Putri Sah Tak Peduli!

180

Yin Hua melanjutkan, “Di satu sisi, dia mungkin memiliki semacam rasa rendah diri. Dia mungkin tampak kuat, tetapi sebenarnya dia hanyalah seorang gadis kecil yang sensitif dan rapuh. Jika dia terlalu bergantung padamu, rasa rendah dirinya akan meningkat, menjadi beban psikologis. Di sisi lain, dia sangat berpikiran kuat. Bahkan jika kamu tidak keberatan membantunya, dia tidak bisa menganggapnya remeh. Menurutmu apa yang akan dipikirkan orang lain tentangnya? Semua orang akan memandangnya dengan aneh. Dialah yang harus menanggung kritik dan perhatian buruk seperti itu.”

Setelah Yin Hua selesai berbicara, Tong Yan menundukkan kepalanya dan tidak berbicara selama beberapa saat. Kelopak matanya terkulai, menunjukkan betapa tidak nyamannya perasaannya.

Yin Hua melanjutkan: “Jika kamu ingin bersikap baik padanya, kamu harus menghormati pilihannya dan membantunya secara diam-diam. Kamu bersikeras membantunya itu baik, tetapi sebenarnya itu adalah beban yang sangat manis baginya. Melihat kebaikanmu, kemungkinan besar sangat sulit baginya untuk menolak. Jangan membuatnya terlalu sulit baginya.”

Yin Hua selalu menjadi sosok yang kuat, jadi Tong Yan jarang melihat sisi lembutnya. Nada bicaranya tidak kasar, tetapi meyakinkan. Seolah-olah dia sedang menganalisis urusan Xu Xinduo saat berbicara.

Rasanya juga seperti dia sedang berbicara tentang masa lalunya sendiri.

Yin Hua memahami pikiran Xu Xinduo.

Tong Yan terdiam cukup lama sebelum akhirnya berbicara dengan nada yang sangat kesal: “Aku hanya ingin bersikap baik padanya.”

Yin Hua menoleh untuk menatapnya dan tidak bisa menahan senyum. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.

Tidak lama kemudian, Xu Xinduo naik ke panggung dan dia sepertinya memperhatikan Tong Yan dan Yin Hua saat berjalan. Meskipun Yin Hua mengenakan topi nelayan, dia mengenali ibu dan anak itu hanya dengan sekali pandang.

Xu Xinduo sedikit terkejut, tetapi dia segera tenang dan duduk di kursi menunggu pertandingannya dimulai.

Sambil menunggu Xu Xinduo memulai, Yin Hua berbalik dan bertanya pada Tong Yan: “Kudengar kamu baru saja berlatih 'The Bell', bagaimana perkembangannya?”

(T/L: 'The Bell' adalah lagu piano.)

Tong Yan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan kening sambil mengangguk: "Baiklah."

“Apakah kamu yang berlatih, atau dia yang berlatih?”

“Dia.” Tong Yan tidak berbohong.

Dia menduga jawaban itu dan kemudian melanjutkan bertanya: “Lalu bagaimana kemampuanmu?”

“Saya seorang pianis bersertifikat.”

Yin Hua merasa sedikit sedih setelah mendengarnya, tetapi dia senang bahwa itu bukanlah jawaban terburuk.

Yin Hua bertanya lagi: “Bagaimana dia berlatih piano di tubuhnya sendiri?”

“Dia bisa berlatih dengan keyboard elektronik, tetapi kelenturan jarinya tidak sebaik tubuh saya sehingga rentang jarinya lebih pendek. Namun, keterampilannya masih ada.”

"Terakhir kali aku mendengar beberapa kekurangan kecil saat dia bermain. Aku ingin tahu seperti apa dia saat dia tidak mabuk."

Repertoar Xu Xinduo untuk kompetisi hari ini adalah 《Moonlight Sonata 3rd Movement》.

Untuk kompetisi tersebut, ia mengenakan gaun tulle kuning angsa dengan motif sulaman. Rambutnya diikat dan ia mengenakan riasan tipis, yang membuatnya tampak anggun dan cantik.

Dia tampak sangat anggun, saat memainkan piano dan tampak menikmatinya.

Setelah mendengarkan beberapa saat, Yin Hua tidak dapat menahan diri untuk tidak menatap Tong Yan: “Lihatlah keterampilan yang dia capai hanya dengan berlatih menggunakan keyboard elektronik.”

“……”

Mengapa aku merasa seperti baru saja diremehkan oleh ibuku?

Pada saat yang sama, di tempat lain, para kontestan pianis bersertifikat juga menjalani babak kualifikasi.

Mu Qingyao ada di antara mereka.

Wajahnya sudah sedikit membaik sejak kejadian itu dan korengnya sudah banyak yang rontok setelah mencuci wajahnya. Pipinya masih bengkak, tetapi tidak ada masalah besar.

Selama dia memakai riasan untuk menutupi wajahnya, tidak masalah jika ada orang yang tidak memperhatikan wajahnya dengan saksama.