Hai, Selamat Bermalam Mingguan ><
Selamat Melanjutkan Membaca, yaa my bro! 🫂TANDAI TYPO!! BERI SAYA SEMANGAT DENGAN ΜΕΝΕΚΑΝ TOMBOL BINTANG. BUAT READERS, SILAHKAN FOLLOW DULU AKUN AUTHOR SUPAYA DAPAT NOTIP DARI SAYA:)
SANTEK
Ig:zhwasntiSelamat Membaca! 🤎
***
Perjalanan Menuju Sekolah
Pagi itu, jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih beberapa menit. Rangga, seorang siswa SMA yang terkenal dengan ketampanan dan keberaniannya, masih santai turun ke bawah menuju ruang makan. Di sana, Bi Ema, pembantu rumah tangganya yang setia, sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Sarapan dulu, Den," kata Bi Ema dengan ramah.
"Ntar aja, Bi. Bisa nanti di kantin," sahut Rangga sambil tersenyum kecil. Dia dengan cepat mengambil gelas susu yang sudah disiapkan oleh Bi Ema. "Papa mana, Bi?" tanyanya lagi sembari meneguk susu tersebut.
"Sudah pergi ke kantor, Den, dari pagi tadi," jawab Bi Ema.
"Yaudah, Bi. Saya berangkat dulu, ya," kata Rangga, siap-siap untuk pergi.
"Iya, Den, hati-hati ya, Den. Jangan bolos-bolos," sahut Bi Ema mengingatkan.
Rangga hanya tertawa kecil mendengar peringatan Bi Ema. Dia mengenakan jaket hitam khasnya dan berjalan keluar rumah. "Siap, Bi. Hari ini enggak, besok enggak janji, ya!" candanya sambil melambaikan tangan.
Bi Ema hanya bisa tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala, melihat tingkah laku Rangga yang selalu penuh canda.
Di luar, motor sport hitam miliknya sudah menunggu. Rangga naik dan mulai menikmati perjalanan menuju sekolah dengan santai, tanpa terburu-buru. Baginya, hari Senin tidak berbeda dengan hari lainnya. Meskipun tahu bahwa pagi itu adalah hari upacara bendera, dia tidak tampak khawatir atau tergesa-gesa.
Sementara itu, di sekolah, para siswa-siswi sudah mulai berhamburan menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Suara Bu Dia, guru BK, menggema melalui pengeras suara, menyuruh semua siswa untuk segera berkumpul.
"Bagi siswa-siswi sekolah SMA Bintang Harapan, kelas 10, 11, maupun 12, harap segera menuju lapangan. Upacara akan segera dimulai. Mohon memakai atribut dengan rapi dan lengkap. Terima kasih," suara Bu Dia terdengar tegas namun penuh wibawa.
Namun, Rangga baru saja tiba di depan gerbang sekolah bersama kelima temannya. Deruman suara motor mereka memekakkan telinga, menarik perhatian siapa saja yang mendengarnya.
"Pak, ayo buka gerbangnya, gimana sih," kata Kevin dengan nada kesal.
"Kita kan mau ikut upacara, ah gimana sih, Pak," sahutnya lagi, sedikit memaksa.
Pak Budi, satpam sekolah yang terkenal tegas, namun sebenarnya cukup asyik, berdiri di depan gerbang dengan wajah serius. "Kalian ini sudah jam berapa?" tegurnya tegas. Meskipun terkenal suka meloloskan siswa yang telat, Pak Budi kali ini terlihat berbeda. Mungkin karena suara motor yang terlalu berisik atau karena hari itu adalah hari Senin yang penting.
Tak lama kemudian, Bu Dia dan beberapa guru lainnya datang menghampiri mereka. Keenam anak tersebut dimarahi habis-habisan karena membuat kebisingan di area sekolah.
"Kamu, Rangga! Jongkok dari sini sampai ke tempat parkir, diikuti oleh yang lain!" sahut Bu Dia dengan suara lantang.
"Kalian ini ya, sudah tahu terlambat, masih saja ngebut-ngebutan di jalan. Mau sekolah apa balapan?!" tambah Pak Djarot, guru matematika yang sangat ditakuti oleh para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raymond Rangga
RomansaDi SMA Bhakti Mandiri, nama Rangga dikenal sebagai sosok yang paling ditakuti. Bersama geng motornya, *Black Vipers*, mereka menguasai jalanan dengan balap liar dan sikap berandalan yang membuat siapa pun segan. Di sekolah, mereka hidup dengan atura...