Di malam yang tenang, dengan cahaya bulan yang remang-remang menerangi bumi ini agar para penghuninya tidak tenggelam dalam kegelapan abadi. Seseorang berjalan dengan langkah terseok dan jika dilihat lebih dekat lagi, ada yang aneh....
Perawakannya gadis remaja, dengan rambut berwarna biru tua panjang yang di style kepang dua yang terlihat berantakan. Ia sepertinya habis berlari dari sesuatu.
Deru nafasnya terdengar sangat berat dan berantakan. "Hah... hah... Kenapa harus-- ha- sekarang sih anjingh- huff..."
Gadis itu terus berjalan dengan langkah pelan, tapi tak berlangsung lama karena dia terlihat sudah diambang batasnya. Dia terduduk di depan gerbang rumah seseorang, dengan sedikit harapan penghuni rumah tersebut mau membantunya.
"Hah... huft.. asma sialan. Huft... hah.. hah.. oke tenang, atur nafas dulu."
Gadis itu menangkupkan telapak tangannya kedepan mukanya, menutupi mulut dan hidungnya. Tenang saja, dia tidak menutupnya terlalu rapat, hanya berusaha untuk memfokuskan dirinya agar tenang sehingga nafasnya dapat teratur kembali.
Setelah sedikit tenang, tapi masih dengan nafas yang tersendat gadis itu menoleh ke sampingnya menatap pada pagar yang tertutup. Sedikit berharap ada orang yang membantunya muncul dari sana.
"Gua harus minta tolong ke penghuni rumah ini. Bisa mati gua kalau kayak gini terus," ucapnya.
Tin! Tin!
Sekarang pukul 10 malam, keenam anak-anak TNF yang tadi sudah puas bermain di Carnaval saat ini sedang dalam perjalanan pulang setelah selesai makan malam disalah satu restoran dekat Carnaval. Sebelumnya mereka sudah izin akan pulang lewat dari jam makan malam. Echi dan Selia yang lebih dulu melaju menuju rumah menyadari ada hal ganjil di dekat rumah mereka. Maka dari itu Selia menepuk bahu Echi untuk menepi sedikit agak jauh dari rumah.
"Bentar, Chi. Lu liat, kan?"
"Iya... itu siapa ya, Sel?"
Selia menggeleng tanda tak tahu. Dirinya sendiri pun bingung siapa orang yang terduduk di depan gerbang rumah mereka itu?
'Orang suruhan dari kelompok lain? Atau cuma warga?' Batinnya.
Dua buah mobil datang, mereka ikut berhenti saat melihat motor milik Echi yang berhenti di pinggir jalan dengan dua penggunanya yang berdiri tak jauh dari sana.
"Pada ngapain ini? Yang, kenapa ga langsung ke rumah?" Tanya Riji setelah menurunkan kaca mobilnya.
Selia menghampirinya dan menunduk lalu berbisik. "Yang, kamu liat ga itu ada orang di depan pager rumah." Matanya melirik ke arah pagar rumah sebagai kode.
Mako yang berada disamping Riji mendengar samar-samar bisikan Selia, dia memicingkan matanya dan membenarkan ucapan Selia.
"Iya, Kak Sel. Dia sekarang mulai berdiri, tuh."
Dengan sigap Riji menarik HT di dashboard mobil dan memberi laporan pada yang lainnya. "Riji masuk radio, itu ada orang di depan rumah, siapa yak?"
Tak lama setelahnya, suara Key menyahuti. "Hah? Siapa emang? Warlok kali."
"Engga, kayaknya bukan warlok," sanggah Selia.
Echi dengan heboh ikut nimbrung kedalam obrolan yang membuat suasana menjadi panik. "Tuh! Tuh! Warga lokal mana yang berani ketok-ketok gerbang rumah orang sembarangan malem-malem begini coba!"
"Yaudah, kita datengin aja browh. Kalau itu orang iseng... le'mme shut!" Ujar Garin sambil memperagakan tembakan pistol dengan tangannya.
Paparan cahaya dari arah samping kirinya membuat gadis itu menoleh merasakan silau dan menemukan beberapa kendaraan mendekat membuatnya berpikir, ah, mungkin saja mereka adalah penghuni rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBITION
Fiksi PenggemarSetiap makhluk di dunia memiliki ambisi atau hasrat masing-masing dalam meraih sesuatu yang mereka dambakan. Jika terlalu gegabah, ambisi tersebut akan melahapmu dan membuatmu buta akan segalanya. Membuatmu melakukan segala cara dalam meraih tujuan...