Bagian : 16

281 45 9
                                    

"ga bosan kamu?"

Suara itu membuat Zee yang seperti biasa berkutat dengan buku-bukunya harus membagi fokus untuk sekedar menoleh pada seseorang yang kini tengah melangkah mendekatinya. Siapa lagi jika bukan Gracia, sosok guru muda yang akhir-akhir ini terlihat mendekatinya. Kesan awal yang kurang membuat nya nyaman, seolah guru baru nya itu terlalu masuk kedalam ranah pribadinya, tapi kini Zee cukup bisa menerima kehadiran guru seni di sekolah nya itu terlebih lagi pelukan hangat Gracia beberapa hari yang lalu rupanya bisa membuat hati gadis pendiam itu luluh.

"Tuntutan bu" ucap Zee, diakhiri sedikit senyuman tipis di bibir nya.

Kening Gracia mengernyit, panggilan itu sebenarnya tak ingin ia dengar dari siapapun, terlebih lagi empat gadis yang sudah ia tetapkan sebagai teman, bukan sebagai murid dan salah satunya adalah gadis di hadapan nya ini.

"Hmm.. kamu boleh banget kok kalau panggil aku dengan sebutan kakak" Gracia tersenyum tengil sambil meletakan sekaleng minuman soda di samping Zee.

"Ini sogokan kah?" Zee mengetuk pelan kaleng minuman itu, walaupun ia tau maksud dari Gracia tapi menggoda wanita dihadapan nya ini sepertinya bukan hal yang buruk.

"Ah.. kadang adik kakak itu memang harus punya pendekatan yang baik, minum bareng.. nongkrong bareng.. diskusi bareng"

Zee menahan tawanya, penekanan nada yang Gracia ucapkan saat menyebut adik kakak cukup memperjelas jika wanita dewasa ini tetap ingin di panggil dengan sebutan kakak.

Zee menutup buku tebal nya, menyusun tiga buku tebal itu dalam satu tumpukan lalu meraih kaleng minuman tadi.
Bunyi khas dari kaleng minuman soda yang terbuka lalu buih-buih putih yang meluap ke luar hanya di tatap oleh Zee, entah apa yang ia pikirkan tapi mata nya seakan menatap takjub sesuatu di hadapan nya itu.

"Kenapa?" Jelas saja sikap Zee mengundang tanya dari Gracia, apakah Zee sedang berfikir jika Gracia sudah menambahkan racun kedalam minuman nya? Atau Zee berfikir jika Gracia memberikan minuman itu karena suka padanya, ya pikiran-pikiran negatif itu hanya ada di benak Gracia saja.

"Aku harap tekanan darah dan tulangku baik-baik aja setelah ini" ucap Zee sambil memejamkan matanya dan mulai meneguk minuman nya dengan perlahan.

Gracia hampir menyemburkan sisa minuman di mulut nya. Semua pikiran negatif nya tadi buyar karena sikap polos murid nya itu.

"Kamu ga pernah minum soda?" Tanya Gracia, seolah kaget dengan respon Zee tadi.

"Kafein di dalam minuman soda bisa diserap tubuh dalam waktu empat puluh menit, itu bisa ngebuat tekanan darah meningkat secara drastis. Asam fosfat dalam minuman soda juga bisa merusak jaringan tulang dan menghambat penyerapan kalsium oleh tubuh, jadi... "

Penjelasan Zee yang tiba-tiba langsung berhenti saat ia mulai merasakan reaksi soda didalam kerongkongan nya membuat matanya terpejam karena isi kepalanya terasa tersengat, dan itu justru membuat Gracia tertawa puas, ekpresi Zee sangat lucu menurutnya.

"Astaga.. udah..udah, jangan di minum lagi, nanti saya belikan susu aja ya buat kamu" dengan sisa tawa nya Gracia mencoba meraih minuman itu dari tangan Zee tapi Zee menjauhkan tangan nya, tak ingin jika minuman nya diambil.

"Woaaah.. aku suka sensasinya!!"

Mata Zee membulat menatap takjub minuman di tangan nya, layak nya anak kecil yang kegirangan setelah mencoba sesuatu yang baru.

"Kak Gre kayaknya perlu simpen ini untuk stock di ruang musik" ucap Zee lagi.

Dengan senyuman lebar Gracia merangkul bahu Zee, kini mereka benar-benar terlihat dekat bahkan lebih dari sekedar seorang guru dengan murid nya.

The Last NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang