Bagian : 5

433 66 15
                                    

Huh 😪

Helaan nafas terdengar seiring dengan  menempelnya tubuh seorang wanita yang terlentang di atas kasur

Lagi dan lagi , sampai perlahan ia mencoba menutup kedua matanya seperti ada sebuah sengatan kini hatinya terasa sangat sakit dan sesak , butiran bening dengan tempo yang lambat mulai turun dari ujung matanya

Seperti sebuah benang kusut yang terlilit satu sama lain , bising tanpa suara sesak tanpa rongga itulah isi pikiran nya saat ini

Namun kegaduhan itu tak berselang lama ketika sebuah ketukan dari pintu kamarnya terdengar

" Sha.. sha apa kamu di dalam?" suara yang sangat ia kenali siapa pemilik di balik pintu itu. Malas rasanya beranjak untuk membuka pintu bahkan tubuhnya terasa lelah hanya untuk sekedar membalas suara di balik pintu itu.

Pintu pun terbuka, muncul seorang gadis berambut panjang yang hanya bisa menghela nafasnya melihat adik semata wayang nya terlentang di kasur dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya.

"Ganti baju dulu dong dek, baru naik ke kasur" ucap wanita itu sambil merapikan jaket yang tergeletak begitu saja di lantai.

"Hmm..." Marsha hanya bergumam, dia bukan anak yang urakan, bahkan kamarnya masih terlihat rapi seperti layaknya kamar anak gadis biasa, hanya saja kali ini ia benar-benar merasa lelah.

"Berantem lagi sama papa?"

"Engga" singkat dan jelas jawaban Marsha, kini ia bangun dan beranjak dari kasur ternyaman nya.

"Mau kemana?"

"Ganti baju lah, masih mau disitu?" Sarkas Marsha, ia memberi isyarat dengan memegang kancing baju seragam nya layaknya seseorang yang memang akan membuka baju.

"Ish.. iya..iya kakak keluar" ucap sang kakak sambil berjalan menuju pintu.

"Eh, kak Ashel tunggu.." ucapan Marsha membuat Ashel sang kakak berbalik lagi kearah nya.

"Apa?"

"Pinjam motor nya dong" Marsha memasang wajah memelas andalan nya, tapi sepertinya itu tak mempan untuk kali ini.

"Engga!"

Ashel berlalu begitu saja meninggalkan Marsha yang hanya bisa cemberut.
Jelas saja Ashel tak pernah mau meminjamkan motor nya walaupun sudah beribu kali Marsha bilang kalau ia sudah mahir mengendarai kendaraan roda dua itu, sebagai anak bungsu Marsha sangat di jaga oleh orang tua nya, bahkan ia tak pernah diijinkan pulang tanpa di jemput ayah atau ibunya walaupun sering kali Marsha selalu berseteru dengan sang ayah.

Kamu itu kenapa sih? Ga bisa apa kamu kayak kakak mu? Dia lulusan terbaik loh di sekolah mu ini tahun kemarin, masa papa harus di panggil guru terus gara-gara nilai kamu jelek

Semakin terngiang omelan sang Ayah sore itu, bukannya termotivasi tapi mental Marsha cukup ciut dibuat nya.

"Makin di paksa ngerti kok aku susah banget buat ngerti.."

Marsha merebahkan kepalanya di meja belajar, beralaskan buku dengan banyak angka yang sulit di serap otak Marsha.

"Lahir dari rahim yang sama tapi kenapa kapasitas otak aku dan kak Ashel berbeda"

Marsha menghela nafas nya, mengingat setiap kalimat ayah nya selalu membuat nafasnya terasa sesak, Marsha tak pernah mau jadi anak pembangkang tapi di untuk sama dengan sang kakak membuat nya cukup lelah.

Jam menunjukan pukul tujuh malam, tapi baru saja ia melihat mobil ayah nya keluar, satu kesempatan untuk Marsha bisa terbebas dari angka-angka di buku yang sejak tadi hanya mampu ia tatap saja.

The Last NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang