LOST

87 43 9
                                    

Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.

Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.

Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.

Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!

TWENTY ONE

🔸🔸🔸
.
.
.
.
.

Ara mondar mandir sembari memegangi ponsel. Dia menghubungi Jungkook berulang kali sejak tadi, tetapi tak ada jawaban dari pria itu. Tentu saja Ara merasa kalut sebab Jungkook tak pernah seperti ini.

Alasan lain karena mereka harus segera pergi ke Bandara sekarang. Pandangan Ara beralih pada sosok Pevensie yang tengah berjalan dengan langkah cepat menuju dirinya.

"Ara, kita harus pergi ke Belanda sekarang," ajak Pevensie.

"Bagaimana dengan Jungkook?" tanya Ara.

Dadanya sudah berdebar karena melihat raut wajah Pevensie yang seolah mengatakan ada sesuatu yang tak beres tengah terjadi.

"Dia bilang akan menyusul nanti. Sesuatu telah terjadi di luar rencana. Aku tak akan membiarkan Baldwin mencelakai cucuku dan dirimu juga."

Pegangan Ara pada ponselnya semakin erat. "Apa yang terjadi, Ayah? Bukankah Jungkook sedang pergi ke perusahaan?"

Pevensie mengangguk samar. Dia tak tahu apa yang telah Jungkook katakan pada Ara, tetapi yang ada dalam benaknya sekarang adalah mengamankan Ara yang sedang mengandung keturunannya.

"Akan kujelaskan padamu nanti. Sekarang, kita harus segera pergi dari sini," ucap Pevensie.

Mau tak mau, Ara mengikuti Edward. Dia mengikuti langkah ayah mertuanya itu keluar rumah. Rose dan Julia tampak tengah memasukkan barang bawaan milik Ara dan Jungkook ke dalam bagasi mobil. Sudah ada Pablo juga di sana.

"Hati-hati di jalan, Tuan dan Nyonya," ucap Rose dan Julia bersamaan.

Pevensie mengangguk sekilas sambil membuka pintu mobil lalu masuk. Sedangkan Ara, dia sempat memeluk Julia dan Rose beberapa saat.

"Rose, aku takut terjadi sesuatu pada suamiku," ucap Ara kalut ketika memeluk Rose.

"Dia tak akan menyerah begitu saja, Nyonya. Saya hapal dengan sikap Tuan muda. Dia akan kembali padamu dan kalian akan hidup bahagia selamanya bersama anak-anak kalian nanti," sahut Rose menenangkan Ara.

TWILIGHT RHYMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang