Semburat oren terlihat sangat memanjakan mata. Sang surya mulai malu-malu menampakkan dirinya dan tenggelam ke arah barat.
Namun sayangnya keindahan surgawi itu tidak mampu menarik Yura dari kekhwatiran.
Yura berjalan menyusuri kota dengan pandangan kosong, dia berjalan tanpa tujuan dan terus menendangi kerikil yang menghalangi jalannya.
Dia khawatir kepada laki-laki yang selalu membuatnya naik pitam, kemana perginya? Dia menghilang bak ditelan bumi.
"Huhh"
"Jakie kemana sih" lirih Yura frustasi
Yura meraih benda pipih yang selalu ia bawa, berharap ia mendapat notifikasi dari Jakie.
Tut
Panggilan yang entah ke berapa kalinya, ia berharap kali ini diangkat oleh Jakie.
Tut
"Kemana sih?!" Yura mulai emosi karena tak ada satupun panggilannya yang diangkat oleh Jakie.
Saat akan menutup handphonenya tiba-tiba panggilan terangkat.
"Halo Jakie?!" Yura berteriak reflek
"Lo kemana sih?! Tiba-tiba gaada kabar, bikin khawatir tau ga?!" Yura bertanya menggebu-gebu efek khawatir.
"Maaf?"
Yura melongo, ini bukan suara Jakie. Lalu siapa yang mengangkat telfonnya?
"Kalau tidak penting saya tutup" ucap orang yang disebrang sana.
"Eh maaf, ini nomernya Jakie kan?" tanya Yura pelan
"Iya, kamu siapa?"
Yura berpikir keras bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia menjawab kalau dia pacar Jakie kepada orang asing.
"Saya temannya" jawab Yura sedikit ragu.
"Ada urusan apa dengan Jakie?"
"Ada tugas yang perlu saya bicarakan dengan Jakie" Yura berbohong demi kebaikan dirinya.
"Kirim saja di roomchat nya, saya tutup"
"Maaf pak Jakie sekara-"
Tut tut...
"Yah anjing, ditutup lagi belum juga tanya" gerutu Yura
"Tapi tadi siapa ya?" Yura mengerutkan keningnya bingung, siapa yaang memegang handphone Jakie?
Yura memilih untuk melanjutkan perjalanan pulangnya yang tertunda, sedikit menyesal karena ia pulang jalan kaki tidak memesan angkutan umum.
Saat Yura fokus dengan handphonenya tiba-tiba ada yang membekap mulutnya dan menariknya.
"Emphhh!"
Yura berusaha memberontak namun perlahan tenaganya mulai habis dan kesadarannya pun perlahan menurun.
.....Cahaya bulan purnama menembus jendela yang dibiarkan terbuka, angin sepoi-sepoi berhembus pelan menerpa permukaan kulit mulusnya.
Yura mengerjapkan matanya pelan ketika ia terusik di tengah tidurnya.
Melirik kekanan dan kekiri, merasa tak asing dengan ruangan dimana dirinya berada.
"Sakit" Yura mengeluh ketika lengannya tak sengaja tersentuh. Merasa bingung mengaapa tiba-tiba lengannya sakit.
Dia menggulung lengan panjang seragamnya dan kaget ketika melihat banyak luka sayatan dan lebam-lebam. Kini kesadarannya kembali, ia sekarang berada di rumah orang tuanya.
