° One °

62 20 0
                                    

Seorang penguasa menyukai wanita.

Adalah kalimat yang dibenci oleh Qin Shi Huang. Sebab, ia tidak mau mewarisi kebiasaan dan sifat yang sama dari ayahandanya. Sebagai Raja, Qin Shi Huang selalu memilih untuk memimpin seorang diri, ia tidak mau repot mencari pendamping.

Qin Shi Huang tidak boleh jatuh cinta. Seorang Raja hanya perlu memikirkan negara, dan rakyat. Bukan wanita.

Namun--

"Kamu sudah menyelamatkan aku. Terima kasih banyak, Tuan."

--demi Dinasti Qin. Bagaimana bisa ada sosok secantik itu? Bukan hanya fisik, tetapi jiwanya juga ... indah. Jiwa yang memancarkan aura emas gemerlapan seperti itu baru kali ini Qin Shi Huang temui.

Namun, ia buang jauh-jauh pemikiran pemikiran tidak relevan dalam benaknya. Sudah jelas, sebagai Raja ia akan menolong rakyatnya yang terluka.

Pada akhirnya, sang Raja hanya menarik napas dalam-dalam sebelum mengulas kembali senyuman lebar di wajahnya yang rupawan. "Hao! Tidak perlu sungkan! Sudah sewajarnya dan sepantasnya seorang Raja membantu rakyatnya yang kesulitan, 'kan?"

Jujur ia juga heran kenapa dirinya sebegitu inisiatif membawa gadis itu dengan tangannya sendiri. Memang, tidak akan dia telantarkan, tetapi biasanya ia akan panggil penjaga dan menyerahkan pengobatannya pada tabib istana.

Namun, seperti terkena sihir yang mampu membuat hatinya terpikat; Qin Shi Huang justru menggendong wanita yang jatuh dari langit itu, menggantikan pakaiannya yang basah karena hujan serta mengobati luka dengan tangannya sendiri.

"Ah, ternyata kamu adalah Raja ..." Gadis cantik itu memiringkan kepala, ekspresinya yang masih minim memancarkan emosi pun memandang lekat-lekat Qin Shi Huang. Mengamati sosoknya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. "Raja Sparta? Atau-apa?"

"Pertanyaanmu lucu!" balas Qin Shi Huang, tawa lepas lolos dari bibirnya. Ia membusungkan dadanya, menunjukkan kepercayaan diri. "Tentu saja, akulah satu-satunya Raja pertama yang mempersatukan Tiongkok; Qin Shi Huang!"

"... Qin Shi Huang? Tiongkok?" Sang gadis membeokan kata-kata yang disebut oleh sang Raja. Nama itu terdengar aneh di lidahnya, sebab jarang sekali ia dengar nama seperti itu. Ekspresi horor terpampang jelas di wajah sang gadis, ia tatap lekat-lekat wajah sang Raja dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. "Astaga, Demi Dewa Zeus ..."

Ah. Pantas saja nama dan pemandangan yang ia lihat terasa begitu asing.

Ternyata, ia terdampar di negara orang.

"... Gawat. Aku turun di negara yang salah ...." Sang gadis menepuk keningnya sendiri, sebelum jarinya ia bawa untuk memijat-mijat pangkal hidungnya sendiri. "Harusnya. Harusnya aku turun di Yunani."

"Turun di Yunani?" Kini beralih Qin Shi Huang yang membeokan kata yang terucap dari bibir sang gadis itu. Senyuman itu tidak pudar dari wajah, kepalanya ia miringkan penuh tanda tanya. "Apa maksudnya?"

"Ah ...." Pada akhirnya sang gadis hanya menghela napas, ia tatap lekat-lekat wajah Qin Shi Huang--yang sekilas cukup tampan menurutnya--seraya berkata, "Begini. Sebenarnya, aku adalah nimfa kayu; masih termasuk entitas dewi."

"Namaku ... (Name), putri Dewa Apollo. Aku turun dari Valhalla--tepatnya Olympus--untuk mampir ke Yunani, tetapi pendaratanku meleset dan aku terdampar di sini."

Qin Shi Huang menganga lebar, seraya berusaha mencerna penjelasan sang dewi yang (menurut dia) tidak masuk ke dalam akal sehat.

Memangnya masuk akal ada seorang dewi yang tersasar ke Tiongkok? Terlebih lagi, dia adalah Dewi Olympus! Kalau yang datang adalah dewi Guanyin, mungkin Qin Shi Huang akan lebih percaya. Namun, ia memutuskan untuk berusaha memercayai perkataannya. Ia mengepalkan tangan kanannya, lalu ia hantamkan dengan telapak tangan kirinya. "Hao! Ini jadi semakin menarik~"

"Jadi, Nona (Name) adalah dewi?"

"Benar."

"Sungguhan?"

Sang nimfa kayu memiringkan kepalanya. Bukankah dari fisiknya yang seperti ini, keagungannya sebagai dewi sudah jelas? Makanya ia tanya balik, "Memangnya ... aku tidak kelihatan seperti dewi?"

"Bagaimana kalau kamu buka penutup matamu dan lihat aku dengan matamu sendiri?"

Tanpa menunggu jawaban dari sang Raja, (Name) pun lantas mendekat. Ia sentuh bagian belakang penutup mata milik Qin Shi Huang, lalu sang dewi tarik ujung simpulnya supaya sepasang mata sang Raja bisa melihat dengan jelas sosoknya sekarang ini. Kedua tangan sang dewi menangkup pipi sang Raja, menarik wajahnya supaya mereka saling bertatapan. "Lihatlah aku, Qin Shi Huang."

Ah.

Kedua pupil milik Qin Shi Huang melebar ketika pada akhirnya ia bisa benar-benar melihat (Name). Mulutnya terbuka sedikit pertanda takjub, ia amati lekat-lekat fitur-fitur yang terdapat pada sang dewi.

Hidung mancung, rambut panjang, sorot mata yang tegas tetapi menyimpan teduh. Bulu matanya lentik, sepasang netra milik sang dewi seolah mampu menghipnotis siapapun untuk terjatuh dalam pesonanya.

Bahkan, cantik saja tidak mampu mendeskripsikan keindahan sang dewi. Qin Shi Huang sampai takjub dibuatnya.

Seolah-olah ada aura bercahaya yang terpancar dari sang dewi. Itu sebabnya, jiwanya begitu indah nan murni. Inikah salah satu bukti nyata; bahwasannya ia adalah putri Apollo, Dewa Cahaya?

Sang dewi kemudian mendekatkan kedua telapak tangannya, cahaya gemerlap muncul seiring kayu dan ranting-ranting kecil tumbuh dari lantai dan pojokan atap, perlahan-lahan menjalar dengan eloknya.

"Apakah sekarang aku lebih terlihat seperti dewi?" Sang nimfa bertanya pada sang Raja, ia tatap lekat-lekat netranya itu.

Mendengar suara lembut di telinga, Qin Shi Huang segera tersadar dari lamunan. Ia mengerjapkan mata berkali-kali, lalu ia melirik ke arah lain. "Aku sudah percaya, kok!"

Aneh. Kenapa tiba-tiba ia jadi malu sendiri, ya? Apakah ini yang disebut sebagai ... terpesona?

Iya. Terpesona. Entah kenapa sang dewi terlihat begitu memukau di matanya. Mungkin, kekuatannya itu terbilang menarik perhatian.

"Lalu, Dewi (Name). Setelah ini, kau mau ke mana?" tanya sang Raja, ia tolehkan lagi kepalanya ke arah sang dewi setelah berhasil memenangkan diri. "Menuju ke Yunani? Atau pulang ke Olympus?"

Sang dewi terdiam.

"Kalau mau menetap dulu di istanaku juga boleh. Aku senang bisa menyambut seorang dewi sepertimu~" Sebelum (Name) menjawab, Qin Shi Huang terlebih dahulu bersaran. Secara spontan. Siapa tahu dia benaran mau tinggal di Tiongkok dulu, 'kan? "Aku tidak memaksa~ Jangan khawatir."

"Karena sudah terlanjur di sini ... aku jadi agak penasaran." Sang dewi menyahut dengan kontak mata yang belum ia putus dengan sang Raja. "Kalau kamu tidak keberatan, mungkin aku boleh tinggal di sini; selama beberapa hari?"

Senyum sumringah terpampang jelas di wajah Qin Shi Huang. Entah untuk alasan apa, ia dapat merasakan debaran kecil di dadanya. Sekali lagi, ia membuat gestur yang sama seperti tadi. "Tentu saja boleh!"

"Selamat datang di Tiongkok, Dewi (Name)!"

***

Autumn's Whistle « Qin Shi Huang x Reader » (Record of Ragnarok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang