Kepalanya ia tengadahkan, 'memandang' jauh ke langit yang mendung sewarna kelabu. Matanya memang tertutup, tetapi dia bisa merasakan dan melihat semuanya.
Sang kaisar pertama Tiongkok tenggelam dalam lamunan, dalam benaknya masih ia ingat dengan jelas satu kalimat yang dahulu pernah ditanyakan oleh sang penasihat;
"Baginda, bukankah sudah waktunya Anda mencari permaisuri?"
Tawa geli lolos dari bibir Qin Shi Huang tiap kali ia mengingat pertanyaannya. Bahkan, kala itu tawa menggema di seisi ruangan, ketika pertama kali ia mendengar pertanyaan itu tepat di depan wajahnya.
Bahkan sampai pagi tadi sang penasihat menanyakan hal yang sama. Lagi-lagi, ia mengelak untuk menjawab, berpura-pura mengalihkan pembicaraan dan mengangkat topik tentang rakyat, supaya sang penasihat yang gila kerja itu melupakan pertanyaan yang takkan pernah dijawab oleh sang raja.
Lucu.
Kaisar Qin Shi Huang, satu-satunya laki-laki bertitel 'Raja di mana semuanya bermula' yang menggema di seluruh daratan. Permaisuri? Sungguhkah ia membutuhkan sosok seperti itu?
Sebentar, sebentar. Kedengarannya, Qin Shi Huang terdengar seperti penguasa yang individualis dan dingin sekali!
Sebenarnya, Qin Shi Huang tidak seperti itu.
Sebenarnya, Qin Shi Huang bukannya tidak menginginkan permaisuri untuk memimpin daratan Tiongkok bersamanya.
Sebenarnya, Qin Shi Huang hanya takut.
Ia tidak memiliki kenangan bersama ibunda; yang mana sejak lahir Qin Shi Huang dengan tega ditelantarkan. Juga ayahandanya, yang dengan pengecut kembali ke wilayah Qin sendirian.
Beruntung, Qin Shi Huang memiliki Chun Yan-ibu angkat yang baik pada ia, meski kebersamaan mereka tidak berlangsung selamanya.
Sebagai anak, Qin Shi Huang cukup tahu seperti apa kasih sayang orangtua kepada anak--yang ia rasakan dari Chun Yan. Namun, sebagai laki-laki; ia tidak paham dengan sesuatu yang disebut cinta.
Apakah cinta itu digambarkan seperti kisah cinta orangtuanya; seperti Pangeran Zichu yang menghamili penari Zhao? Lalu, keduanya berpisah dan menelantarkan anak hasil perkawinan mereka?
Jika memang demikian, sumpah, Qin Shi Huang lebih memilih untuk melajang sampai mampus. Amit-amit jikalau ia harus mengikuti jejak ayahandanya itu!
Ia terlalu takut. Darah Zichu yang mengalir di tubuhnya, bukankah bisa saja suatu saat ia bersikap bangsat pada wanita; sebagaimana perbuatan bejat sang ayahanda?
Itulah satu-satunya ketakutan Qin Shi Huang. Seorang pria jadi gila karena wanita. Makanya, sang Raja memilih untuk menunda pencarian permaisuri untuk mendampinginya.
Permaisuri ... haruslah ditentukan ketika ia sudah memantapkan hati dan memilih untuk jatuh cinta; bukan nafsu semata. Namun, ia belum temukan wanita yang tepat.
Qin Shi Huang meyakini itu, setidaknya sampai ketika hari ini hujan membasahi daratan Tiongkok. Hujan turun membawa teduh, serta--
--seorang wanita?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Whistle « Qin Shi Huang x Reader » (Record of Ragnarok)
Fanfic"Namaku ... (Name), putri Dewa Apollo. Aku turun dari Valhalla--tepatnya Olympus--untuk mampir ke Yunani, tetapi pendaratanku meleset dan aku terdampar di sini." Qin Shi Huang menganga lebar, seraya berusaha mencerna penjelasan sang dewi yang (menur...