Prolog

4 1 0
                                    

Langit malam itu bertabur bintang, cahayanya seperti ribuan lampu kecil yang menghiasi kegelapan. Di atas sebuah bukit di belakang sekolah, dua sosok remaja duduk berdampingan, terdiam dalam keheningan yang penuh arti. Suara angin yang lembut menyapu dedaunan, seolah ikut merasakan apa yang tak terucap di antara mereka.

Andreas Mahesta memandang ke atas, menatap bintang-bintang yang seolah berkelip lebih terang malam itu. Di sampingnya, Brianna Azura juga terdiam, matanya terfokus pada langit luas yang seakan tidak berujung. Tak ada kata yang keluar dari mulut mereka, namun kehadiran satu sama lain sudah cukup untuk membuat malam itu terasa istimewa.

Andreas ingin mengucapkan sesuatu. Hatinya penuh dengan kata-kata yang sudah lama terpendam, kata-kata yang mungkin bisa mengubah segalanya. Tapi, seperti malam-malam sebelumnya, bibirnya terkunci rapat. Rasa takut akan kehilangan mencegahnya untuk berbicara, dan ia hanya bisa berharap bahwa Brianna bisa mengerti tanpa perlu dia mengatakannya.

Brianna, di sisi lain, merasakan kehangatan yang tak biasa dari kehadiran Andreas. Ada sesuatu yang ingin dia katakan, sesuatu yang selama ini dia abaikan. Namun, keraguan selalu datang saat ia mencoba mengungkapkan perasaannya. Apa yang akan terjadi jika ia salah? Apa yang akan terjadi jika apa yang dia rasakan tidak pernah terbalas?

Mereka berdua duduk di sana, membiarkan percikan bintang menjadi saksi bisu dari perasaan yang tak terungkap. Mereka tahu, bahwa malam ini mungkin akan menjadi salah satu kenangan paling berharga dalam hidup mereka. Kenangan yang akan terus terpatri di hati mereka, bahkan ketika waktu memisahkan mereka.

Di bawah langit malam yang indah itu, cinta mereka mengalir seperti bintang jatuh, singkat, indah, dan tak pernah diucapkan. Mereka hanya bisa berharap, bahwa suatu hari nanti, bintang-bintang itu akan kembali bersinar, membawa pesan yang tak pernah sampai pada tempat yang seharusnya. Namun, di malam itu, mereka hanya bisa diam, membiarkan perasaan mereka menyatu dengan keheningan.

Malam itu, bintang-bintang menjadi saksi bisu cinta mereka—cinta yang tidak pernah terungkapkan.

Percikan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang