⊹˚‧ ↳ happy reading ‧˚⊹
⇱ You're Not Alone, Nathan ⇲.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Masih mending gue mau suapin lo," balas Kalila, merotasi bola matanya dengan malas.
Lidya dan suaminya hanya mengamati gerak-gerik kedua anak mereka. Lidya berkata, "Tiap hari berantem terus, emangnya gak capek?"
Kalila menunjuk ke arah Arkana dengan jari telunjuknya dan berkata, "Dia yang cari gara-gara duluan, Mah."
Arkana menatap adiknya dengan mimik wajah sebal, kemudian berkata, "Nuduhh. Lo kali yang mulai duluan."
"Lo," ucap Kalila, tak mau mengalah.
"Lo, bukan gue!" elak Arkana.
"Lo!"
"Lo!"
Sadewa Adiwangsa—Ayah mereka—akhirnya angkat bicara. "Berantem terus," sahutnya. Mendengar itu, Arkana dan Kalila hanya menyeringai tanpa rasa bersalah.
Lidya menggelengkan kepalanya, tak habis pikir, lalu berkata, "Ayo, sarapannya di habisin. Nanti keburu dingin."
"Siap, Mah!"
Di tempat lain. Nathan duduk di teras sambil bersantai, satu tangannya memegang cangkir dan menyeruput kopinya.
Dia mulai merenung. Sebenarnya, apa alasan ayahnya meninggalkannya bersama Bundanya? Ke manakah ayahnya pergi.
Satu hal yang Nathan takutkan, bagaimana kalau suatu hari nanti dia tidak bisa membahagiakan Bundanya.
Pintu kayu tersebut dibuka dari dalam, menampakkan Winona yang membawa kotak berisi kue, wanita itu melangkah keluar dari rumah.
Kepalanya tertoleh ke samping, melirik ke arah putranya, Nathan. Ia memanggil namanya, "Nath?"
Suara Bundanya membuyarkan lamunan Nathan, pemuda itu terperanjat dan refleks menoleh ke sumber suara. "Ha? Kenapa, Bun?"
Winona berkata, "Nath, bisa tolong anterin kue? Bunda mau keluar sebentar." Nathan berpikir sejenak lalu mengangguk cepat, segera bangkit dari tempat duduknya.
"Bisa, Bun! Sekarang?" tanyanya. Winona mengangguk, satu tangannya terulur untuk menyerahkan kotak kue pada Nathan.
"Bunda duluan ya," kata Winona sambil memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah.
"Iya, Bun. Hati-hati," peringat Nathan, menyunggingkan senyum lebar. Bundanya hanya mengangguk dan bergegas pergi.
Kini Nathan tengah menyusuri jalan, melewati tembok tinggi yang menjulang panjang dari mansion milik seseorang, satu tangannya memegang kotak kue.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone, Nathan [Slow Up]
Short StoryNathan, lelaki yang dulunya dikenal cupu, pendiam, dan sering di-bully, kini berubah drastis setelah musibah menimpa Bundanya. Dia bertekad untuk membalaskan dendamnya atas kematian Bundanya dan mencari pelaku tabrak lari yang sudah menyebabkan Bund...