Bagian : 14

300 49 11
                                    


Ara tersenyum manis, kini di hadapannya ada sosok yang menentukan nasibnya dalam bekerja di cafe. Duduk di kursi dan menyandarkan punggungnya dengan nafas berhembus lega, Ara seakan kehilangan beban yang selalu menempel padannya. Jujur saja ia cukup muak dengan sifat sedikit sombong gadis penulis itu, tapi apa daya gadis itu tampak cantik. Juga keharusan dari kak Gre agar dirinya terus mendekati sosok Rachika.

"Kamu gila ?"

Chika yang berdiri sedikit menyandarkan tubuhnya pada laci-laci di dalam ruang musik itu menatap Ara, gadis aneh itu menatapnya dengan tersenyum. Dan hal itu cukup membuat Chika bergidik.

"Tidak, hanya saja... Aku tidak jadi kehilangan pekerjaanku"

Masih dengan senyum merekahnya Ara menjawab pertanyaan Chika, dirinya sadar jika pertanyaan itu terkesan mengatainya, tapi begitu Ara tak ambil pusing dirinya bahagia atas nasib baiknya.

"Yah... Sekarang aku mengerti kenapa kamu terus menggangguku" Chika meletakkan jurnal yang dirinya bawa.

Club jurnalis cukup menguntungkan jika dirinya bisa pandai melihat situasi. Chika berjalan dan mendudukan dirinya di samping Ara, dirinya akan sedikit menulis sesuatu tentang club musik. Kalau beruntung tulisannya yang akan tergabung dalam majalah sekolah bisa menarik perhatian para siswa.

Bergabung dalam club musik, dengan minimnya anggota bahkan seluruh anggota club ini terlihat begitu bodoh, kecuali Zivara. Chika berharap lebih kepada Zivara, ia yakin Zivaralah yang akan membawa club musik ini dengan baik.

"Kamu sedang apa ?"

Ara mendekatkan tubuhnya pada Chika, ia penasaran dengan apa yang sedang Chika lakukan pada laptopnya itu. Guratan wajah Chika terlihat begitu serius.

"Buta ? Aku sedang menulis!"

Sudah Chika katakan dua anggota club musik memiliki keterbatasan dalam berpikir, hal itu akan menyulitkan dirinya.

"Kamu sangat kasar, Padahal kita sudah menjadi teman dekat"

"Sejak kapan ?!"

"Sejak hari dimana kita menghabiskan sore bersama! Kamu lupa?! Astagaaa Chika hatiku terasa sakit kali ini..."

Ara membuat gestur dramatis, menekan bagian dadanya dan membanting tubuh lemahnya pada sandaran kursi yang ia duduki.

"Ara kenapa ?!"

Marsha datang, dalam dekapan gadis itu penuh dengan pernak-pernik lucu seperti gantungan kunci, juga beberapa makanan ringan yang ia bawa dari kantin sekolahnya. Dengan perlahan dirinya menaruh beberapa makanan itu, berusaha mengabaikan perasaan gugupnya pada Chika.

"Machaaaaa, liat Chika adalah kejahatan. Dia begitu kejam dengan mulutnya yang seperti bilah pedang"

Ara membuat mimik wajah lucu kehadapan sosok bersinar Marsha, menurut Ara Marsha adalah keindahan sesungguhnya. Paras juga perilaku gadis itu benar-benar cantik, walaupun terkadang gadis itu juga akan terlihat bodoh dengan tingkah lambannya.

"Sudah... Kamu jangan menganggu Chika, dia sedang sibuk"

"Aku membawa beberapa camilan untuk kita, buat menemani latihan pertama kita bersama Chika"

Marsha tersenyum kikuk pada Chika, menurut kakanya jika ingin menjadi dekat dengan manusia pendiam dirinya harus bisa memulai, sisanya biarkan takdir yang menentukan. Tapi sepertinya usaha Marsha kali ini tak sia-sia, Chika membalas senyuman Marsha dengan tulus.

"Kamu menulis tentang club musik ?" Marsha duduk di samping kiri Chika, mata gadis itu juga ikut melihat pada apa yang sedang Chika kerjakan.

"Humm... aku akan meminta bantuan temanku yang bergabung dalam ekskul jurnalis, ini akan menguntungkan club kita kedepannya"

The Last NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang