DUAK!
Tendangan itu mendarat kencang di tubuh Garin. Pelaku penendangan itu menatap nyalang ke arahnya, dengan garis leher yang menegang menunjukkan betapa besarnya amarah yang ditahan pria itu.
"Goblok! Jadi orang jangan tolol-tolol amat bisa ga?!"
"HAH?! BISA GA!"
BUGH! BUGH!
Semuanya hanya bisa memandang miris, tak ada yang bisa dilakukan jika sang kepala keluarga sudah meluapkan amarahnya.
Bruk!
"Uhuk! Huk! Khh... aww...."
Terlihat Garin sudah tersungkur sambil meludahkan darah dari mulutnya. Sang kepala keluarga, Rion Kenzo, berbalik masih dengan wajah kerasnya.
"Kumpul sini semuanya! Kecuali Sui, obatin si Garin itu."
Serempak semuanya bergerak mengikuti perintahnya. Sementara Sui pergi memapah Garin ke arah sofa panjang disana.
Hening.
Hanya ada suara ringisan dari Garin juga suara dari pergerakan Pak Sui yang dengan cekatan mengambil alat dan obat-obatan dari kotak P3K. Sang kepala keluarga itu sendiri masih enggan bersuara sambil terus menatap lekat kedua orang itu.
Tak!
Terlihat sang dokter selesai membereskan perkakasnya, sang kepala keluarga mulai berdeham untuk memecahkan suasana.
Maniknya beralih menatap Echi, Krow, Selia, Riji, dan Makoto yang duduk sederet dengan Garin. Kemudian mengambil sebatang rokok dari sakunya dan mulai memantik ujung tembakau itu.
"Laporan," ucapnya setelah hembusan asap pertama.
Riji berusaha tetap tenang dan mulai menjelaskan, dibantu dengan Krow dan Echi yang ikut melengkapi beberapa hal dalam ucapannya. Terlihat respon dari kepala keluarga yang menaikkan satu alisnya, pertanda kalau ada sesuatu dari ucapan mereka yang membuatnya tertarik.
"Kalian gaada miss information 'kan, ini?"
Mereka menggeleng, "Kita interogasi langsung gadis itu. Semua yang kita ucapin kurang lebih sama dengan apa yang dia bilang langsung dari mulutnya juga," balas Selia mewakili yang lain juga.
"Oh gitu... That's a good news, actually. Good job guys." Dirinya bertepuk tangan tiga kali kemudian kembali beralih ke Garin.
"Buat kau, Garin. Anggep aja pukulan gua itu biar lu jera. Gaada istilahnya kriminal rendah hati, kalau mau merendah sampe ke inti bumi sana sekalian, apalagi sama orang asing. Ngerti?"
Garin hanya dapat mengangguk karena demi apapun sekujur badannya sakit banget sekarang. Dia, bahkan semua orang tau banget sebrutal apa Rion kalau udah ngehajar orang tangan kosong. Tapi tetep aja ga nyangka pas ngerasain langsung rasanya berkali-kali lipat lebih sakit dari bayangannya. Dia jadi males buat sekedar ngomong karena badannya terutama area wajahnya beneran sakit banget.
Melihat keadaan yang kembali kondusif serta Rion yang sudah selesai dengan sebatang rokoknya melirik kearah Caine, menyuruhnya untuk menutup pertemuan pada malam ini.
"Yaudah, kalau gitu rapat malam ini selesai. Semuanya bisa ke kamar masing-masing, bebersih terus istirahat. Good night semua." Caine beranjak dari duduknya diikuti yang lain, dia bawa dirinya menghampiri Garin, berniat untuk memapahnya sampai ke kamar.
"Good night too, Mamiii." Mia, Selia, dan Echi dengan kompak melambai ke arah Caine sebelum ketiganya pergi ke kamar masing-masing.
Sementara Krow masih disana, diam saja sambil memperhatikan Caine dan Garin yang berjalan dengan sangat lambat karena Garin yang terus saja meringis. Caine yang menyadari keberadaan Krow melirik nya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBITION
FanfictionSetiap makhluk di dunia memiliki ambisi atau hasrat masing-masing dalam meraih sesuatu yang mereka dambakan. Jika terlalu gegabah, ambisi tersebut akan melahapmu dan membuatmu buta akan segalanya. Membuatmu melakukan segala cara dalam meraih tujuan...