Di sebuah kerajaan yang terletak tak jauh dari daerah perairan, kerajaan milik para bangsa Yunani yang tinggal disana. Kerajaan itu adalah kerajaan Makedonia.
Yang baru menyelesaikan masa perang nya dengan kerajaan India lain beberapa hari lalu.
Sambutan kecil di lakukan untuk ucapan selamat datang kepada sang raja yang datang membawa kemenangan. Raja Alexander.
Seorang raja sekaligus ayah bagi ketiga anak nya. Dua gadis cantik yang seperti bulan serta bunga, dan juga seorang pangeran yang seperti senjata berbahaya.
Seperti sebuah keberuntungan di dalam kehidupan Alexander karena bisa memiliki para putri maupun putra seperti mereka bertiga.
Kedua mata Alexander baru menyadari, hanya anak-anak nya yang menyambutnya. Tanpa ada sang istri yang ikut menemani. "Dimana ibu kalian?"
"Ibu ada di dalam kamar nya, Ayah. Tadi Ibu sempat terjatuh di dapur dan pingsan." Jawab putri kedua nya. "Mungkin saat ini Ibu sudah sadar."
Mendengar penjelasan yang baru ia ketahui informasi nya tentang istri nya. Alexander segera pergi meninggalkan ketiga anak nya, dan menghampiri istri nya yang kini terbaring di ranjang.
Mereka bertiga tidak ada yang beranjak sedikitpun untuk mengikuti Alexander menemui Ibu mereka.
Beberapa saat mereka terdiam, dan putri tertua pergi terlebih dahulu. Meninggalkan saudara nya yang lain. "Eh, kakak mau kemana?" Tanya putri kedua.
Tak menjawab pertanyaan nya, putri tertua terus berjalan meninggalkan nya tanpa menjawab ataupun bahkan melirik padanya.
Melihat perilaku sang putri tertua itu membuat nya menggerutu dengan kesal. Perilaku kakak nya memang sangatlah tidak sopan.
Dia bahkan sudah hampir tua tapi Ibu tetap memanjakkan nya bak anak kecil.
Pangeran yang juga baru kembali dari peperangan bersama dengan sang Ayah, Alexander. Menjentikkan jari nya tepat di hadapan sang saudari.
Membuat sang empu terhentak kecil karena terkejut dengan jentikkan jari di hadapan nya. "Kenapa malah diam? Ayo, bantu aku."
•••
"Wah.." suara itu tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Dengan kedua mata yang besar, menatap kagum seseorang yang ia mandikan. Sang putri dengan begitu teliti mendengarkan cerita pangeran, yang merupakan saudara tiri nya dari istri kedua ayah nya, Alexander.
Mendengar bagaimana pangeran bisa mengalahkan para prajurit dalam 4 hari berturut-turut sebelum perang selesai. Membuat dirinya merasa senang mendengar pencapaian saudara nya.
"Luar biasa, Bindusara. Kemampuan mu bahkan lebih baik dari diriku?" Ucap nya. "Padahal sebelumnya kau sangat payah hanya untuk bermain busur."
Cibiran yang merupakan fakta itu membuat Bindusara menghentikan senyuman bangga nya. Ia sedikit mengangkat kepalanya, menatap saudari yang sedang memandikan nya di hadapan nya saat ini.
Tanpa memperdulikan Bindusara, dirinya tetap melakukan apa yang sangat di inginkan oleh nya. Yaitu membasuh kepala Bindusara dengan begitu lembut dan perlahan.
Wajah nya terlihat kelelahan meskipun mulut nya tidak mengatakan. Tapi sebagai seorang saudari, jelas dirinya akan tetap merasakan apa yang di rasakan oleh nya.
"Jangan memperhatikan seperti itu. Mata mu itu ingin ku basuh dengan air ya?!" Ancaman dari nya tak main-main.
Belum memberikan balasan, dirinya sudah langsung meneteskan sedikit air yang bersih ke arah mata Bindusara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prema Samyoga - Mahabharata.
Narrativa StoricaSeakan seperti sebuah penghinaan terhadap rasa cinta nya, Yasmine marah terhadap apa yang di lakukan Basudewa Krishna terhadap hidupnya. Cerita ini versi terbaru dari "Anugrah 18 Tahun" yang sedikit di revisi dan di kembangkan menjadi lebih baik. ©...