Entah sudah berapa buku yang dibawanya, dari yang tipis hingga tebal terlihat menumpuk bahkan hingga nyaris menutupi wajahnya. Zee masih berusaha mencerna setiap kalimat bahkan rumus yang sudah menjadi makanan sehari-hari baginya, tak peduli wajahnya yang terlihat pucat bahkan ia benar-benar mengabaikan rasa pening di kepalanya saat ini.
Dirasa cukup, Zee beranjak tak lupa dengan tumpukan buku yang masih menghiasi meja nya, hanya beberapa saja yang ia simpan kembali di dalam rak, sisanya ada sekitar tiga buku untuk ia bawa ke penjaga perpustakaan karena ia ingin pinjam untuk beberapa hari kedepan.
Zee menyimpan tiga buku itu di atas meja berbarengan dengan seseorang yang juga meletakan sebuah novel di samping nya. Zee menoleh dan gadis di samping nya itu tersenyum sambil menarik lagi buku yang tadi ia simpan.
"Kamu duluan aja, aku kan cuma satu" ucap gadis itu
Zee mengangguk, ada senyuman tipis yang ia berikan untuk gadis itu, gadis yang akhir-akhir ini selalu mengikutinya, entah apa tujuan nya tapi bukan sekali Zee merasa jika gadis itu selalu ada dimanapun ia berada.
"Kamu ga mabok apa baca nya buku begituan trus?" Rupanya gadis itu terus memperhatikan Zee atau memang Zee terlalu mencolok dengan buku-buku tebal yang selalu ia bawa.
"Engga"
Zee tak terlalu menghiraukan nya, ia fokus menyimpan buku-buku itu di tasnya walaupun tampak kesulitan karena ukuran buku yang tebal dan tas Zee yang terbilang tidak terlalu besar.
"Punggung nya bakalan sakit loh kalau beban tas kamu sebanyak itu, sini aku bantu bawa aja" gadis itu menawarkan bantuan, melihat buku-buku itu saja pundak nya sudah ngilu sendiri.
"Ga usah Marsha.. "
Ya gadis itu adalah Marsha, mendengar Zee menyebut namanya membuat ia langsung diam, seperti tengah menyadari sesuatu sebelum akhir nya ia tersenyum lebar pada gadis yang masih menatap dingin padanya itu
"Kamu tau nama ku juga rupanya, aku pikir ingetan kamu cuma soal rumus doang" sarkas Marsha.
"Ga usah ngeledek"
Zee berjalan setelah memastikan semua buku nya berhasil masuk kedalam tas, tentu saja tanpa persetujuan Marsha ikut berjalan di samping nya dan Zee rupanya tidak terlalu mempermasalahkan itu.
"Makasih soal malam itu ya? Kalau kamu ga bilang kita belajar bareng, papa pasti pukul aku"
Langkah Zee terhenti secara mendadak, bahkan Marsha yang tak memperkirakan itu harus rela menahan sakit di dagu nya karena menabrak bahu Zee.
"Aww.." pekik Marsha.
Zee masih belum berucap apapun, ia justru menoleh dan menatap Marsha cukup dalam.
Entah apa yang ada di pikiran nya saat ini, sikap nya memang sulit untuk di tebak."Kok berhenti sih" jelas Marsha protes, sedang enak berjalan tapi dagu nya kini terasa kebas karena benturan yang cukup kuat tadi itu.
"Eh.. maaf, sakit?"
Sepertinya Zee baru menyadari kesalahan nya, tangan nya yang terulur untuk mengecek dagu Marsha di tepis halus oleh gadis berponi itu.
"Ng.. sorry, papa kamu suka mukul?" Tanya Zee, ia terlihat sangat berhati-hati karena tak ingin menyinggung Marsha sedikitpun, tapi seperti hal yang sudah biasa, Marsha mengangguk dengan santai lalu duduk di tepi kolam yang tak jauh jaraknya dengan perpustakaan tadi.
"Kaget ya?" Tanya Marsha, bahkan ia masih sempat tersenyum, entah sekuat apa hatinya tapi bagi Zee yang tak pernah mendapat perlakuan kasar dari siapapun itu cukup membuatnya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Note
Mystery / Thrillercollaboration of four authors @aara432 / Aludraa49 @kritisi24 @zaezazizi @lyoghopile- || Perjalan empat siswi dan satu guru muda untuk membentuk dan menghidupkan kembali klub musik di sekolahnya. Perjuangan mereka tentu tidak akan semudah itu, banya...