Luna terisak dengan tubuh menggigil. Tubuhnya masih menggunakan bajunya yang basah terkena hujan.
Ia semakin meringkuk diujung ruang kamarnya saat hembusan pendingin ruangan yang sengaja dinyalakan.
Haechan menatap datar kearah luna yang meringkuk dilantai memeluk lututnya.
Haechan juga masih mengenakan celananya yang basah kuyup. Namun jaket dan kaosnya sudah dilepaskan.
Haechan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam.
Terhitung sudah 1 jam lebih dari haechan yang mengamuk tadi. Laki laki itu berdiri dari kursi berjalan mendekat kearah luna.
Perempuan itu semakin menarik diri saat merasa haechan mendekat padanya.
Tangan dingin haechan menarik dagu luna. Sensasi kulit mereka yang dingin membuat tubuh luna meremang.
Mata sembabnya mau tak mau menatap kearah haechan. Jemari pria itu mengusap pelan rahang luna sambil menatapnya dalam.
"Gue gak suka aluna"
Luna mengangguk patah patah. Kalimat itu terus terusan diucapkan haechan saat meluapkan emosinya tadi.
Haechan meraih lengan luna membawanya berdiri dan berakhir menggendongnya seperti koala.
Luna mengeratkan pelukannya dileher pria itu. Haechan membawa langkahnya memasuki kamar mandi.
Lalu mendudukkan luna diatas kloset. Ia beralih menyiapkan air hangat didalam bathup. Kemudian kembali mendekat kearah luna.
Luna menahan tangan haechan yang hendak membuka bajunya.
"Apa? Mau langsung mandi?"
Luna mengangguk.
"A-aku aja yang buka. Kamu bisa keluar sekarang" lirih luna.
Haechan diam. Tapi kemudian tetap membuka pakaian luna tanpa bersuara.
Luna menghela nafas pasrah. Sesekali ia meringis saat haechan tak sengaja menyenggol lebam di sudut bibir dan pelipisnya.
Haechan membuka celananya lalu menuntun luna menuju bilik shower.
Ia menyalakan air hangat dan mulai mengguyur mereka. Keduanya sama sama diam dengan haechan yang menggosok pelan punggung luna.
Luna menangis dalam keheningan itu. Walau tak mengeluarkan suara sedikit pun tapi air matanya terus berjatuhan dan menghilang diguyuran air.
Luna bingung.
Ia tidak bisa membaca pikiran haechan. Pria dengan tempramen yang buruk ini sangat tidak bisa dibacanya.
Sikapnya bisa sangat lembut dan penuh kasih. Tapi dalam waktu cepat bisa berubah amat kasar.
Bahkan tamparan dan pukulan sudah bagai makanan sehari hari bagi luna. Apalagi berkaitan dengan sesuatu yang tidak disukainya.
Haechan akan mengamuk dan memukulinya.
Tentu saja luna ingin lepas. Bahkan beberapa kali ia ingin kabur dan meminta putus.
Tapi yang didapat hanyalah luka penuh memar ditubuhnya. Hal itu membuat luna kembali menarik semua niatnya itu.
Berharap suatu saat nanti ada hari cerah dimana ia benar benar bernafas lega.
Haechan mematikan shower lalu meraih handuk untuk mereka. Setelah itu ia kembali menggendong luna keluar dari kamar mandi dan mendudukan perempuan itu dipinggir kasur.
Haechan membuka lemari dan meraih pakaiannya dan pakaian untuk luna.
Haechan membuka handuk yang melilit tubuh luna. Mengelapnya sedikit lalu mulai memakaikan pakaian perempuan itu.
Luna hanya diam seperti boneka hidup. Matanya menatap kosong lantai dibawahnya.
Setelah luna berpakaian lengkap haechan menuntun luna untuk berbaring dan menyelimutinya.
Setelah itu barulah ia memakai pakaianya sendiri dan ikut bergabung didalam selimut milik luna.
Haechan memeluk lembut luna menyandarkan kepala perempuan itu didadanya.
Sesekali mengecup kepala luna dengan sebelah tangannya yang mengusap punggung kekasihnya itu.
Luna menatap dada haechan yang terbalut kaos.
"Haechan"
Haechan menghentikan usapannya tanpa menjawab panggilan itu.
Luna diam sejenak sebelum kembali berbicara.
"Gak papa. Aku ngantuk"
"Hm. And sleep babe"
Jangan lupa follow vote komennya yaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE BASTARD | LEE HAECHAN
Fanfiction"Jadi pacar gue" "Hah??" "Jangan berani dekat sama cowok lain. Gue gak suka" Tatapan tajam haechan masih terus memandangi dalam netra gadis didepannya. "W-wait! Gue belum jawab apa pun pertanyaan lo" protesnya. "Gue gak lagi nanya. Yang gue bilang...