Berita pernikahan antara Raja pertama Tiongkok dengan entitas dewi dari Olympus sudah bergaung ke seluruh daratan, membawa suka cita dan kegembiraan. Khususnya untuk kedua mempelai. Seluruh istana sudah dihiasi dengan mewah, sang Raja dan permaisuri mengenakan pakaian merah yang menawan.
Para rakyat yang datang banyak mengucapkan selamat dan memberi mereka hadiah. Bukan hadiah mewah, tetapi (Name) menyukai dan menghargai.
Senyuman bahagia di wajah mereka berdua tidak pernah hilang. Keduanya duduk di atas singgasana, memandangi rakyatnya yang menikmati suasana pesta.
"(Name), kau senang?" tanya sang Raja sembari ia usap lembut punggung tangan istrinya. "Meski tidak semewah yang kurencanakan--karena aku ingin segera menikahimu. Tapi, aku harap kau suka."
"... Ini saja sudah mewah sekali, Ying Zheng." Sang dewi terlihat kikuk, ia selipkan rambutnya ke belakang telinga sembari menatap laki-lakinya yang untuk hari ini tidak mengenakan penutup mata. "Aku suka, dan sangat bahagia."
"Hao!" Sang Raja tersenyum puas. Ia tarik istrinya untuk kian mendekati, lalu sedetik kemudian ia biarkan bibirnya mengecup kening istrinya itu. "Seorang permaisuri adalah pendamping Raja sampai mati."
"Dan aku sangat beruntung karena yang menjadi pendampingku adalah kau, (Name)."
Wah. Kenapa sih Qin Shi Huang selalu melempar kata-kata manis? (Name) 'kan jadi malu sendiri! Tahu-tahu, wajahnya sudah merona kemerahan.
Qin Shi Huang suka menggoda (Name). Terlebih lagi, sekarang ia sudah bebas melakukan apapun. Sebab, mereka adalah pasangan suami istri yang sah. Ibu jari sang Raja kemudian mengusap lembut bibir bawah sang dewi, menangkup dagunya untuk ia bawa mendekat. Ia tanya, "Bolehkah?"
"Tentu--"
"Tidak boleh."
Suara itu menggema, terdengar jauh tetapi jelas di telinga mereka. Pun bahkan, seluruh rakyat juga mendengar suara yang sama.
Dari langit luas, seberkas cahaya muncul dari celah awan yang membuka jalan.
Wajah (Name) pucat pasi, seiring ia melepas tangkupan Qin Shi Huang dari dagunya. Ia merinding. Belum pernah ia merasa takut yang setakut ini lagi.
"Apa itu--?" Qin Shi Huang berdiri dari singgasananya, menatap lebih lekat pada celah awan-yang mana pada detik berikutnya ada seseorang melangkah turun dari udara, seperti sedang menuruni tangga. "Musuh?"
"Penjaga. Segera evakuasi rakyat, aku bisa mengatasinya sendirian." Qin Shi Huang memberi komando pada salah satu ajudan, netranya tidak berpaling dari sosok di atas sana.
Sosok itu terlihat tenang. Dalam satu jentikan jari, tahu-tahu ia sudah ada tepat di hadapan Qin Shi Huang dan (Name). Sepasang netra emasnya seolah memancarkan cahaya.
"... Ayah ...." (Name) bergumam lirih. Ia jatuhkan lututnya ke atas tanah, lalu kepalanya ia tunjukkan dalam-dalam. "Lama ... tak jumpa."
Sebentar. Ayah?
Berarti, dia adalah Dewa Apollo?!
Sosok yang dipanggil ayah oleh sang dewi hanya menengadahkan kepala, memandang rendah pada nimfa yang bersujud di bawah kakinya. "Kukira kau ke mana-sampai melalaikan tugasmu."
"Ternyata, kau malah bermain pernikahan seperti ini. Dengan manusia, pula. Kau cari masalah denganku, (Name)?"
Apollo terlihat tidak senang. Bagaimanapun juga, (Name) adalah putrinya. Mau ditaruh di mana wajah sang Dewa Cahaya, jikalau putrinya menikah dengan manusia rendahan?
Sang dewa lalu melirik ke arah Qin Shi Huang. "Sedang apa?"
"Bersujudlah."
Kedua alis Qin Shi Huang bertaut. Ia lalu melemparkan tawa, kemudian memasang kuda-kuda untuk bertarungnya. "Lalu membiarkan kau membawa pergi istriku?"
"Jangan bercanda, Dewa Apollo!" Qin Shi Huang lalu melayangkan tinjunya untuk menghantam wajah sang dewa.
"Ying Zheng, jangan!" (Name) pun segera bangkit dan hendak menghalangi suaminya, akan tetapi kecepatannya tak sebanding dengan sang Raja.
Apollo tidak menghindar. Ia malah tertawa. "Perlawanan yang bagus."
"Tapi sia-sia."
Benar saja. Belum sempat tinju Qin Shi Huang menyentuh ujung hidung Apollo, ada suatu penghalang yang justru membuat Qin Shi Huang terpental hingga punggungnya membentur dinding.
Sakit.
Ia coba sekali lagi, menghambur untuk melayangkan pukulan pada dewa itu. Kali ini pukulannya tepat mengenai perut sang dewa, akan tetapi Apollo bahkan tidak bereaksi sama sekali.
"Percuma ... 'kan sudah kubilang." Apollo memandang manusia rendahan itu dengan tatapan hina, sebelum ia tinju perut Qin Shi Huang dengan gerakan yang sama, tetapi dampaknya jelas sekali bedanya. "Perlawanan dari manusia memang indah. Tapi, tahu diri sedikitlah."
"Argh--!" Qin Shi Huang sampai batuk dan memuntahkan darah ketika sekali lagi punggungnya membentur dinding sampai hancur.
Sepasang netra (Name) melebar. Ia berteriak, hendak menghampiri suaminya. "Ying Zhe--"
"Mau ke mana?" Apollo tarik lengan putrinya itu untuk mendekati, sampai punggung (Name) menabrak dada sang dewa. "Melalaikan tugas dan menikahi manusia adalah dosa besar bagimu. Kau mencemari namaku, Dewa Apollo yang agung."
"Tebuslah dengan kematian, putriku."
Mendengar perkataan Apollo, sepasang netra sang Raja membulat. Ia berseru lantang, lalu segera berlari ke arah mereka berdua, hendak melindungi sang permaisuri. "Jangan sentuh istriku, bajingan--"
Crash!
Terlambat.
Tiada lagi sosok yang akan membawa lagu dan tarian untuk Qin Shi Huang di saat senja, ketika Apollo dengan mudahnya melubangi perut putrinya sendiri dengan satu tangan.
***
Satu Tiongkok turut berduka untuk sang Raja.
Sudah dua minggu sejak kematian (Name). Dunia terus berjalan sebagaimana mestinya, tetapi tidak berlaku untuk Qin Shi Huang yang hatinya masih terjebak dalam bayang-bayang (Name).
Tidak, (Name) tidak mati. Ia pasti masih hidup. Mungkin dia hanya pulang. Iya, pulang. Ke Olympus. Besok, dia akan kembali ke Tiongkok.
Itulah yang Qin Shi Huang berusaha percaya. Namun, jika ia ingat lagi kata-kata terakhir istrinya, 'Teruslah hidup... Ying Zheng. Aku akan istirahat dalam damai di Helheim.'
... sekali lagi, Qin Shi Huang hancur.
Helheim. Ia pernah dengar. Dunia kematian untuk entitas ilahi. Kalau ada manusia di sana; berarti semasa hidupnya ia adalah makhluk paling bajingan.
Terbesit ide gila di benak sang Raja; bagaimana kalau aku pergi ke Helheim?
Baginya, itu tidak gila. Asalkan bisa sekali lagi menjemput istrinya.
Namun bagaimana? Dengan cara apa manusia yang masih hidup seperti ia bisa datang ke Helheim? Haruskah ia berbuat dosa sebanyak-banyaknya lalu mati?
Tidak. Tidak bisa. Ia mau (Name) yang hidup. Qin Shi Huang mau merengkuh (Name) dalam dekat hangatnya. Juga, sebagai Raja, mana bisa ia menambah lebih banyak dosa?
Pasti. Pasti masih ada cara untuk turun ke Helheim hidup-hidup.
Bagaimana?
Ah.
Yunani. Tempat yang paling dekat dengan entitas ilahi Olympus seperti (Name).
Maka dari itu, Qin Shi Huang segera menghampiri penasihat istana dan memberikan satu perintah. "Siapkan kapal dan perbekalan. Aku akan pergi ke Yunani."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Whistle « Qin Shi Huang x Reader » (Record of Ragnarok)
Fanfiction"Namaku ... (Name), putri Dewa Apollo. Aku turun dari Valhalla--tepatnya Olympus--untuk mampir ke Yunani, tetapi pendaratanku meleset dan aku terdampar di sini." Qin Shi Huang menganga lebar, seraya berusaha mencerna penjelasan sang dewi yang (menur...