turunkan alisnya ke arah Krow.

Krow memutar bola matanya dengan malas. "Udah keliatan kali 'nih anak auto menang."

"Kenapa emang?" Tanya Shannon yang tidak terlalu tahu menahu soal balapan. Biasalah, namanya juga cewe.

Rion memicingkan matanya. "Itu motor yang dia pake bukan sembarangan itu," ujarnya.

"Iya jir, itu motor one and only, Ducati Superleggera V4J, versi regulernya yang V4 aja cuma dijual 500 unit terus top speed-nya bisa sampe 349 km/h. Ada gila-gilanya nih anak bawa motor model gituan cuma buat main balap-balapan," balas Mako sambil berdecak kagum, matanya terus mengikuti pergerakan motor itu.

BRAK!

SREKKK

"Eh bangsat," umpat Gin.

Funin yang terperangah melihat apa yang terjadi di lintasan itu langsung menoleh pada Kevin sambil menunjuk ke arah arena. "Emang boleh begitu, Vin?"

Dengan santai Kevin mengedikkan bahu. "Gaada peraturan tertulis, so yeah, terserah mereka," jawabnya.

Gin masih saja melototi Kevin dengan raut wajah tidak percaya, "Gila."

"Hahaha, chill bro, mereka yang sering kesini juga dah pada tau kok kayak gimana arena ini. Liat, gaada yang protes 'kan?"

AMBITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang