05. Work

19 3 0
                                    

Di pagi hari, Eita sudah sibuk di kamarnya. Entah apa yang ia lakukan mengobrak-abrik kamarnya hingga terlihat seperti kapal karam.

Tok tok tokk

Suara ketukan pintu terdengar, dan seseorang membuka pintu kamar Eita.

"Eita, kau dipang... huh??!"

Kuroo Tetsuro hanya terdiam saat melihat kamar Eita berantakan. Ia hanya menghela nafasnya, lalu memegang kepalanya.

"Apa yang kau lakukan di pagi hari seperti ini Eita" ujarnya.

Eita yang masih sibuk dengan kesibukannya hanya melihat ke arah Tetsuro. Dan lanjut dengan kesibukannya.

"Jangan ganggu aku" ujar Eita.

Tetsuro hanya memegang keningnya pusing. Akhir-akhir ini Eita sering berlagak aneh. Entah dari Eita yang sering keluar saat malam, hingga ia yang membawa belasan buku keluar dari istana.

"Hei, yang benar saja... perilaku mu aneh akhir akhir ini, kau ingin aku memberitahu UshiWaka dan membiarkannya mengurungmu di dalam istana?" Ujar Tetsuro.

Eita hanya mengacuhkan omongan Tetsuro.

"Memangnya aku sudah melakukan apa?" Tanya Eita tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yang pertama, kau sering keluar akhir akhir ini, yang kedua, bukan hanya keluar, tetapi kau juga membawa belasan buku dengan mu, yang ketiga, kau seperti orang linglung, yang keempat, kau pernah di tampar!" Jelas Tetsuro panjang lebar.

"Maksudku, aku tentu pernah di tampar, TAPI HANYA DENGAN KENMA, TAPI KAU??! PANGERAN PALING SEMPURNA YANG NAMANYA DI AGUNG AGUNGKAN PARA WANITA DI TAMPAR SESEORANG??!" Ungkap Tetsuro.

Eita hanya menatap Tetsuro malas, lalu kembali dengan kesibukannya.

"Ayolah Eita, yang pertama... kau melewatkan sarapanmu, dan kemudian kau tak mendengarkanku kali ini hanya untuk mencari entah apa" lanjut Tetsuro.

"Diam Tetsuro, sebaiknya kau bantu aku mencari saja" ujar Eita.

Tetsuro melangkah mendekat kearah Eita. Wajahnya sudah jengkel dengan tingkah Eita yang begitu keras kepala dan mengacuhkannya.

"Memangnya apa yang kau cari?" Tanya Tetsuro malas.

"Buku bergambar, ah ya dan jangan lupa grelang bintang kecil" ujar Eita.

Tetsuro hanya memutar bola matanya malas dan ikut membantu Eita agar Eita bisa lebih cepat melaksanakan tugasnya setelah mencari benda yang ia cari.
.
.
.

Eita tersenyum lebar saat buku bergambar dan sebuah gelang bintang berada di genggamannya.

Melihat Eita yang berbinar binar, Tetsuro hanya melihatnya aneh. Sepertinya benar, memang ada sesuatu yang disembunyikan Eita.

"Baiklah, sekarang pergi temui UshiWaka" ujar Tetsuro kembali pada misi nya di awal.

"Baiklah" ujar Eita sembari bersenandung kecil.

Eita terus bersenandung kecil dan tersenyum sembari melihat kearah gelang bintang kecil yang ia genggam. Rasanya, perasaannya berbunga sekarang dan tidak sabar seperti apa wajah yang akan Kenjiro buat saat melihatnya.

Tak terasa, kakinya melangkah dan kini sudah berada di ruang tahta. Di hadapan Wakatoshi.

Wakatoshi hanya menatapnya Eita dengan tatapan biasanya.

"Eita, aku memanggilmu dan sudah memilihmu untuk mengurus dan mengawasi daerah timur selama selama 4 bulan" ujar Wakatoshi.

Eita terkejut mendengarnya. Tak biasanya ia dipilih dalam hal hal seperti ini.

"Tapi tunggu! Ushiwaka, bukankah biasanya kau menunjuk Tetsuro untuk melakukan hal itu??" Ujar Eita.

Wakatoshi hanya menggeleng perlahan. Kemana saja Eita selama ini sampai tidak memperhatikan bahwa Tetsuro sedang sibuk menjaga Kenma? Fikirnya.

"Kau tidak tahu? Tetsuro sedang sibuk menjaga Kenma yang sedang sakit" ujar Wakatoshi.

"Kenma... sakit?" Tanya Eita tak percaya.

Pantas saja akhir akhir ini, ia jarang melihat Kenma di gazebo halaman.

"Ya, dan aku mengutusmu kesana karena siapa tahu saat pulang, kau akan bisa membawa seseorang kembali" ujar Wakatoshi.

Eita hanya menggenggam erat gelang bintang yang ia bawa, dan ingin rasanya ia berlari sekarang ke pesisir pantai dan membawa Kenjiro kehadapan Wakatoshi.

"Baiklah... aku mengerti" ujar Eita lemas sembari berbalik dan berjalan keluar dari ruang tahta.

Wakatoshi mengerti. Ada yang salah dari tingkah Eita, dan mungkin berhubungan pada sesuatu, atau mungkin seseorang. Tetapi, ia tak akan memaksa Eita untuk berbicara, biarkan Eita memberitahukannya sendiri suatu saat nanti.
.
.
.

Eita hanya terduduk di pasir pantai dengan memeluk kedua lututnya. Rambutnya di terpa angin perlahan, dan ia hanya terdiam tanpa satu kata pun yang keluar.

Kenjiro dari balik bebatuan melihat Eita yang terdiam, hanya merasa aneh. Eita tak biasanya seperti itu. Biasanya, Eita akan memanggilnya.

Kenjiro berenang mendekat. Dan saat Kenjiro berada di tepi pantai, Eita mengalihkan pandangannya dan kini tertuju pada Kenjiro.

"Kenjiro..." ujarnya perlahan.

Kenjiro hanya memekik kecil. Meski Eita tak mengerti apa yang Kenjiro bicarakan, tapi Eita tahu raut wajah Kenjiro. Seolah Kenjiro bertanya padanya apa yang terjadi pada dirinya.

"Kau tidak perlu khawatir Kenjiro, hanya tugas biasa" ujar Eita.

"Tapi mungkin aku tidak bisa menemuimu selama 4 bulan kedepan" ujar Eita.

Kenjiro hanya menatap Eita. Tak bisa berkomentar karena bukan haknya untuk melarang ataupun memaksa Eita pergi.

Dalam benaknya, ia berfikir mungkin ia akan kesepian selama 4 bulan kedepan. Walaupun ia memiliki Shoyo dan Tsutomu sebagai temannya di sana, tetapi yang biasanya memperkenalkan hal baru padanya adalah Eita.

Ada rasa tak rela yang Kenjiro rasakan. Entah kenapa ia tak ingin Eita pergi walau hanya 4 bulan.

Eita menggenggam tangan Kenjiro, memberinya gelang bintang yang sedari tadi ia genggam.

"Untukmu" ujar Eita.

Kenjiro hanya menatap gelang yang ia pakai, lalu hanya menatap Eita kembali.

"Hahhh... setidaknya itu sebagai penggantiku untuk 4 bulan kedepan" ujar Eita sembari mengusak surai basah Kenjiro lembut.

Kenjiro hanya terdiam sembari melihat kearah Eita. Tangannya terulur untuk mengusak surai Eita juga. Eita tersenyum saat surainya di usak lembut oleh Kenjiro.

"Aku akan merindukanmu" ujar Eita.

Kenjiro hanya kembali menatapnya. Entah, ia tak tahu apa yang harus dikatakan untuk saat ini.

"Baiklah, mungkin segitu dulu untuk hari ini, maafkan aku Kenjiro, aku harus bersiap" ujar Eita sembari berdiri

Eita memberi buku bergambar yang ia genggam pada Kenjiro.

"Untukmu, jika sudah selesai membacanya, taruh saja di balik batu seperti biasa" ujar Eita.

"T...Terimakasih" ujar Kenjiro sembari menerima buku tersebut.

"Sampai jumpa Kenjiro" ujar Eita lalu mengusak rambut Kenjiro kedua kalinya.

Kenjiro hanya melambaikan tangannya disaat ia melihat Eita berjalan menjauh dari pesisir pantai.

Saat punggung Eita tidak terlihat lagi, Kenjiro berhenti melambaikan tangannya. Kemudian, sorot matanya melihat kearah buku bergambar di tangannya.

Lucu... kisahnya menceritakan putri duyung yang jatuh cinta kepada seorang pangeran.
.
.
.
.
.
To Be Continued

ANJAYYYYYYYYYYYYYYYY BALIK LAGI NIH GUA wkwkwkwkwk

Yaudah deh makasih ya yang udah nungguin, lopyu so machh wkkwkwk

See youu!!

scale and feet - SemiShiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang